Pelabuhan Cinta Triple R

“Aah, sepertinya kalian bisa membantu istriku ini mempersiapkan pesta pernikahannya. Sementara para bajingan kelamin itu, biar kami saja yang mengurusnya,” imbuh Rayden.

“Tentu, Tuan Rayden! Setidaknya ada yang bisa kami bantu untuk mempersiapkan pernikahan putri kami,” ujar Tuan Eric yang tidak keberatan sama sekali.

“Kalau begitu, kami akan permisi sekarang untuk mempersiapkan rencana kali ini,” pamit Rayden yang tentu harus bersiap untuk menjalankan rencananya.

“Ryuga dan kalian bertiga!” Rayden menunjuk pada Jack, Max dan Matt yang sejak awala berdiri tidak jauh dari ruang tersebut, “Tetap berjaga di sini! Karena sudah pasti mereka akan menggunakan segala cara untuk menemui Olivia atau bahkan menculiknya. Jadi, kalian harus tetap waspada dalam setiap keadaan. Mengerti?” Tidak lupa Rayden menegaskan kepada Ryuga dan yang lainnya untuk selalu berhati-hati.

“Baik, Pah/ Tuan! Kami mengerti,” sahut Ryuga dan ketiga serentak.

“Jangan takut, aku pasti akan selalu melindungi mu,” ucap Ryuga yang menyadari bahwa Olivia kembali merasa ketakutan.

Setelah itu Rayden, Zhia dan yang lainnya segera pamit. Ada yang langsung kembali ke Mansion keluarga Zaen Der, ada sebagian besar yang langsung menuju ke markas klan ViLuc. Tentu saja untuk mempersiapkan segala yang diperlukan terutama Luca yang malam itu juga harus menyebarkan tentang pernikahan antara Ryuga dan Olivia.

...****************...

Sementara di sisi lain, lebih tepatnya di salah satu apartemen mewah yang saat ini menjadi lokasi persembunyian Arshan. Pria itu mulai menyadari ada kejanggalan saat Olivia menerima panggilan teleponnya kali ini. Dimana dia akan mendengar suara tangisan Olivia yang ketakutan dan memohon untuk berhenti mengganggunya, kali ini malah sama sekali tidak ada tanggapan dari wanita yang menjadi obsesinya itu.

“Ada yang aneh dengannya,” gumam Arshan yang berusaha menebak apa yang terjadi, “Tidak mungkin dia akan menceritakan tentang aku yang terus menghubungi secara diam-diam pada keluarganya, apalagi pada keluarga Xavier. Lalu kenapa kali ini bahkan suara tangisan ketakutannya tidak terdengar sama sekali?” Arshan semakin bertanya-tanya dengan penuh curiga.

“Sial, aku bahkan tidak bisa mendekatinya karena ada ketiga anak kembar Rayden yang terus berjaga dengan ketat di sekitar rumahnya,” umpat Arshan seraya melempar semua barang yang berada di dekatnya.

“Bahkan sampai detik ini, Karl sama sekali tidak melakukan apapun untuk mendapatkan Olivia.” Arshan dibuat semakin geram dengan sikap Karl yang belum melakukan tindakan apapun dengan alasan Rayden memiliki penjagaan yang ketat.

“Sialan memang si Karl! Aku harus menemuinya untuk segera melakukan sesuatu,” gumamnya yang berniat pergi menemui Karl sampai tiba-tiba ponselnya kembali berdering menandakan adanya panggilan masuk.

Renand, itulah nama yang tertera dilayar ponselnya. Dimana sudah jelas bahwa Renand yang mencoba menghubungi setelah pertemuan terakhir ketiganya, mereka memang sepakat untuk bersembunyi dilokasi yang berbeda. Dengan perasaan yang masih kesal, Arshan lalu menerima panggilan tersebut.

“Ada apa kau menghubungiku, Hah?” sentak Arshan begitu panggilan itu tersambung.

“Lihat berita sekarang!”

Bukannya menjawab, Renand malah memerintahnya untuk melihat berita. Dengan raut wajah yang kebingungan, Arshan pun menurut dan mulai menyalakan televisinya lalu mencari channel yang memuat berita untuk hari ini. Betapa terkejut dan marahnya Arshan ketika berita tersebut mengabarkan tentang pernikahan Ryuga dan Olivia yang akan segera dilangsungkan dalam kurun waktu tiga hari lagi.

“Sialan! Beraninya dia merebut Olivia dariku,” umpat Arshan yang terlihat jelas kemarahan di wajahnya.

“Hai, apakah kau sudah melihatnya?” Suara Renand yang ternyata penggilan itu masih terhubung membuat Arshan tersadar dari lamunannya.

“Lebih baik kau menyerah sekarang dan biarkan Olivia menikahi putra Rayden itu. Karena tidak mungkin kita bisa menang melawan mereka yang ada kita malah mati ditangan mereka dengan cara yang paling mengenaskan,” ujar Renand mencoba memperingati Arshan untuk tidak bertindak terlalu jauh.

“Aku tidak berniat melawan mereka, Renand sialan! Aku hanya ingin mengambil wanita yang menjadi seharusnya menjadi milikku, apalagi saat ini dia tengah mengandung anakku, Sialan!” umpat Arshan yang sejak awal memang sudah menyadarinya bahwa Renand hanya terpaksa berada di pihaknya karena ancaman yang dia berikan.

“Dengar Arshan—”

“CUKUP RENAND!” bentak Arshan yang seketika memotong ucapan Renand, “Jika kau memang tidak ingin terlibat lebih jauh, maka diam saja dan bantu aku dan Karl seperlunya. Aku hanya ingin membawa Olivia pergi jauh, dan Karl pasti bisa melakukannya untuk hal ini.” lanjutnya.

“Datanglah ke tempat biasa, karena aku dan Karl akan segera ke sana!” perintah Arshan yang langsung menutup sambungan telepon tersebut karena tidak ingin menerima penolakan.

“Tidak boleh ada yang memiliki Olivia, selain aku!” geram Arshan yang langsung meraih kunci motor dan juga jaket kulitnya. Ya, dia berniat menemui Karl untuk membahas rencana mereka membawa Olivia pergi sejauh mungkin sebelum pernikahan itu terjadi.

...****************...

Kemampuan Luca memang tidak perlu diragukan sama sekali, bahkan dalam waktu kurang dari satu jam dia bisa membuat seluruh dunia mengetahui tentang pernikahan Ryuga dan Olivia. Dia juga terus memantau lokasi Arshan melalui sinyal telepon yang bodohnya Arshan masih gunakan sampai detik ini.

“Hai, kalian masih di tempat itu, bukan?” tanya Luca yang menghubungi Levi dan Regis melalui alat komunikasi yang sudah terhubung.

“Iya, kami masih mengawasi apartemennya.” Jawaban itu berasal dari Regis yang juga tengah mengawasi pergerakan Arshan melalui sinyal yang Luca berikan sebelumnya.

“Sepertinya dia bersiap pergi untuk menemui pelaku lainnya, setelah melihat kabar pernikahan itu. Kalian bersiap ‘lah jangan sampai kehilangan jejaknya, apalagi sampai dia menyadari bahwa kita tengah mengawasi mereka,” ujar Luca mengingatkan.

“Kau tenang saja! Ada Kakak Ipar yang selalu bisa diharapkan bersamaku, dia pasti tidak akan lolos dari kami,” ujar Regis yang melirik pada Levi yang terus mengawasi apartemen tempat tinggal Arshan.

“Tidak bisakah aku langsung membunuhnya saja? Tanganku sudah gatal ingin menguliti dan mencincang setiap inci tubuhnya,” ujar Levi dimana jiwa bocah psikopatnya kembali muncul saat mengetahui bahwa penjahat kelamin itu akan segera menampakan diri dihadapannya.

“Tahan dulu! Jika kau membunuhnya sekarang, maka pelaku yang lainnya tidak akan pernah menampakan dirinya lagi dan kita akan semakin kesulitan untuk menangkapnya,” ujar Luca yang tentu saja mencegah keinginan Levi, “Lakukan saja sesuai rencana! Jika waktunya sudah tiba, kau bebas melakukan apapun yang kau inginkan kepada mereka,” sambung Luca.

“Oke, aku mengerti! Sepertinya dia sudah keluar dari tempat persembunyiannya,” ujar Levi yang entah mengapa dia malah mengatakannya sambil berbisik.

“Regis, kau mengikutinya dengan menggunakan mobil, sedangkan aku dengan mengendarai sepeda motor,” ujar Levi yang segera mencari sepeda motor yang bisa dia pinjam di sana.

Bersambung, ....