NovelToon NovelToon
Penjara Cinta Sang Mafia

Penjara Cinta Sang Mafia

Status: tamat
Genre:Komedi / Tamat / Mafia / Konflik etika / Keluarga / Roman-Angst Mafia / Dijodohkan Orang Tua
Popularitas:69.3M
Nilai: 4.9
Nama Author: Kolom langit

SIAPKAN KANEBO UNTUK MENYEKA AIR MATA!!!

"Manakah yang akan membunuhnya, siksaan suami atau penyakit mematikan?"

Demi menghindari perjodohan dengan seorang pria yang merupakan mafia, ia menjebak seorang montir dan memaksa menikahinya. Tanpa disadari olehnya, bahwa sang montir ternyata adalah bekas seorang bos mafia.

Bukannya bahagia, Naya malah mendapat perlakuan buruk dari sang suami. Mampukah Naya bertahan dengan siksaan Zian di tengah perjuangannya melawat maut akibat penyakit mematikan yang menggerogoti tubuhnya?




IG otor : Kolom Langit

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Kolom langit, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

Berkelahi

Jika Naya terus menambahkan kadar cintanya kepada sang suami, maka sebaliknya, Zian terus menambahkan kadar kebenciannya kepada Naya. Mereka serumah, namun seolah hidup di dunia yang berbeda.

Siang itu, Naya membawakan makan siang untuk Zian dengan langkah penuh semangat seperti biasanya. Layaknya aktris handal, ia mampu menyembunyikan semua rasa lelahnya dengan baik, dan menggantinya dengan senyuman.

Zian dan Dimas sedang bekerja seperti biasanya. Dimas tampak bersungut-sungut akibat suara bising dari proyek pembangunan sebuah gedung yang tepat di sebelah bengkel milik Zian.

"Telingaku seperti mau pecah mendengar suara bising dari sebelah," ucapnya seraya menutup sebelah telinga. Sedangkan Zian tak begitu menanggapi keluhan Dimas.

"Apa kau tahu mereka sedang membangun gedung apa?" tanya Zian.

Dimas menghela napas panjang, menghentikan pekerjaannya sejenak, lalu meraih botol air mineral di atas meja. "Tidak tahu, Bos. Tapi aku dengar dari beberapa orang, pembangunannya sedang bermasalah. Bos besar mereka ingin membangun sebuah gedung yayasan amal. Tapi beberapa pemegang saham ingin membangun pusat perbelanjaan."

Dahi Zidan berkerut tipis mendengar ucapan Dimas. "Kau tahu dari darimana tentang itu?"

"Dari beberapa temanku yang bekerja sebagai buruh di sana. Bos tahu kan, siapa aku sebelum bekerja di bengkel ini?"

"Ya, aku tahu."

"Selamat siang. Aku datang membawakan makan siang." Sapaan penuh semangat itu menghentikan pembicaraan Zian dan Dimas. Keduanya menoleh.

"Letakkan di meja itu saja dan pergilah," sahut Zian ketus.

Naya tak banyak bicara. Setelah meletakkan kotak makanan itu, ia beranjak keluar, namun panggilan Dimas menghentikan langkahnya.

"Hey, Naya ... Aku sudah selesai memperbaiki mobilmu, kau sudah bisa membawanya."

Naya melirik Zian sekilas, lalu mengarahkan pandangan ke mobil miliknya. Mobil itulah satu-satunya yang tersisa sejak ayahnya meninggal.

"Aku tidak membutuhkannya, simpan saja."

"Mobil itu kan milikmu. Kenapa tidak dibawa? Aku tidak akan meminta bayaran. Iya kan, Bos?" tanya Dimas, namun Zian tak memberi jawaban.

"Tidak usah. Aku juga tidak akan mampu membeli bahan bakarnya."

Baru saja Naya akan keluar gerbang, seorang pria paruh baya berjas datang memasuki bengkel bersama beberapa orang lainnya yang mengekor di belakang pria itu.

"Dimana pemilik bengkel ini?" Suara berat itu terdengar lantang.

Naya menyembunyikan tubuhnya di balik pilar. Antara penasaran dan khawatir, sebab pria menyeramkan itu terlihat begitu marah.

"Ada apa?" sahut Zian. Langsung berdiri dengan menantang di hadapan pria tadi.

"Siapa yang memberimu izin membangun bengkelmu di sini? Apa kalian tidak tahu siapa pemilik lahan ini? Kami akan membangun pusat perbelanjaan dan bengkelmu menghalangi pembangunan ini. Jadi kuperingatkan untuk segera pindah ke tempat lain."

Zian terkekeh. "Apa bos besarmu yang memberi perintah agar aku segera pindah?"

"Tentu saja! Tuan pemilik lahan ini yang memintamu segera meninggalkan tempat ini! Jadi segera pindah dari sini atau kau harus membayar denda karena membangun bengkelmu tanpa izin."

Kala pria bertubuh besar itu memberi ancaman serius, Zian malah menanggapi santai. Seolah tak ada masalah berarti. Ia bahkan menarik kerah kemeja pria sombong itu. "Kau ingin aku pindah dari sini? Suruh bos mendatangiku kemari. Setelah itu, baru aku akan pindah!"

"Kau menantang rupanya, anak muda!" Pria itu memberi isyarat kepada anak buahnya dengan mengangkat tangan. Membuat mereka bergerak maju.

Zian melangkah mundur mencari ruang yang lebih luas. Perkelahian pun tak terhindarkan.

Naya yang masih bersembunyi di balik pilar menjadi sangat panik. Takut jika nanti suaminya akan terluka. Ketika melihat salah satu dari pria asing itu hendak menyerang, ia segera menghambur memeluk Zian, sehingga punggungnya harus menjadi korban bogem mentah.

"Argh!" ringis Naya dengan kedua mata terpejam.

"Apa yang kau lakukan, Bodoh! Kenapa kau masih di sini?" bentaknya, mencoba melepas tangan kecil yang melingkari tubuhnya.

"Aku tidak mau kau terluka," lirih Naya.

"Tapi bukan begitu caranya. Itu tadi namanya bodoh!" Ia mendorong Naya ke belakang hingga terduduk di sebuah kursi kayu.

Melihat itu, Dimas tak tinggal diam. Ia menghalangi dua orang yang mencoba menyerang sang bos. "Bos, lebih baik amankan Naya dulu. Aku saja yang hadapi mereka."

"Jangan gila! Kau tidak akan bisa hadapi mereka sendiri."

Dengan gerakan super cepat, Zian merangsek maju, menghantamkan kepalan tinjunya membabi buta. Entah mengapa melihat Naya kesakitan tadi membuat darahnya semakin mendidih. Hanya dalam hitungan menit, beberapa pria tadi sudah tergeletak tak berdaya.

"Pergi dari sini sebelum kesabaranku habis!" teriaknya.

Dengan langkah terseok-seok, beberapa pria itu bangkit. Lalu, meninggalkan bengkel. Dimas masih terdengar memaki beberapa kali. Seolah belum puas menghajar.

"Dasar brengsek!" ucapnya geram.

"Kau kenal mereka?" tanya Zian.

"Aku kenal yang satunya, Bos. Dia adalah orang yang cukup berkuasa di wilayah ini. Sepertinya mereka akan segera menggusur kita."

"Itu tidak akan terjadi. Kita akan tetap di sini."

"Kau yakin, Bos? Bagaimana kalau bos besar mereka benar-benar menyuruh kita pergi, atau menuntut kita membayar denda yang tinggi karena membangun bengkel ini tanpa izin?"

"Aku yang akan mengatasinya." Zian lantas melirik Naya yang masih terduduk dengan mengusap punggung dan lengan. "Mana yang sakit? Tadi kau terkena pukulan orang itu?" tanyanya sedikit panik.

Untuk beberapa saat, Naya seperti kehilangan kata. Hanya bola matanya yang menatap Zian tanpa kedipan.

Ini pertama kalinya dia bicara dengan nada yang lembut padaku. Aku akan rela di pukul seperti tadi setiap hari jika itu bisa membuatnya bersikap baik padaku.

"Hey, aku bertanya!"

"Emh ... maaf, aku melamun. Aku tidak apa-apa. Pukulannya tidak sakit."

"Dasar gadis bodoh! Mana mungkin tidak sakit. Dia memukulmu sangat keras tadi."

"Benar, tidak sakit. Jangan khawatir! Aku sudah biasa merasakan sakit lebih dari ini," ucapnya tanpa sadar, menciptakan kerutan di dahi Zian.

"Sakit lebih dari ini?"

"Bukan apa-apa, Sayang. Apa kau benar-benar mengkhawatirkanku?" Mendengar kalimat bernada rayuan itu, Zian memutar bola mata malas.

Ia meraih segelas air putih dan memberikan kepada istrinya. "Jangan percaya diri. Aku hanya tidak mau merasa bersalah karena tadi kau berusaha melindungiku."

Naya meraih gelas pemberian Zian dan menenggak penuh semangat. Tentu saja ia harus menyimpan memori hari ini baik-baik dalam hati. Perhatian kecil pertama yang ditunjukkan Zian terhadapnya.

"Jangan senyum! Apa kau tidak tahu kalau senyummu sangat jelek?"

"Maaf, kadang aku lupa," celetuk Naya mengusap bibirnya yang basah.

"Bos, apa tidak lebih baik kalau kita pindah ke tempat lain? Jangan cari masalah lagi dengan orang seperti mereka," ucap Dimas, memotong pembicaraan sepasang suami istri itu.

"Kenapa kau ini sangat berisik? Kita akan tetap di sini," tegasnya.

"Tapi ini kan bukan lahan milik kita, Bos."

"Aku tahu, tapi lahan ini juga bukan milik orang tadi, kan?"

"Tapi dia adalah orang yang bekerja di bawah perintah Tuan pemilik lahan ini, kan?"

"Kau tidak perlu memikirkan hal tidak penting itu. Yang perlu kau lakukan hanya bekerja."

Naya yang mendengarkan pembicaraan mereka langsung berdiri dari duduknya. Sebuah ide baru saja tercetus di benaknya.

"Dimas, sepertinya aku berubah pikiran. Sepertinya aku menginginkan mobilku."

"Kau yakin?"

"Iya. Mana kuncinya?"

"Ada di mobil, kau bawa saja. Lagipula mobilmu ini hanya membuat ruangan sempit ini jadi penuh."

"Baiklah, terima kasih sudah memperbaiki mobilku." Naya melukis senyum, sebelum akhirnya meninggalkan bengkel kecil milik suaminya dengan membawa pergi mobil miliknya.

Kalau mereka menggusur bengkel milik Zian, dia pasti akan sangat sedih. Bukankah bengkel itu satu-satunya mata pencahariannya?

****

1
sconery
😭😭😭
sconery
😭😭😭😭
sconery
huwaaaaa😭😭😭😭
Leniii Daryati
ya ampun naya smkin bodoh
Icha Dwee
kenapa jadi kaya cerita nya artis yg nikah ala negri dongeng ya
Hera_ Zoya (Zoya'moon)
ak sekilas aja baca ke' ginian, dah trllu sring. . mwehehe
jd .. to mnarik lg, ato geli aja bhkn skip aja hal2 yg romance. . ak lbih suka yg brbau tantangan dn kejutan dlm kkurngan dn klbihan..
bukan urusan! kta'y.. ga nnya! 😅
Hera_ Zoya (Zoya'moon)
pcsm naon tea
Miss Vhanilla
meleleh terus ingusku
Hera_ Zoya (Zoya'moon)
apakah itu boleh jika dlm cinta gak usah pake hati??
Ummu Faliha
Luar biasa
Yuni Herwani
pasti zian menyesal/Silent/
Yulianti 1707
sdh baca juga....🥰🥰🥰
Yulianti 1707
aku sdh baca karya yg ini
Yulianti 1707
akhirnya happy ending.......🥰🥰🥰🥰
Yulianti 1707
🤣🤣🤣🤣🤣🤣🤣🤣🤣🤣 harus sabar dulu , sabarnya sampai 7 tahun 7 hari
Yulianti 1707
mau komen takut hatiku di congkel 😅😅😅
Yulianti 1707
😭😭😭😭😭😭😭😭😭😭
Yulianti 1707
Luar biasa
Yulianti 1707
Buruk
Deuis Hilmatussa'dah
Kecewa
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!