MULAN, JIWA YANG TERLAHIR KEMBALI

"Kenapa ularnya kecil sekali, dan tidak memiliki ekornmmm..." gerutu si kecil Han dengan kesal.

Tangan Mulan langsung menutup mulut si kecil Han, yang mulai berucap secara tak terkendali. Tapi sayangnya, usaha Mulan sedikit terlambat, mulut kecil itu sudah terlanjur mengeluarkan kata-kata, yang mungkin bisa menyinggung perasaan si ular kecil yang ekornya buntung.

Itu semua terjadi karena setelah sampai di Tanah Lot, Si kecil Muhan langsung mencari-cari keberadaan ular yang di jaga seorang Bli. Tapi, ular yang di temui tidak sesuai dengan ekspektasinya.

Dia ingin bertemu dengan ular besar, seperti yang di ceritakan Naka. Atau ular putih, seperti yang di ceritakan Cecil. Tapi, ular yang di lihatnya kini, adalah ular kecil berwarna hitam dengan garis-garis kuning, yang melingkar-lingkar, seperti cincin memenuhi tubuhnya. Dan yang lebih parahnya lagi, ular itu tidak memiliki ekor, atau bisa di bilang buntung.

Lengkap sudah kekecewaan si kecil Han. Kalau begini, Dia tidak akan bisa lagi pamer kepada Naka dan Cecil.

Bli penjaga ular, langsung memberikan lirikan tajam, tanda tidak senang. Setelah mendengar ucapan si kecil Han, yang tidak puas dan terkesan merendahkan ular yang di jaganya.

Haris, pria yang di panggil ayah itu, memalingkan wajahnya ke sembarang arah, agar senyum geli di wajahnya, tidak di lihat Mulan.

Wajah mama Yeni, sedikit menunjukan ketidak berdayaan. Cucunya itu memang super sekali.

"Tidak boleh begitu, Han kecil. Nanti kalau ularnya sakit hati, dan tidak mau menunjukan dirinya lagi. Bagaimana? Hihihi." ucap April kemudian terkikik geli, sebelum Bli penjaga ular mengucapkan sesuatu.

Mulan hanya memutar bola matanya, ketika mendengar ucapan April yang seperti menasehati, tapi terkesan ikut mengejek si ular kecil juga.

"Biarpun tidak punya ekor, yang penting kan ada ularnya." ucap Mulan, setelah tangannya di tarik oleh tangan kecil Muhan.

Kemudian mereka segera menyingkir dari lokasi keberadaan ular, karena tidak ingin si kecil Han kembali berulah.

"Kamu bahkan bisa bilang ke Naka dan Cecil, kalau ular yang kamu temui lebih sakti." si kecil Muhan menghentikan langkahnya, hanya untuk menatap mamanya, dengan tatapan bingung dan ingin tahu.

"Masih ingat ular tadi kan?" setelah melihat si kecil Muhan mengangguk, Mulan kembali melanjutkan ucapannya.

"Dia bahkan bisa membawa banyak cincin emas di punggungnya." seringai kecil muncul di sudut bibir Mulan, setelah menyelesaikan ucapannya.

"Tapi itu bukan emas betulan, mah." ucap si kecil Han, yang tidak mudah di bohongi.

"Dan lagi, tidak ada ekornya." lanjutnya lagi, yang masih mempermasalahkan soal ekor ular.

"Hei. Ingat kan sekarang kita di pulau apa?" seringai di bibir Mulan semakin lebar.

"Pulau Bali, lah." ucap si kecil Han dengan percaya diri, namun masih terlihat kesal.

"Pulau Dewata. Artinya banyak dewa." ucap Mulan membenarkan jawaban si kecil Han. Memang tidak salah sih, dia menjawab Pulau Bali.

"Mungkin ular itu kehilangan ekornya, saat menyelamatkan seorang dewa yang sedang berkelahi dengan iblis." ucap Mulan, yang mengingat film berjudul siluman ular putih.

Alis si kecil Muhan, semakin berkerut, setelah mendengarkan kalimat-kalimat yang di lontarkan mamanya.

Seringai muncul di kedua sudut bibir seorang pria yang mengenakan kacamata hitam dan topi putih di kepalanya.

Karena sedari tadi pria itu menyaksikan interaksi, dan mendengarkan percakapan antara anak dan ibu tersebut.

"Sudah banyak yang berubah." gumam pria itu dalam hati, ketika matanya terus menatap tajam sosok Mulan, yang terus berjalan di depan sana.

Entah maksudnya, bentuk tubuh Mulan atau cara berpikirnya yang berubah.

Saat di pusat perbelanjaan, Mulan langsung di tarik April, menuju bagian pakaian perempuan. Sedangkan Si kecil Muhan bergandengan tangan bersama Haris, menuju bagian penjualan kebutuhan pria.

Ketika melihat bagian kaos dengan karakter dan tulisan-tulisan tertentu. Mereka berdua, terutama si kecil Han, ingin membeli kaos couple.

"Ayah, bagaimana kalau kita beli kaos seperti ini lagi?" ucap si kecil Han, sambil menunjuk kaos berwarna putih.

"Baiklah ayo kita beli." ucap Haris, yang langsung menyetujui permintaan si kecil Han.

Seorang pria, yang sedari tadi mengikuti mereka, tampak mengerutkan dahinya, tanda tidak suka melihat pemandangan yang di lihatnya.

Kemudian pria itu berjalan mendekati si kecil Han, dan berpura-pura ikut memilih pakaian.

"Hai boy." ucap pria itu dengan tersenyum, menyapa si kecil Han yang berdiri tepat di sampingnya.

"Siapa paman sok kenal ini?, Jangan-jangan dia penculik." gumam si kecil Han dalam hati, kemudian melirik pria yang menurutnya orang asing tersebut, tanpa ada niatan untuk membalas sapaannya.

"Ayah, ayo ke mama." ucap si kecil Han pada Haris, karena ingin segera berada di dekat mamanya, dan menjauh dari pria yang di duga penculik itu.

"Baiklah, ayo." ucap Haris, kemudian membawa si kecil Han, mencari keberadaan Mulan dan yang lainnya.

Senyum dan tubuh pria yang di kira penculik itu langsung membeku di tempat. Saat melihat sikap acuh dan waspada dari si kecil Han.

"Ini pasti ajaran wanita itu." gumam pria itu kesal. Kemudian segera menyambar pakaian couple, seperti yang di beli si kecil Han.

Setelah melihat si kecil Han dan keluarganya memasuki villa, pria itu langsung kembali ke kediamannya.

Di perjalanan, pria itu menghubungi asisten pribadinya. Untuk menunggunya di ruang kerja.

"Tuan," sapa sang asisten pribadi, setelah melihat tuannya masuk ke ruang kerja.

"Cari tau, cara untuk mendekati seorang anak kecil, dan apa yang bisa menarik perhatiannya, Ron." ucap pria itu yang sebenarnya tuan Malik, pada asisten Aron.

"Saya bukan spesialis anak." jawab asisten Ron, yang tentu saja hanya berani di ucapkan dalam hati.

"Sebentar tuan." ucap asisten Ron pada akhirnya. Kemudian segera berselancar di internet, mengetikkan kata kunci, seperti yang ingin di ketahui tuannya.

"Cara mendekati anak kecil laki-laki"

"Cara mengambil hati anak kecil"

"Cara menyenangkan anak kecil"