NovelToon NovelToon
Menjelang Malam Di Bumi Perkemahan

Menjelang Malam Di Bumi Perkemahan

Status: tamat
Genre:Horor / Tamat / Mengubah Takdir / Roh Supernatural
Popularitas:2.1k
Nilai: 5
Nama Author: Rin Arunika

🍀
Sebuah rahasia akan selalu menjadi rahasia jika tak ada lagi jejak yang ditinggalkan. Namun, apa yang terjadi jika satu persatu jejak itu justru muncul kembali dengan sendirinya ? Akankah rahasia yang sudah terkubur akan terungkap kembali ?
Apakah itu semua berhubungan dengan mitos yang beredar bahwa ‘mereka’ akan selalu hadir di tempat yang paling mereka ingat selama hidup mereka ?
..
🍀

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Rin Arunika, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

DAY 2

Di lain tempat, Pak Miko, Nathan, serta beberapa orang yang terlihat seperti tim medis tampak bersama-sama mengevakuasi Riza ke dalam ambulans.

“Than. Kamu yang ikut sama Riza. Bapak gak bisa tinggalin tempat ini. Kalo kamu butuh apa-apa, kamu bisa telpon Bapak atau Bu Niken” ucap Pak Miko sambil menepuk pundak Nathan

“Ya Pak” ucap Nathan mantap

Setelahnya, ambulans itu akhirnya membawa Riza dari area perkemahan menuju klinik terdekat. Yah walaupun klinik terdekat memang jaraknya cukup jauh dari lokasi perkemahan. Sirine ambulan pun kini semakin menghilang dari area perkemahan.

Baru saja Pak Miko akan sedikit bernafas lega karena satu lagi muridnya dipastikan telah mendapat pertolongan, dirinya tak sengaja melihat Vivianne berjalan dengan cepat diikuti beberapa orang di belakangnya di sisi lain area perkemahan.

Pak Miko mengucek matanya takut kalau-kalau apa yang dilihatnya hanyalah halusinasinya. Namun, apa yang Ia lihat itu benar adanya dan bukanlah halusinasi. Tingkah mereka yang tak biasa itu tentu mengundang rasa ingin tahu Pak Miko. Akhirnya, Pak Miko ikut menyusul demi memuaskan rasa ingin tahunya.

Vivianne terus melangkahkan kakinya menuju arah hutan diikuti sejumlah orang di belakangnya. Vivianne akhirnya menghentikan langkahnya di dekat sebuah pohon besar pada pagi buta yang terasa dingin itu.

Pak Miko akhirnya menghampiri Hanna, Rayya, Syafiq, dan Leo yang masih menjadi penonton momen mendebarkan itu.

Pak Damun tampak terus memindai area sekitar, “Vivi ! Kamu ngapain ke tempat ini ?” tanya Pak Damun dengan suara cukup keras

Bukannya menjawab pertanyaan Pak Damun, Vivianne justru menarik lengan Pak Sartawi dan menunjuk tanah di dekat pohon besar itu.

“Kenapa sama sajen ini ?” tanya Pak Sartawi

Ah, benar ! Pohon itu adalah tempat dimana Pak Sartawi melakukan semacam ritual yang sempat Windy saksikan.

“Bukan. Dia ada di sini” jawaban Vivianne justru menimbulkan tanda tanya bagi mereka yang mendengarnya.

“Vivi. Kamu ngapain, sih ? Ayo pulang !” Pak Bayu tampak berjalan mendekati Vivianne, namun Vivianne sepertinya justru menghindari Pak Bayu

“Nanti, Yah. Vivi gak bisa tenang kalo ini masih disembunyiin” Vivianne terus saja memasang raut wajah yang datar

Hampir semua orang yang ada di sana tentu merasa semakin bingung mendengar jawaban Vivianne, kecuali Pak Damun. Hanya dirinya yang terlihat cemas dan gugup melihat tingkah Vivianne.

Kali ini, Vivianne terlihat mulai menggali tanah menggunakan kedua tangannya di tempat Pak Sartawi meletakkan sajen. Benar-benar membuat suasana kala itu terasa semakin seram.

Teman-teman Vivianne yang dari tadi hanya terdiam kini tampak membantunya menggali dengan ranting dan dahan yang berada di sana. Meski mereka masih tak mengerti apa yang Vivianne lakukan, mereka tetap membantunya karena tak tega melihat Vivianne yang pasti merasa kesakitan menggali tanah menggunakan tangannya.

Sementara itu, Pak Miko masih terdiam seperti patung menyaksikan semua hal yang terjadi di sana.

Setelah cukup lama menggali, dahan yang Syafiq gunakan sepertinya mengenai benda keras di dalam tanah itu.

“Temen-temen…” kedua mata Syafiq melotot ketika dirinya menyadari temuannya

Hanna, Rayya, dan Leo yang juga melihat temuan Syafiq kompak berteriak dan terperanjat dari tempatnya. Saat itulah Pak Miko baru muncul dan buru-buru menghampiri anak muridnya. Mereka menatap Vivianne dengan tatapan yang sulit diartikan.

“Anak-anak. Ayo sini” Pak Miko menarik keempat anak muridnya itu menjauh dari lubang galian tanah mereka

“Pak. Dia yang selama ini Bapak cari, kan ?” Vivianne menatap sebuah tengkorak manusia yang teman-temannya tadi temukan

Pak Sartawi sempat terdiam menatap temuan yang terasa menyeramkan itu. Hingga beberapa saat setelahnya, tangis pria itu pecah dan dirinya berlutut menggapai tengkorak itu.

“Vina, anak Bapak…” suara Pak Sartawi gemetar, “kamu selama ini ada di sini, nak ?”

Siapapun pasti akan merasa getir melihat pemandangan itu. Cahaya fajar yang biasanya membawa semangat baru justru turut menjadi saksi dari kemalangan yang Pak Sartawi rasakan.

“Vivi ! Kamu apa-apaan ?” Pak Bayu menarik lengan putrinya itu

“Kakek ! Ayolah Kakek kasih tau Ayah. Ayah harusnya tau-”

“Berisik kamu !” Pak Damun membulatkan tatapan matanya pada Vivianne

Tiba-tiba saja Pak Bayu memegangi kepalanya dan mengerang dengan kencang hingga melepaskan genggamannya dari Vivianne. Pak Bayu benar-benar terlihat begitu kesakitan hingga dirinya terlihat merunduk bahkan akhirnya bersimpuh di tempat itu.

Pada momen itu, Pak Sartawi mendadak bangkit dan menatap tajam Pak Damun.

“Pak. Yang namanya rahasia itu kalau cuma satu orang manusia saja yang tau. Bapak mungkin lupa kalau rahasia yang Bapak umpetin ini bukan cuma Bapak sendiri yang tau” kata-kata Pak Sartawi tampaknya membuat Pak Damun kesal

“Sial*n” Pak Damun mengepalkan tangannya

“Kek. Kakek juga tau soal kalung itu, kan ? Kalung yang sama kayak punya Ayah. Dia minta kalung itu buat disimpen sama orang tuanya”

Lagi-lagi ucapan Vivianne mengejutkan semua orang yang ada di sana.

“Kalung… Kalung yang ilang dari deket sungai ?” Pak Sartawi menatap Vivianne dengan penuh harap

“Iya, Pak. Dia bilang supaya kalung itu disimpan biar Bapak sama Ibu gak lupain dia” jelas Vivianne sambil sesekali menatap tanah yang tadi Ia coba gali

“Vina…” tangisan dan raungan kencang Pak Sartawi kembali menggema, “maafin Bapak, nak” rintihnya lagi

Erangan kencang Pak Bayu kini terhenti. Namun, Pak Bayu tampak terduduk lesu dan pandangannya nyaris kosong.

“Pak… Bayu udah inget semua…” lirih Pak Bayu, “kenapa Bapak lakuin semuanya itu ?” kini Pak Bayu berteriak dengan kencang pada Pak Damun

“Kalian semua gak tau diuntung ! Bapak nyembunyiin ini semua biar idup kalian tenang” raut wajah seram itu ditunjukkan Pak Damun pada semua orang yang ada di sana

“Pak… Tapi ini gak adil ! Bayu bisa hidup tenang sementara Pak Tawi sama Bu Karti terus-terusan nyariin Vina” rasanya baru kali ini Pak Bayu terlihat akan mengeluarkan air mata, “setidaknya biarin Bayu minta maaf ke mereka” sambungnya dengan air mata yang memaksa menetes membasahi pipinya

Pak Damun jelas terlihat tak menyukai situasi itu. Dirinya membulatkan tatapan penuh amarah itu pada Pak Bayu.

“Pak. Kalau Bapak masih mikirin harga diri Bapak di depan Pak Tawi, Bayu mohon banget Bapak bisa lupain itu. Dulu Bayu sampe nyakitin orang yang Bayu sayang demi harga diri Bapak” Pak Bayu menangis tersedu-sedu sambil memegang kaki Pak Damun

“Pak Damun yang terhormat. Saya udah kehilangan banyak hal di tempat ini. Harga diri, putri saya, kebahagiaan saya. Hilang, Pak. Yang nyisa dihidup saya cuma harapan. Saya cuma berharap kalo suatu saat Vina bisa pulang. Tapi sekarang harapan itu juga udah ilang, Pak” Pak Sartawi kembali bersimpuh di dekat lubang galian yang belum selesai itu

“P-pak Tawi. Saya bener-bener minta maaf, Pak. Saya pantes menderita seumur hidup saya” kini Pak Bayu berlutut menghadap Pak Sartawi

Pak Damun hanya terus terlihat memasang tampang kesal melihat semua yang Pak Bayu lakukan. Pria paruh baya itu kemudian beringsut meninggalkan tempat itu dengan langkah kaki yang dihentakannya keras-keras. Jelas menunjukkan bahwa Pak Damun tak mau peduli dan mengabaikan situasi menegangkan itu.

“Sudahlah. Yang terpenting sekarang anak saya sudah ketemu. Setidaknya dia harus pamit pake cara yang bener” segaris senyum penuh rasa sakit itu muncul diantara tangis pilu Pak Sartawi

Vivianne tersentak karena teringat ucapan gadis itu yang terdengar sama seperti yang Pak Damun ucapkan barusan.

“Tolong bantu saya pindahin anak saya ke tempat yang lebih baik…” ucap Pak Sartawi lemas

Pada hari itu, mereka membantu Pak Sartawi menggali tanah tempat Pak Bayu dan Pak Damun menguburkan jasad Vina yang kini telah menjadi tulang belulang. Mereka kemudian mengikuti Pak Sartawi menguburkan kembali tulang belulang itu di pemakaman umun desa. Tentu atas persetujuan warga dan aparat, termasuk Pak Darman.

Bu Karti tampak menghadiri prosesi pemakaman itu, tentu dengan linangan air mata dan rasa sedih yang membuncah.

Banyak juga peserta perkemahan yang turut hadir dan ikut berdoa bersama atas permintaan Pak Bayu.

Hari kedua perkemahan benar-benar tak seperti yang mereka rencanakan. Bahkan jauh diluar bayangan mereka tentang kemungkinan-kemungkinan yang akan terjadi dalam acara perkemahan.

#

Di lain tempat, Nathan terlihat tertidur pulas bertumpu pada sisi bagian pinggir ranjang rumah sakit pada pagi hari yang cerah itu. Di ranjang perawatan itu ada Riza yang terus memberi guncangan pada pundak Nathan dengan tujuan membangunkan rekannya itu.

Dan setelah cukup lama, Nathan mulai menunjukkan tanda-tanda dirinya akan bangun.

“Than. Woi” bisik Riza sambil menoel-noel telinga Nathan

“Apaan sih lu, Za ? Berisik” Nathan mengusap telinganya. Namun, beberapa saat kemudian, Nathan terbangun dan menatap Riza yang terbaring di hadapannya.

“Lu udah sadar ?” tanya Riza pada Nathan

“Kebalik anj*ng. Harusnya gua yang nanya ke lu. Lu sejak kapan sadar ?” Nathan memindai tubuh Riza yang sebagian terbalut perban

“Ya… Ada kali tadi jam enem” balas Riza enteng

“Buset. Lu cepet sadar juga. Kirain lu bakal koma berapa hari gitu…”

“Ngaco lu !” Riza tampak ingin memukul Nathan yang memberinya candaan garing

“Eh ngomong-ngomong, anak-anak yang kemarin ilang, gimana ? Hanna udah ketemu ?” tanya Riza

“Oh iya. Gua belum hubungin Pak Miko. Bentar ye, bentar, gua tanyain. Gua juga mesti laporin keadaan lu” kata Nathan sambil merogoh ponselnya

Di area perkemahan, Pak Miko akhirnya mendapat kabar dari Bu Niken bahwa Windy telah diperbolehkan pulang setelah mendapat perawatan di rumah sakit. Tak lama setelahnya, Pak Miko pun mendapat kabar bahwa Riza telah sadarkan diri dan Pak Miko balik mengabarkan keadaan perkemahan yang telah kondusif pada Nathan dan Riza.

Namun, karena luka-luka yang dideritanya, Riza masih harus mendapat perawatan sekitar satu atau dua hari setidaknya hingga lukanya mengering.

Hari itu, Pak Bayu memutuskan untuk mengakhiri perkemahan meskipun masih sangat banyak kegiatan yang belum terlaksana. Meski begitu, pelajaran tak terduga yang mereka dapatkan jelas lebih berharga dari sejumlah rencana yang mereka siapkan.

Demikianlah cerita singkat tentang perjalanan panjang Vivianne yang secara tak sengaja mengungkap rahasia yang selama ini telah dikubur dengan nyaris sempurna. Siapa tahu, karena kejadian itu mungkin kini Pak Damun akan berubah ?

• Tambahan •

Berita terbaru…

Pagi tadi telah terjadi sebuah kecelakaan tunggal yang menimpa sebuah pengendara mobil di Jalan Desa Unknown. Pengemudi dikabarkan mengalami luka bakar yang cukup parah sehingga harus dilarikan ke rumah sakit untuk mendapatkan pertolongan medis. Sementara itu, mobil yang dikendarainya terbakar tak lama setelah menabrak pembatas jalan. Belum diketahui pasti penyebab kecelakaan, karena hingga saat ini, polisi masih melakukan olah TKP dan belum memberikan keterangan resmi.

...•...

...•...

...•...

...∆ TAMAT ∆...

1
Xxxcyzz
cerita nya bagus lanjutkan kak
Flyrxn: mungkin next time bikin cerita horor lagi /Determined/ cerita yang ini udah end kak /Cry/
btw thank you, seneng rasanya kalo ceritanya disukain /Pray/
total 1 replies
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!