NovelToon NovelToon
Hammer Of Judgment

Hammer Of Judgment

Status: sedang berlangsung
Genre:Teen / Misteri Kasus yang Tak Terpecahkan / TKP
Popularitas:1.5k
Nilai: 5
Nama Author: yersya

Hammer of Judgment yang membalas kejahatan dengan kejahatan. Apakah Hammer of Judgment adalah sosok pembela keadilan? Atau mungkin hanyalah sosok pembunuh?

Nantikan kelanjutannya dan temukan siapa sebenarnya Hammer of Judgment.

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon yersya, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

BAB 6

Pukul sepuluh pagi, di hari Minggu. Saat ini aku dan Nada sedang berada di perpustakaan untuk belajar persiapan UTS yang akan diadakan Minggu depan.

 

Kami duduk di meja yang tenang dan nyaman, di tengah suasana perpustakaan yang sunyi. Cahaya alami dari jendela-jendela besar memancar masuk, menerangi ruangan dengan lembut. Suara langkah kaki yang pelan dan suara halus dari buku-buku yang dibuka dan ditutup menciptakan atmosfer yang khusyuk dan fokus.

Di sekitar kami, rak-rak buku menjulang tinggi, penuh dengan pengetahuan dan petualangan. Aroma kertas dan tinta mengisi udara, memberikan nuansa khas perpustakaan yang menginspirasi.

Di antara sesi belajar kami, kami juga mengambil waktu untuk beristirahat sejenak, mengobrol, dan saling bertukar tips belajar. Kami saling memberikan dukungan dan semangat agar tetap fokus dan produktif.

“Kenapa tidak telpon saja?” Tanya Nada.

 

“Apa maksudmu?” Tanyaku balik.

 

“Kamu menatap ponselmu terus dari tadi. Jujur saja, kamu ingin menelponnya kan?”

 

Aku terkejut, tidak menyangka dia bisa menyadarinya, bahwa aku terus menatap ponselku. “Bu-bukan berarti aku ingin mengobrol dengan Arvin atau semacamnya. Aku hanya ingin tahu apakah dia sudah belajar untuk persiapan UTS.”

 

“Tapi aku tidak bilang kalau kamu harus menelpon Arvin lho!” Ucap Nada sambil menyeringai.

 

Aku tersenyum malu mendengar komentar Nada. Memang benar, aku terus menatap ponselku karena aku ingin mengirim pesan kepada Arvin untuk bertanya tentang persiapan UTS. Tapi aku tidak ingin mengakui hal itu secara terbuka.

 

“Baiklah, kamu menang,” ujarku dengan tersenyum. “Aku akan mengirim pesan saja, tidak perlu telpon.”

 

Nada dan aku tertawa kecil, menikmati momen kebersamaan kami di perpustakaan yang tenang. Meskipun kami sedang belajar, kami juga bisa bersantai dan bercanda satu sama lain. Itulah yang membuat persahabatan kami menjadi lebih istimewa.

“Apa kamu menyukainya?” Tanya Nada lagi.

 

“Tidak,” jawabku singkat.

 

“Hhmm… kamu menjawabnya bahkan tanpa memikirkannya terlebih dahulu.”

 

“Yah, mau bagaimana lagi, itulah kenyataannya. Aku hanya menganggap Arvin sebagai temanku, tidak kurang dan tidak lebih”

 

“Padahal kalian selalu ketemuan diam-diam selama jam istirahat”

 

Aku terkejut mendengar hal itu, “Eh? Bagaimana…”

 

“Yah, kamu selalu pergi saat bel istirahat berbunyi tanpa bilang-bilang padaku terlebih dahulu. Aku akan memakluminya jika sekali atau dua kali. Tapi kamu terus melakukannya sampai berhari-hari. Tentu saja aku akan curiga, kan? Karena itu aku diam-diam mengikutimu dan melihat kalian berdua duduk di bawah pohon yang berada di belakang sekolah berduaan saja,” jelas Nada.

 

“Kalau kamu mengetahuinya, kenapa kamu tidak menyapa kami saja?” Tanyaku.

 

“Yah, aku hanya tidak ingin mengganggu kalian,” ucap Nada sambil tertawa kecil.

 

Aku hanya diam, tidak menanggapi Nada. Aku tahu dia hanya bercanda, tapi jika aku terus menyangkal dan mencari alasan, itu malah akan membuatnya salah paham saja. Aku memilih untuk menjaga keheningan sambil melanjutkan belajar kami.

Beberapa menit kemudian, Arvin mengirim balasan pesanku tadi.

“Apa yang dia bilang?” Tanya Nada, tepat ketika aku membaca pesan Arvin.

“Dia bilang kalau dia sedang belajar dirumah”

“Hmm… bagaimana kalau kita mengajaknya pergi makan? Yah, mumpung sebentar lagi waktu makan, jadi, kenapa tidak?” Ucap Nada, memberikan saran.

Aku mengangguk setuju dengan saran Nada, aku kemudian mengirim pesan kepada Arvin dan tidak lama kemudian dia membalas pesanku, yang berisi kalau dia setuju pergi makan bersama kami.

Pukul satu siang, saat ini kami bertiga bertemu di restoran yang berada dekat dengan sekolah. Kami kemudian masuk ke dalam, memesan makanan dan duduk di tempat duduk yang kosong di dekat jendela kaca. Sama seperti sebelumnya, aku dan Nada duduk bersebelahan dan Arvin duduk di hadapan kami. Kami saling berbincang sambil makan, walaupun kebanyakan hanya aku dan Nada yang berbicara.

Setelah kami menghabiskan makanan kami, Arvin terdiam menatap minumannya.

 

“Ada apa, Arvin?” Tanyaku.

 

“Tidak, aku hanya penasaran. Dilihat dari dua insiden sebelumnya, kenapa pelakunya menamakan dirinya dengan Hammer of Judgment? Sedangkan dia menggunakan benda tajam untuk membunuh mangsanya,” ucap Arvin dengan heran.

 

“Yah, siapa yang peduli dengan hal itu. Tidak peduli senjata apa yang dia pakai, penjahat tetap saja penjahat,” ujar Nada dengan sedikit ketidakpedulian.

 

Aku dan Arvin terdiam mendengar hal itu. Nada kemudian meneguk minumannya, lalu dia mengeluarkan laptop dari ranselnya.

 

“Sebenarnya ada yang ingin aku tunjukkan pada kalian berdua!” ujar Nada dengan serius.

 

Aku dan Arvin saling pandang, merasa penasaran dengan apa yang ingin Nada tunjukkan kepada kami.

 

“Apa kalian tahu bagaimana caranya Putri bisa tidak ditemukan oleh siapapun?” tanya Nada.

 

“Ka-karena dia menyamar, kan?” ucap Arvin dengan sedikit gugup, sepertinya dia masih belum terbiasa berbicara dengan Nada.

 

“Yah, itu hanyalah salah satu kemungkinannya,” jawab Nada.

 

“Salah satu? Berarti ada kemungkinan lainnya?” tanyaku.

 

“Kemarin, selama jam istirahat, aku terus memantau ruangan kepala sekolah dengan cara meretas CCTV di sana. Lalu aku menemukan…”

 

Nada memutar sebuah rekaman dari laptopnya dan memperlihatkan kepada aku dan Arvin, membuat kami terkejut dengan hasil rekaman itu.

 

“Ruangan rahasia?” Ujarku dan Arvin serentak, melihat kepala sekolah masuk ke sebuah ruangan rahasia di kantornya.

 

“Ya, aku berpikir kalau Putri dan kepala sekolah ternyata bekerja sama, dan kepala sekolah menyembunyikan Putri di ruangan rahasia agar tidak dapat ditemukan oleh siapapun,” jelas Nada.

 

“Kalau begitu, bagaimana dengan rekaman CCTV kantor kepala sekolah saat kasus kedua? Seharusnya kita dapat menemukan Putri di rekaman itu jika mereka memang bekerja sama,” ucapku.

 

“Sayang sekali, tapi aku tidak bisa mendapatkan rekaman itu. Ada yang menghalangi aksesku,” jawab Nada.

 

Aku berdecak kesal, jika benar mereka bekerja sama, maka keputusan Arvin untuk menghentikan kami waktu itu adalah keputusan yang tepat. Untung saja kami tidak menceritakan dugaan yang kami temukan mengenai kasus ini kepada kepala sekolah, jika tidak, kami benar-benar akan berada dalam bahaya.

 

Aku menghela nafas panjang, tidak percaya dengan semua ini. “Bagaimana dengan guru lain? Apakah ada yang mencurigakan dari mereka?” Tanyaku.

 

“Untuk sekarang tidak ada, tapi aku akan terus memantau mereka. Walaupun ada yang menghalangi aksesku ke CCTV sekolah, itu hanya berlaku pada hari sebelumnya, yang berarti, aku harus terus memantau CCTV sekolah setiap hari dan merekamnya,” jawab Nada.

Aku kembali menghela nafas, kasus ini menjadi semakin rumit. Ruang rahasia itu pasti memiliki keamanan yang sangat tinggi dan letaknya yang tersembunyi membuat polisi tidak dapat menemukannya, atau bahkan mungkin polisi tidak memeriksa ruangan kepala sekolah karena sama sekali tidak ada yang merasa curiga padanya.

 

“Se-sebaiknya jangan terlalu serius memikirkannya. Kita juga tidak tahu pasti apakah kepala sekolah benar-benar bekerja sama dengan Putri atau tidak,” ucap Arvin.

 

Aku terdiam, lalu berkata sambil tersenyum, “Kamu benar, lebih baik kita tidak membuat kepala kita sakit karena hal ini.”

 

“Ya, santai saja, asalkan kita tidak bertindak gegabah, maka semuanya akan baik-baik saja,” ujar Nada.

 

Aku kemudian tersenyum. Apa yang dikatakan Nada itu benar, semuanya pasti akan baik-baik saja. Kami harus tetap tenang dan tidak terburu-buru dalam mengambil tindakan. Kami harus tetap waspada, tetapi juga harus menjaga kesehatan mental kami dan memastikan bahwa kami tidak terlalu terbebani dengan situasi ini.

1
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!