Bukan ingin Elea terlahir dari rahim seorang istri siri yang dicap sebagai pelakor, sejak sang ibu meninggal, Eleanor tinggal bersama ayah kandung dan istri sah sang ayah.
Sejak kecil ia tak merasakan kasih sayang dari ayah kandungnya, tinggal di rumah mewah membuatnya merasa hampa dan kesepian. Bahkan dia dipekerjakan sebagai pelayan, semua orang memusuhinya, dan membencinya tanpa tahu fakta yang sebenarnya. Elea selalu diberikan pekerjaan yang berat, juga menggantikan pekerjaan pelayan lain.
"Ini takdirku, aku harus menerimanya, dan aku percaya bahwa suatu saat nanti Ayah bisa menyayangiku." Doa Elea penuh harap.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Nopani Dwi Ari, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Bab.26
Suatu keajaiban bagi Mala, dia menatap Tiana yang sudah sadar. Dan kini tengah diperiksa oleh Dokter, beberapa menit yang lalu. Bara datang dan hanya melihat Tiana lalu pergi lagi, setelah kepergian Bara tanpa kata. Tiana mulai menggerakkan tangannya, yang dilihat oleh Mala.
"Bagaimana Dok?" tanya Mala.
"Bagus, semuanya bagus. Anak anda baik-baik saja, mungkin dia akan kesulitan berjalan karena terlalu lama berbaring." Jelas Dokter.
"Hah! Syukurlah, saya senang sekali. Terima kasih, Dok." Ujar Mala, dijawab anggukan oleh Dokter. Sebelum pergi, Dokter menyarankan Tiana dirawat beberapa hari lagi dan selalu memijat kaki Tiana agar tidak kaku.
"Baik Dok, terima kasih sekali lagi." Kata Mala.
"Sama-sama, kalau begitu saya permisi."
Mala mengangguk, dia menatap Tiana yang menatap kosong.
"Sayang, Tiana. Kamu harus sehat, Mama akan melakukan apa pun untuk kebahagiaanmu, Nak!"
"Termasuk membuat, Bara. Jadi milikku?" lirih Tiana, menatap Mala yang mengulas senyum.
"Iya, Mama akan pastikan. Bara jadi milikmu, Tiana. Hanya kamu yang pantas untuk Bara," ujar Mala, dia hanya ingin Tiana sembuh dan kembali semangat hidup dan melanjutkan hari-harinya.
"Terima kasih, Ma."
Mala memeluk sang anak dengan sayang, walau Tiana sudah dewasa. Mala selalu memperlakukan Tiana seperti anak kecil, jika Tristan. Dia selalu dituntut mandiri, tegas dan tidak manja.
****
Di perusahaan.
Bima dan Bara mendapatkan kabar Tiana, dari orang yang berbeda. Tristan mengabari jika Tiana sudah sadar, sedangkan Bara seperti biasa mendapat kabar dari Mala.
Lagi-lagi Mala meminta Bara untuk datang, untuk sekedar menyemangati Tiana agar semangat sembuh.
"Apa aku ajak saja, Elea?"
Bara mendesah dengan sepenuh dada, pekerjaannya berantakan karena tidak fokus.
"Ya Tuhan." Lirih Bara.
Elea sendiri dia disibukan mengurus tanaman di halaman rumah, bersama Widya dan Mita.
Widya menanam banyak sayuran organik, juga tanaman bunga mawar kesukaannya.
"Ibu suka mawar putih, merah dan hitam. Kalau ada mah, yang biru juga mau sih, bagus-bagus semua warna." Celoteh Widya, membuat Elea tersenyum tipis sejak tadi dia mendengar ocehan Ibu mertuanya. Membuat dia senang.
"Apa Ibu, suka anggrek?" tanya Elea.
"Suka sih, tapi gak terlalu suka. Harganya lumayan mahal," kata Widya.
"Di online bibitnya murah," sahut Mita.
"Iya, tapi jelek banyak yang gagal!" omel Widya, membuat Mita meringis.
Rudi dari kejauhan memperhatikan istri dan menantunya, pemandangan yang indah dan langka sekali. Dimana mertua dan menantu jarang ada yang akrab, beruntung Widya tidak lama membenci Elea. Setelah Rudi menceritakan masa lalu yang sebenarnya pada Widya.
"Semoga seperti ini terus, kamu menerima Elea dengan tulus." Gumam Rudi.
Rudi memutuskan untuk menghampiri mereka.
"Wah, seru sekali. Bu," seru Rudi. "ada yang bisa bapak bantu?"
"Gak usah, Pak. Sudah selesai, lagian Bapak telat datangnya," omel Widya.
"Ya maaf, kirain gak lagi berkebun." Jawab Rudi.
Tak lama Mbok Wati datang dengan tiga gelas jus, untuk Elea dan kedua mertuanya. Mbok Wati, membuatkan jus alpukat dengan perasan lemon untuk Elea. Karena lemon dan alpukat mengandung asam folat tinggi, berharap Elea segera hamil kembali setelah keguguran waktu itu.
Tak lupa juga, si Mbok membawakan cemilan berupa singkong goreng, ubi bakar.
"Non, Nyonya, Tuan. Ini minuman dan cemilannya, saya taruh dimeja." Kata si Mbok.
"Iya Mbok, taruh saja." Sahut Rudi.
Mita pun memilih istirahat terlebih dulu di dapur, setelah berpamitan pada Elea dan Widya.
"Sudah Bu, kita istirahat dulu." Ajak Elea.
Widya pun menurut dan menaruh sekop kecil, sebelumnya Widya dan Elea mencuci tangan terlebih dulu. Elea dan kedua mertuanya menikmati cemilan dan jus, hati Elea menghangat bisa merasakan kehangatan keluarga walau Widya dan Rudi adalah mertuanya.
Impian Elea adalah berkumpul bersama, Bima, Mala, Tiana dan Tristan. Walau Mala dan Tiana bersikap kasar, Elea selalu berdoa semoga Mala dan Tiana dilembutkan hatinya.
"Aku akan, menunggu hari itu. Hari dimana Tiana dan Mama Mala, menerimanya." Gumam Elea dalam hati.
Dia tersenyum mendengarkan cerita Widya, yang sering sekali kesal pada suaminya. Tak lupa Widya memberikan wejangan pada Elea, jika dia harus banyak bersabar dan nurut pada suami.
Bersambung...
Maaf typo
Update Malam