NovelToon NovelToon
Kenzie Dan Goresan Takdir

Kenzie Dan Goresan Takdir

Status: sedang berlangsung
Genre:cintapertama / nikahmuda / One Night Stand / Hamil di luar nikah / Ibu Pengganti / Teen Angst
Popularitas:1.5k
Nilai: 5
Nama Author: DarmaWati212

Ini tidak hanya bercerita tentang cinta sejati yang harus terpisah karena kesalahan. Ini juga bukan hanya tentang kejadian MAB, yang menghancurkan masa depan dua remaja. Tetapi ini juga tentang keluarga.

Kisah seorang anak yang harus menanggung derita atas kesalahan mereka. Dia yang tak mengerti apapun dipaksa bertanggungjawab dan menanggung luka. Di buang oleh ibu kandung, dibenci dan tak diakui oleh ayah sendiri. Menyakitkan, namun inilah garis takdirnya.

"Papa, jika kehadiranku sebagai anak haram adalah aib, akupun tidak ingin terlahir jika sebagai penghambat kebahagiaan kalian."

"Papa, Tuhan telah menjawab doaku, Kenzie telah dianugrahkan penyakit yang bisa membuat papa bahagia kembali."

"Aku harap, papa akan mencintai bunda Nara dengan tulus, karena dialah cinta pertama dan terakhir papa. Dan tolong, jangan pernah ada penyesalan karena inilah takdir."

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon DarmaWati212, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

Chapter 11

Di tengah kegelapan malam yang terus merayap masuk, Rani terdampar dalam penjara tak berpintu, dikelilingi oleh ketegangan dan desakan keinginan yang tak tergapai. Rintihan putus asa menciptakan simfoni keputusasaan, di mana cinta yang terkekang berjuang untuk membebaskan diri dari belenggu yang merajalela.

Dalam pelukan Renra, Rani merasa dirinya seperti burung yang ingin merentangkan sayapnya dan melayang bebas di langit biru yang tak terbatas. Namun, pelukan itu menjadi jalinan duri yang menusuk-nusuk keinginannya, menahan-nahan langkahnya yang ingin menggapai impian. Dengan setiap helaan napas, ia merasakan getaran getar kelelahan, namun semangatnya masih berkobar-kobar seperti api yang tak pernah padam.

Renra, sosok yang tegar seperti pilar batu karang di tengah badai, menolak untuk melepaskan Rani dari belenggu-benggulnya. Dengan ketegasan yang tak tergoyahkan, ia menahan badai emosi yang melanda, meski hatinya terkoyak-koyak oleh teriakan dan rintihan yang memohon pembebasan.

Di sisi lain, Rayhan menjadi saksi bisu dari pertarungan batin yang tak terlukiskan secara verbal. Dalam diamnya, ia berdiri sebagai penjaga keadilan yang memilih untuk membiarkan kebijaksanaan berbicara, meskipun hatinya terbagi antara kasih sayang pada ibunya dan kepatuhan pada otoritas ayahnya. Tak mampu melawan, Rani pasrah ketika di bawa masuk ke kamarnya.

Sementara hujan turun dengan lebatnya di luar, di dalam kamarnya yang terkunci rapat, Rani berusaha merangkai serpihan-serpihan harapan yang hampir padam. Dalam kesendirian yang menyiksanya, ia mencoba menemukan cahaya keberanian yang masih tersisa, untuk menghadapi malam yang gelap gulita dengan segala keterbatasannya.

Dalam keheningan yang menyiksa, Rani meratapi nasib yang kian terjerat dalam labirin ketidakpastian. Teriakan putus asa yang meluncur dari bibirnya menggema di dalam ruangan, menciptakan dentuman yang terasa hingga ke lubuk hati yang paling terdalam. Namun, meskipun suaranya terdengar gemuruh, tak seorang pun di luar sana tampaknya mendengar seruannya yang meronta.

Renra, sosok yang teguh seperti batu karang di tepi pantai yang terus dihantam ombak, terhanyut dalam lautan kemarahan yang tak kunjung surut. Rani meratapi sikapnya yang keras kepala, yang selalu memunculkan badai di setiap percikan emosi terkait Kenzie. Renra, tanpa sadar, telah membentengi hatinya dengan dinding-dinding yang tak bisa ditembus, tanpa menyadari bahwa di balik kekerasan itu tersembunyi rasa sakit dan kebingungan yang sama-sama melanda.

Dalam ruang makan yang sunyi, Rayhan duduk dengan tubuh yang kaku, terhanyut dalam medan perang batin yang tak kunjung mereda. Di dalam keheningan yang menyiksa, ia menemukan dirinya terjebak dalam pusaran pertanyaan yang tak terjawab dan keraguan yang semakin membesar. Suara gemuruh emosi yang bergulung-gulung di dalam dirinya menciptakan badai yang menggoyahkan tiang-tiang keyakinan yang telah lama ia bangun.

Mengapa semua ini harus begitu rumit?

****

Di kediaman keluarga Wijaya, Kenzie duduk dengan penuh ketegangan di antara pasangan suami istri yang baru dikenalnya. Meskipun terasa asing, ia mencoba menyesuaikan diri dengan percakapan yang mengalir begitu lancar di antara mereka. Setiap senyum, setiap kata yang diucapkan, terasa seperti selembar halaman baru dalam buku kehidupannya yang terus bergulir.

Dalam keadaan seperti ini, Kenzie merasakan dirinya tengah menjalani salah satu adegan dari impian terindahnya. Mengobrol ringan dengan orang tua yang hadir dengan penuh kasih sayang, menikmati kerlingan hujan yang meresap ke dalam tanah, mengalirkan kehangatan di antara jalinan tali kebersamaan yang baru terjalin. Meski dihantui oleh kesadaran akan kenyataan yang memilukan, Kenzie memilih untuk menenggelamkan diri dalam kemesraan sementara yang ditawarkan oleh momen-momen seperti ini.

Kwhadiran seseorang tiba-tiba menghentikan arus percakapan di antara mereka, membuat perhatian yang sebelumnya terbagi segera terfokus pada sosok yang memasuki ruangan dengan langkah ringan. Dengan sikap yang penuh hormat, seorang pembantu mengumumkan keberadaan Dokter Arya, kata-kata itu menyulut keingintahuan yang tak terucap, menciptakan ketegangan yang melintas di udara.

Nadya, dengan sigap dan tanpa keraguan, memberikan instruksi kepada pembantu untuk memanggil dokter tersebut. Kehadiran dokter itu menimbulkan rasa penasaran di antara mereka, khususnya Kenzie, yang mengerutkan keningnya dengan kebingungan yang tak terucap. Pertanyaan tentang siapa yang sakit memenuhi pikirannya, membuatnya mencari jawaban di antara keheningan yang menggelayut di ruangan itu.

Tak lama kemudian, seorang dokter dengan jas putih yang memancarkan aura kebanggaan melangkah masuk. Sambutannya kepada Fahri dan Nadya mengalir begitu alami, seolah-olah mereka telah bersahabat selama bertahun-tahun. Ia duduk di samping Fahri dengan santai, menyemarakkan ruangan dengan sedikit sentuhan keceriaan.

Namun, pandangannya segera tertarik pada seorang anak lelaki yang diam-diam memperhatikan kehadirannya. Kenzie, yang terdiam dalam kesunyian, tak terlibat dalam obrolan yang berlangsung, namun matanya sesekali melirik ke arah dokter Arya, sosok asing yang baru saja memasuki kehidupannya.

“Apa yang bisa saya bantu?”tanya dokter Arya dengan serius, menyadari bahwa kehadirannya pasti memiliki tujuan yang mendesak. Tatapan tajamnya mengarah pada Fahri dan Nadya, yang sama-sama menatap kembali dengan ekspresi cemas yang tak tersembunyi.

Nadya, dengan nada khawatir, segera menjelaskan alasan panggilannya. Ia menyatakan kekhawatirannya atas Kenzie, yang baru saja terkena hujan dan kemungkinan mengalami demam. Namun, ketika Kenzie menolak untuk menerima bantuan dokter, ruangan itu dipenuhi dengan keheningan yang sarat akan ketegangan. Meskipun tidak ada kegeraman yang terpancar dari wajah mereka, namun kekhawatiran yang mendalam justru terpancar dalam tatapan mereka yang saling bertautan.

Dalam sorot mata penuh kekhawatiran dan kecemasan, Nadya mencoba membujuk Kenzie untuk menerima bantuan dokter. Kata-kata lembutnya melintas di udara, membawa aroma harapan yang semakin menguat saat ia memohon kepada Kenzie untuk bersedia menjalani pemeriksaan. Ia mencurahkan segala ketulusan hatinya, ingin memastikan bahwa Kenzie akan baik-baik saja, tanpa terhalang oleh keraguan atau penolakan.

Fahri, dengan kelembutan yang melekat pada setiap intonasinya, menyampaikan keyakinannya pada dokter Arya. Ia menyebutkan tentang sisi kebaikan dan kelembutan dokter tersebut, yang memiliki kasih sayang yang meluap-luap pada anak-anak. Namun, di balik senyumnya yang tulus, tersembunyi rasa sedih yang mungkin tak terucap, ketika ia mengingat bahwa kebahagiaan itu belum juga datang bagi dokter yang telah mengabdi begitu lama.

Meskipun tak tersurat dalam kata-kata, Kenzie merasakan getaran kelembutan yang terpancar dari sosok dokter Arya. Ia mungkin tak bisa membaca ekspresi wajahnya dengan jelas, namun getaran empatinya meresap ke dalam hati Kenzie, membuatnya mengerti bahwa di hadapannya berdiri sosok yang baik dan penuh perhatian.

Namun, Kenzie dengan gagah berani mengoreksi mereka. Meski mungkin terdengar seolah menolak bantuan dengan alasan bahwa ia bukan lagi seorang anak-anak, namun di balik kata-kata itu tersirat keinginan untuk dihargai sebagai individu yang sudah dewasa. Namun, seringkali kata-kata tak mampu menyambar di tempat yang diharapkan, karena Nadya dengan penuh kelembutan menyatakan kekhawatirannya yang mendalam.

Nadya, dengan hati yang penuh dengan luka yang tak terobati, mencoba menjangkau Kenzie dengan doa-doa yang terucap dalam kata-kata lembutnya. Rasa khawatir yang menghantui setiap detak jantungnya, membuatnya ingin melindungi Kenzie, seakan akan menggantikan peran ibu yang terpatahkan di dalamnya. Mungkin inilah cara dia merasa sedikit tenang, dengan membantu orang lain yang mungkin juga membutuhkan cinta dan kasih sayang seperti yang telah lama terpendam dalam hatinya.

Dalam keheningan yang kembali menyusup di antara mereka, suara lembut dan penuh kebaikan dari dokter Arya memotong benang-benang pembicaraan yang terjalin. Dengan ketegasan yang halus namun tegas, ia bertanya tentang identitas Kenzie, mencoba memahami lebih dalam tentang sosok remaja yang baru saja hadir di tengah-tengah mereka. Namun, sebelum Kenzie sempat menjawab, Nadya dengan penuh kelembutan menceritakan latar belakang singkat tentang keberadaan Kenzie di sana.

Dengan suara yang tenang namun penuh urgensi, Nadya menjelaskan bahwa Kenzie adalah seorang remaja yang tersesat di jalanan, tanpa memiliki informasi tentang alamat rumahnya atau bahkan tanpa membawa handphone. Kehadirannya di sana adalah hasil dari kebaikan hati Nadya yang tak tega meninggalkannya sendirian dalam keadaan yang memprihatinkan. Ia membawanya ke rumah agar Kenzie bisa istirahat dengan tenang, sambil merencanakan untuk mencari orangtuanya keesokan harinya, yakin bahwa mereka pasti sangat khawatir jika Kenzie tak kunjung pulang.

Dengan bijaksana, dokter Arya menganggukkan kepala sebagai tanda pengertian. Di matanya terpancar kerelaan untuk membantu, serta kehangatan yang meresap ke dalam hati Kenzie, menciptakan ikatan yang tak terucap namun terasa begitu kuat di antara mereka. Sebuah senyuman tulus menyapa wajah Kenzie, yang dengan langkah mantap memutuskan untuk menerima bantuan yang ditawarkan.

Senyum lega melintas di wajah Nadya, menciptakan aura kebahagiaan yang mengalir di antara mereka. Dengan penuh perhatian, ia mengantar mereka ke ruang tamu, yang kini akan menjadi tempat Kenzie beristirahat malam itu. Di dalam ruang itu, mungkin, akan tercipta momen-momen kecil yang penuh kehangatan, di mana kebaikan hati dan kasih sayang menjadi pemandu di tengah malam yang sunyi.

1
Lady Orlin
iya lho, jarang koneksi secwpat ini apalagi sama org yg baru ketemu😌
Lady Orlin
Yah kenzie pulang😮‍💨
Lady Orlin
pasti sakit bgd jadi Rani, udah kyk anak sndiri Kezie wlp sbnernya cucunya
Lady Orlin
serius? khawatir kenapa dok🥺🥺
Lady Orlin
Hey jgn diperhatiin lagi bobo😆😆
Lady Orlin
aku dukung Alvaro lamar Nara🔥🔥
Lady Orlin
trnyataoh trnyata Nara anak Nadya🙃
Lady Orlin
lagi mikirin cowo lain tuh Al😆😆
Lady Orlin
Lho nara mash kesemsem ama Rayhan🤣🤣
Lady Orlin
wow so sweet, smoga langgeng yahh😍
Lady Orlin
Nadya baik bgd pdhl Kenzi org baru dikenal🤩
Lady Orlin
rumit kl kamu gak cari jalan kekuar Ray, jangn cuma dioendam tapi cari jln kluar
Lady Orlin
Segini dulu kak, nnti aq lanjutt .. kerennn, semangattt syelalu🔥🔥
Lady Orlin
Pasti ngarep bgd ya Ken Keluarga sendiri sebaik Kel. Nadya😭😭
Lady Orlin
Wah ati2 Ken sama org yg baru aja dikenal😌
Lady Orlin
Kok aku OVT Nadya ibu kandunf Kenzi😨😨
Lady Orlin
Apa Nadya ada hubungannya sama Kenzie?
Lady Orlin
Saking udh sayangnya sama Kenzii😭😭
Lady Orlin
siapa Nyonya ini? Hmmm
Lady Orlin
seseuknya sampe sini Ken😭😭
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!