This Is ME

Ada perasaan hangat yang menjalar dalam kalbunya, Andin tersenyum sebelum perlahan berpindah tempat saat melihat Aftan kembali memejamkan mata.

Semua pelukan dan bisikan lembut di telinganya membuat sensasi aneh yang bikin dirinya merinding, namun juga suka.

"Sial!" Dalam hati Andin merutuki dirinya disaat membayangkan sesuatu yang lebih.

Andin merebahkan tubuh di sofa yang tak jauh dari tempat tidurnya, tidak ingin mengambil resiko akan terkena serangan jantung mendadak jika terus-menerus didekat Aftan, dan akhirnya terlelap kembali karena memang hari masih sangat gelap.

Terasa hanya sekejap saat Andin kemudian terbangun kembali, sinar hangat sang mentari telah menyapa kulitnya.

"Oh sial, aku terlambat!" Serunya dan segera berlari memasuki kamar mandi.

Bergegas melakukan ritual pagi dengan singkat, mengingat waktunya yang sudah mepet untuk sampai di tempatnya bekerja, keluar tergesa dan matanya menatap kasur yang sudah rapi tanpa ada lagi orang disana.

"Rupanya dia sudah pergi" gumam lirih Andin lalu segera memakai baju, memoles wajahnya tipis-tipis, setelah nampak sempurna segera beranjak dari kamar menuju ke lantai bawah.

"Maaf Nyonya, pesan dari Tuan Aftan, agar anda tidak melewatkan sarapan pagi" salah satu asisten rumah tangga mengehentikan langkah Andin yang akan menuju pintu keluar.

"Baiklah, maaf" ucapnya.

Andin membalikkan badan, lalu berjalan menuju ke meja makan.

"Tuan Aftan sendiri yang membuatnya" keterangan yang sangat mengejutkan Andin sambil melihat roti lengkap dengan topingnya.

"Oh, iya, terimakasih" ucap Andin yang masih terkejut tak percaya dengan apa yang dilihat dan di dengarnya.

Makan pagi hari yang tak tergantikan bagi Andin, baru pertama kali seseorang membuatkan sarapan pagi untuknya selama yang dia ingat, bahkan almarhum ibunya tidak pernah ada waktu untuk melakukan semua itu, tapi seorang laki-laki hebat dan berkuasa kini telah membuatkan nya.

"Apa aku bermimpi?" Andin lalu mencubit lengannya sendiri, dan mengaduh kesakitan yang berarti ini adalah hal nyata.

Bibirnya tersenyum sambil menikmati sarapannya, tak henti hatinya begitu bahagia walaupun dengan sadar mungkin ini hanya sementara.

*

*

Kabar di berikan dengan segera oleh pengirim berita yang di tugaskan oleh manager Perusahaan yang tak lain adalah pimpinan perusahaan Andin saat ini bekerja.

"Maaf pak Deni, Hari ini ada jadwal kunjungan langsung ke sebuah perusahaan?" Tanya Andin setelah mendapatkan kabar.

"Hem, pemilik perusahaan besar akan memesan sebuah perhiasan spesial, aku yakin seleramu sangat bagus, dan tugasmu kali ini adalah membawa perhiasan spesial itu untuk kita bawa beberapa untuk di pilih"

Andin mengerut kan kening, "bukankah aturannya adalah pembeli harus datang sendiri di perusahaannya saat memesan perhiasan istimewa" batin Andin.

"Tunggu Pak, jadi kita ke sana?" Tanya Andin memastikan lagi.

"Iya, dia orang spesial karena akan membeli perhiasan yang mahal untuk hari Istimewa nya, apa penjelasan ku bisa di mengerti?" Deni sadar betul kalau masih banyak pertanyaan dalam pikiran Sekretarisnya.

Andin mengangguk, dirasa sudah cukup memahami, dan beginilah cara kerja perusahaan bagi pelanggan khusus yang akan merogoh uang sangat dalam demi perhiasan mewah yang di jual eksklusif di perusahaan.

Akhirnya Andin dengan jeli memilih bersama dengan beberapa ahli desain di perusahaan yang membantunya.

"Ada 5 perhiasan, apa itu masih kurang?" Tanya Andin menginginkan pendapat.

"Pilihan anda luar biasa dan sangat tepat Nona Andin, dan saya rasa ini sudah cukup, pasti salah satu akan di pilih nantinya, karena semuanya sangat unik dan menarik" ucap salah satu ahli yang membantu.

"Amin, aku harap begitu, semuanya ada nilai history dan arti tersendiri, hal itu akan aku tambahkan saat mempromosikannya nanti" ucap Andin dengan senyuman penuh semangat.

Kini berada di dalam perjalanan, satu mobil dengan sang manager yang tak henti melihat ponselnya untuk menghandle pekerjaannya.

"Shiit!, putar balik!" Tiba-tiba saja sebuah perintah membuat mobil berhenti mendadak.

"Ada apa Pak?" Tanya Andin.

"Pertemuan tidak jadi di perusahaannya, mereka mengirim lokasi terbaru, disebuah hotel mewah, tepatnya di restonya" ucap Deni yang juga nampak kaget dengan isi pesan, namun demi kepuasan pelanggan, apapun akan dituruti asal masih dalam batas normal.

Andin tersenyum menatap sopir perusahaan yang tentu saja sangat kesal, membuatnya kaget dan harus putar balik di arus jalanan yang sangat ramai.

Tiba di sebuah hotel mewah berbintang, Andin segera keluar membawa koper di bantu oleh dua orang dari perusahan.

Berjalan mengikuti langkah kaki Deni yang lebih dulu memberi arah, hingga kemudian tiba disebuah resto yang tidak terlalu banyak pengunjung, memasuki ruangan khusus yang telah di pesan dan akhirnya di persilahkan masuk.

Deg!

Andin bagai membatu di tempat, saat melihat dua orang yang sangat tidak ingin dia temui, tapi nyatanya kini justru harus berhadapan langsung di tempat seperti ini, lalu untuk siapa perhiasan ini?

"Selamat datang Tuan Erga Dirgantara, lama kita tidak berjumpa" Deni memberikan salam dan keduanya saling memeluk, rupanya mereka adalah teman baik sejak lama.

Andin masih terdiam, dan beberapa detik kemudian Deni terkejut saat Erga memperkenalkan Sheila yang tentu saja sudah di kenalnya beberapa hari lalu.

"Dia_?"

"Calon pengantin ku, dan perhiasan ini untuk acara pertunangan ku nanti" ucapnya dengan memeluk mesra Sheila.

Deni langsung spontan menatap Andin yang berada tak jauh di belakangnya, dan hanya senyuman saja yang nampak di berikan oleh sekretarisnya, cukup menjelaskan jika keadaannya baik-baik saja.

"Oh, jadi begitu, baiklah, aku tidak perlu lagi memperkenalkan sekretaris ku bukan?, karena dulu aku dengar kalian_"

"Hanya masa lalu yang tidak penting," sahut Sheila sambil melirik Andin yang kini sudah duduk tanpa ekspresi.

"Oh baiklah, maaf kalau kata-kata saya menyinggung, jadi siapa yang akan memilihnya?" Tanya Deni segera pada poinnya karena tak ingin berlama-lama dalam suasana yang tak nyaman sama sekali.

"Bisa jelaskan satu persatu nilai perhiasan ini?" Ucap Erga sesekali mencuri pandang ke Andin.

"Sial, kenapa dia terlihat begitu cantik" ucap Erga dalam hati sambil duduk sesekali mencuri pandang kepada mantan kekasih yang di khianati nya.

Andin tanpa ragu segera berdiri dan menjelaskan satu persatu dalam layar yang mewakili bentuk menarik perhiasan istimewa yang di bawanya.

Setelah itu, Sheila dengan manja memilih harta tertinggi dari lima perhiasan yang dibawa, seolah menunjukkan kalau Erga calon suaminya salah orang yang sangat kaya dan royal terhadap nya.

Masih negosiasi masalah harga, Andin tertawa dalam hati, ujung-ujungnya juga masih minta penawaran korting harga, sungguh menggelikan.

Keadaan yang tak bisa menahan buang air kecil lagi, membuat Andin segera berjalan cepat setelah berpamitan untuk ke kamar mandi.

Setelah lega melakoni aktifitas di Toilet sebuah hotel, Andin segera bergegas namun di kejutkan dengan kedatangan seseorang yang menghadang.

Belum sempat Andin membuka bibirnya, lebih dulu Erga mendorongnya kembali masuk.

"Jangan kurang ajar Erga, lepas!" Teriak Andin tak peduli lagi, lalu cekal an tangganya terlepas begitu saja.

"Kau sangat cantik!" Erga menyergap Andin dalam Kungkungan.

"Jangan macam-macam Erga, lepas kan!"

Erga justru seperti orang yang lapar dan dahaga, tidak peduli lagi dengan keadaan sekitar karena rasa rindu yang tak bisa di tahannya.

"Kembali padaku, aku akan memenuhi semua keinginan mu, dan aku pastikan tetap mengutamakan mu walaupun hanya wanita simpananku" bisik Erga yang semakin memeluk erat dan tangannya mulai menyentuh dengan berani.

"Kau benar-benar tak tau diri!"

Bruk

Andin berbalik dan memukul kuat perut Erga hingga berhasil lepas dan Erga terhuyung ke belakang sambil menahan sakit.

"Pergi, atau aku akan berbuat lebih dari ini!" Ucap Andin dengan tatapan nyalang nya.

"Bereng-sek, kau semakin liar Andin dan aku semakin suka"

"Kau Gila!"

Andin tak menggubris, terdengar suara langkah kaki hingga dirinya segera melesat dari Toilet, agar tak berakhir fitnahan lagi karena bersama Erga disana.

"Sedang apa disini?"

Deg!

Andin sangat terkejut saat langkah kakinya terhenti melihat siapa yang sudah ada di depannya.

Bersambung.

Yuk jangan lupa SENIN hari untuk membagi VOTE, VOTE, VOTE, dan menangkan kesempatan mendapat hadiah di Bab 40 dan 80.