Alana terpaksa menikah dengan seorang CEO dingin bernama Adam Pratama atas permintaan saudara kembarnya, yang kabur satu hari sebelum pesta pernikahan.
Seiring berjalannya waktu, Adam menunjukkan rasa pedulinya pada Alana dan mulai melupakan mantan kekasihnya.
Akankah muncul benih-benih cinta diantara mereka berdua? Apalagi mengingat kalau ini adalah pernikahan yang terpaksa semata?
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Senja, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Bab. 13
Keesokan harinya ...
Adam kelimpungan mencari keberadaan Alana yang sudah tidak ada di sampingnya.
Pria itu sudah mirip seperti seekor ayam yang kehilangan induknya.
“Alana dimana kamu!” teriak Adam khawatir jika Alana kabur darinya tanpa bilang apapun padanya.
Adam beranjak dari tempat tidur, memeriksa seluruh ruangan kamar. Namun, sama sekali tidak menemukan keberadaan istri kecilnya.
“Alana! Jangan main-main denganku, keluar kamu!”
Boy segera menghampiri Adam sebelum pria itu membuat keributan di pagi yang cerah.
“Tuan, ada apa?”
“Dimana Alana?” tanya Adam mengusap gusar wajahnya.
“Nona sudah berangkat ke kampus pagi-pagi sekali, Tuan,” jawab Boy.
Boy bisa melihat kalau majikannya itu memang sudah mulai terkena demam bucin dari gadis kecil seperti Alana.
Biasanya Adam akan bersikap masa bodoh saat Sherly pergi berlibur ke luar kota meski tanpa meminta izin darinya.
Karena jika Sherly sudah merayu Adam dengan bujukan-bujukannya, pria itu akan luluh tanpa protes sama sekali.
“Apa katamu!” pekik Adam membuat Boy langsung menunduk ketakutan. “Kenapa kamu membiarkannya pergi ke kampus, Boy! Dia masih sakit. Bagaimana kalau—”
“Maaf, Tuan. Tapi nona sendiri yang memaksa untuk diantar ke kampus dengan alasan ada tugas yang tidak bisa nona tinggalkan,” sahut Boy dengan helaan nafas panjang. Ia berdoa supaya Adam tidak mencak-mencak.
“Dasar bodoh!” Adam duduk dengan perasaan kesal luar biasa. Sia-sia usahanya untuk mengurung Alana di rumah dan memberinya obat tidur. Malah dia yang kesiangan bangun.
“Jemput dia!” titah Adam.
“Ya, Tuan?”
“Kubilang jemput dan bawa pulang dia sekarang. Kamu tuli, hah?!” geram Adam memijat pelipisnya yang mulai terasa pusing.
Sedangkan Boy, asisten pribadi Adam itu langsung bergegas keluar menuju mobil untuk menjemput Alana.
****
Sementara di kampus, Alana dan Clara tengah duduk bersantai di kantin. Sebelum pelajaran mulai, mereka menyempatkan diri untuk sarapan disana.
“Kamu tadi tidak sarapan, Al?” tanya Clara mengaduk bubur ayam yang ada di depannya.
Yang ditanya hanya mengangguk. Ia sengaja tidak sarapan agar bisa menghindar dari Adam. Malas bertemu dengan pria itu.
“Diantar om kamu lagi?”
“Uhuk...” Alana tersedak teh hangat yang baru saja ia teguk. “Tidak, aku naik angkutan umum,” jawab Alana gelagapan. Ternyata Clara masih mengingat Adam.
“Pelan-pelan, Al. Aku tidak akan memintanya, tenang saja,” ucap Clara mengusap punggung Alana naik turun.
Tatapan Clara tertuju pada pria yang saat ini sedang berjalan ke arah mereka berdua.
“Astaga, Al. Aku melihat seorang malaikat. Atau mungkin lebih tepat di panggil pangeran tampan.” Clara menggigit bibir bawahnya sendiri.
Alana mendongak. Ia menelan saliva nya dengan susah payah saat melihat pria yang berdiri di depannya sekarang. “Dokter Raka?”
Dokter Raka tersenyum. “Boleh aku duduk di sini?” tanyanya.
“Tida–”
“Oh, tentu saja, Dokter. Anda bebas duduk dimana pun. Bila perlu di sini,” ucap Clara menepuk pahanya. Memberi kode pada dokter Raka agar duduk di pangkuannya.
Dokter Raka terkekeh melihat sikap random Clara dan langsung duduk di hadapan mereka berdua. “Kebetulan aku mampir dan melihat kalian.”
“Apa yang ingin kamu lakukan, Al. Setelah lulus nanti?” tanya dokter Raka.
“Aku?” Alana menunjuk dirinya sendiri.
Dokter Raka mengangguk. “Iya, kamu siapa lagi.”
“Tentu dia ingin menjadi desainer terkenal yang sukses, Dok.” bukan Alana yang menjawab melainkan Clara. “Itu juga salah satu cita-cita Alana sejak kecil, iya kan, Al?”
Alana mengangguk pasrah dengan jawaban Clara. Kenapa pula sahabatnya itu menceritakan semua pada dokter Raka.
“Baguslah. Jadi, itu artinya kamu perlu hidup mandiri dan jauh dari dia,” celetuk dokter Raka tiba-tiba, membuat Clara menatap aneh padanya dan juga Alana.
“Mereka ini kenapa? Mencurigakan sekali!” ucap Clara dalam hati.
Mohon maaf jika banyak typo, tolong ingatkan🤭