Mengandung Benih Kakak Ipar

"Oh God! Jangan-jangan Bi Asri membelikan ini untuk Aya! Kenapa aku baru sadar! Apa benar Aya hamil? Aku harus cari tahu!" gumam pria itu dengan wajah yang senang. Entah kenapa ia terlihat bahagia jika saja Aya benar-benar mengandung anaknya.

Sementara itu Bi Asri sudah tiba di kamar Aya. Wanita itu melihatnya Aya sedang duduk di ranjang sembari menekuk kedua kakinya dengan membenamkan wajahnya di atas lutut.

"Non Aya, ini bibi sudah belikan testpack-nya!" seru Bi Asri sembari duduk di samping gadis itu. Aya mengangkat wajahnya dan melihat tas plastik yang ditunjukkan oleh sang asisten rumah tangga.

"Bi, harus ya aku mengetesnya sekarang?" tanya Aya dengan wajahnya yang pucat.

"Tadi Bibi belikan 2 testpack, Non Aya bisa pakai sekarang jika penasaran, kalau mau bersabar, hasil paling akurat itu ya besok pagi, di saat pipis pertama itu, Non!" seru Bi Asri menjelaskan sambil membuka kantung mata berwarna putih itu.

Namun, Bi Asri tampak terkejut saat melihat testpack yang dibelinya cuma satu bukan 2. "Loh, testpack satunya kemana? Kok nggak ada?" Bi Asri benar-benar panik, wanita itu pun mencari-cari keberadaan testpack tersebut di sekeliling, mungkin saja benda itu terjatuh.

"Ada apa, Bi? Bibi mencari apa?" Aya juga ikut bingung apa yang sebenarnya Bi Asri cari.

"Itu, Non. Testpack satunya hilang. Perasaan tadi Bibi udah memasukkan semuanya deh! Apa mungkin terjatuh ya! Tapi jatuh di mana? Padahal saya sudah hati-hati membawanya supaya Tuan Wisnu tidak curiga! Lah kok malah hilang!" ucap Bi Asri mengingat-ingat saat dirinya membawa testpack yang dibawanya.

"Aduhhh kok bisa jatuh, Bi? Semoga saja Mas Wisnu nggak nemuin itu di luar. Bisa gawat kalau dia sampai tahu. Dia nggak bakalan mau melepaskan aku, Bi!" sahut Aya panik.

"Waduh, semoga saja ya, Non. Tadi Bibi sempat ketemu sih sama dia di luar. Bibi nggak bilang kok kalau habis beli testpack!"

"Terus gimana dong, Bi? Jatuh di mana testpack itu?" Aya khawatir jika benda itu terjatuh dan ditemukan oleh Wisnu. Pasti Wisnu tidak akan pernah mau menjauhinya, pria itu akan semakin memaksa Aya untuk tetap bersamanya.

"Biar Bibi cari saja dulu, mungkin terjatuh di luar, semoga saja masih ada! Non Aya tunggu di sini! Atau Non bisa memakainya sekarang biar tahu hasilnya!" ucap Bi Asri sebelum pamit untuk mencari testpack yang terjatuh.

"Hmm iya, aku akan mencobanya. Aku berharap hasilnya negatif biar aku bisa terbebas dari Mas Wisnu!" ucap gadis itu sembari memegang testpack di tangannya. Bi Asri segera pergi ke luar untuk mencarinya. Sementara itu, Aya segera pergi ke kamar mandi untuk mengetes langsung dengan testpack yang baru saja dibelikan oleh Bi Asri.

Sedangkan di luar, Wisnu melihat Bi Asri yang terlihat sedang mencari sesuatu. Sampai akhirnya wanita itu melihat bungkus testpack yang terjatuh di bawah tak jauh dari posisi Wisnu berdiri.

"Ya Tuhan, ternyata itu jatuh di sana! Untung saja Tuan Wisnu nggak ngelihat. Bisa gawat kalau dia tahu, aku harus mengambilnya!" pikir Bi Asri yang mulai merencanakan untuk mengambil benda itu tanpa sepengetahuan Wisnu.

"Bibi mencari apa? tanya Wisnu.

"Oh, sa-saya tidak mencari apa-apa, Tuan. Saya cuma mencari kancing baju saya yang terlepas, hehehe. Apa Tuan tidak tahu kancing baju warna hitam seperti ini? Saya mau memasangnya di baju saya!" Bi Asri mencoba mengalihkan perhatian Wisnu dengan berbohong sedang mencari kancing bajunya yang terlepas.

"Kancing baju? Sepertinya saya tidak melihatnya, Bi. Emm mungkin dia jatuh di bawah kolong meja!" ucap Wisnu sembari menunjuk ke bawah meja.

"Waduh, saya nggak bisa mencarinya, Tuan. Badan saya gembrot nggak bisa nunduk. Tuan bisa bantu Bibi untuk ambilkan? Maaf loh, Tuan. Saya nggak bermaksud merepotkan Tuan!" ucap Bi Asri yang sengaja menyuruh Wisnu untuk menunduk agar dirinya bisa mengambil bungkusan berisi testpack tersebut.

"Oh ya, tentu saja!" Wisnu pun dengan senang hati mencarikan kancing baju bi Asri, di saat Wisnu sedang menunduk. Di saat yang bersamaan Bi Asri segera mengambil testpack itu dan langsung ia sembunyikan di balik bajunya.

Wisnu yang sejatinya cuma pura-pura, ia pun berkata kepada bi Asri. "Di sini juga nggak ada, Bi!"

Bi Asri yang sudah mengambil testpack itu, wanita itu pun bisa bernapas dengan lega. "Ya sudah Tuan, tidak usah dicarikan lagi, biar Bibi pasang kancing baju yang lainnya aja, terima kasih banyak atas bantuannya Tuan Wisnu. Kalau begitu saya permisi dulu ke dapur!"

"Oh bener nihh! Ya sudah tidak apa-apa, saya senang bisa membantu Bibi. Ya sudah, silakan Bibi pergi!" sahut Wisnu sembari tersenyum. Akhirnya, Bi Asri pun segera pergi ke dapur. Wisnu tersenyum kecil setelah melihat kepergian Bi Asri.

"Sepandai-pandainya Bibi menyembunyikan sesuatu, pada akhirnya aku sudah tahu semuanya. Sekarang, aku ingin tahu apa benar Aya memang hamil. Jika itu benar, mau tidak mau aku harus menikahinya, anak itu membutuhkan ayahnya!" gumam pria itu sebelum pergi menemui Aya.

Sementara itu di kamar mandi, Aya hanya bisa terduduk lemas, benar-benar sesuai dugaan bahwa dirinya memang sedang berbadan dua. Terlihat dengan jelas garis dua pada testpack yang ia pegang.

"Aku hamil! Tidak mungkin ...!"

BERSAMBUNG