Istri Kontrak Tuan Impoten

Diva dan Tasya bergandengan tangan, mereka saling berbisik satu sama lain. Dua pria menatap mereka dari belakang, sambil menerka apa yang sedang Diva dan Tasya bicarakan.

"Kenapa kamu tidak bilang kalau mau pergi keluar dengan Leon?" Diva menyipitkan kedua matanya.

"Kamu pasti sudah tau jawabannya kan?"

"Kamu tidak ingin aku mengikuti kalian diam diam?"

"Betul, kamu kan suka kepo orangnya. Ha... Ha... Ha..."

"Sembarangan sekali bicaramu. Btw bagaimana kencan pertama kalian hari ini?" Diva mengedipkan matanya sebelah. menggoda Tasya yang telah berhasil mengajak Leon jalan berdua.

"Pria itu kelewat cuek, hanya mau bicara jika topik pembicaraanku penting. Sebaiknya aku mundur saja, dia tidak cocok untukku,"

"Yakin mau mundur?"

"Yakin,"

"Ya sudah terserah kamu saja. Aku akan tetap mendukung apapun pilihanmu."

Diva merangkul pundak Tasya, keduanya saling menatap lalu tertawa. Begitulah wanita jika sudah bertemu dengan bestie nya, bisa lupa pada pasangan mereka.

Dari kejauhan, seorang pria berlari dengan buru buru. Dia dikejar oleh dua pria lain entah karena perkara apa. Tiga pria itu tiba tiba saja menabrak Diva hingga jatuh tersungkur dilantai, Tasya menjerit histeris karena menyadari Diva sedang hamil. Dika langsung sigap merangkul istrinya dan menanyakan keadaanya, sementara Leon mengejar tiga pria asing yang seolah menabrak Diva tadi.

"Sayang, perutku sakit," rintih Diva pada Dika.

"Ayo kita bawa dia ke dokter," ajak Tasya.

"Ayo," Dika mengangguk.

"Tapi Leon kemana?" Tasya mencari cari keberadaan Leon.

"Biarkan saja dia, nanti juga menyusul."

Sepanjang perjalanan menuju rumah sakit, Diva terus merengek kesakitan. Tasya terus mengecek kaki Diva, melihat apakah ada cairan atau darah keluar dari sela diantara kaki temannya. Seperti biasa yang dia lihat di film saat ada Ibu hamil jatuh tiba tiba.

"Tidak ada pendarahan atau apapun, harusnya kamu baik baik saja. Mungkin bayinya syok jadi perutmu kontraksi," Tasya mencoba menenangkan Diva yang mulai panik.

keringat dingin keluar dari pori pori wajah Dika, dia takut sesuatu yang buruk terjadi pada anak dan istrinya. Sudah hampir setengah jam Diva masuk UGD, tapi dokter atau perawat belum ada yang keluar untuk memberikan penjelasan padanya.

Dika mondar mandir, pikirannya sangat kacau. Leon datang bersama dengan Nurma Ibunda Leon. Mata Nurma sembab, jelas sekali dia baru saja menangis.

"Kenapa dia bisa jatuh? Masa tiga orang tidak bisa menjaga satu wanita hamil?" Nurma menatap Dika, Leon dan Tasya secara bergantian.

"Maaf Tante, tapi kejadiannya begitu cepat," ucap Tasya.

"Saya sudah mengejar tiga pria itu sampai ke gang belakang mall, tapi mereka menghilang Tuan. Ada indikasi mereka sengaja menabrak Nona," sambung Leon.

"Periksa semua kamera cctv yang ada disana, cari tau wajah mereka dan laporkan kejadian ini ke kantor polisi," perintah Dika.

"Baik Tuan." Leon mengangguk patuh.

Beberapa menit kemudian, pintu ruang IGD terbuka. Seorang Dokter kandungan menghampiri Dika dengan wajah datar, Dika khawatir sesuatu yang buruk telah menimpa anak dan istrinya.

"Anda suami dari Nyonya Difa?" Tanya Dokter itu.

"Iya, aku suaminya. Bagaimana keadaan istri dan anaku?"

"Mereka baik baik saja, tapi jika hal seperti ini terjadi lagi saya tidak yakin mereka akan baik baik saja. Jadi jangan sampai istri anda jatuh lagi," pesan Dokter.

"Baik Dokter, aku akan menjaganya dengan baik." Ucap Dika mantap.