Cinta Jingga

Memang sepele jika dilihat, mengapa jingga berlebihan karena selama berpacaran dengan Leo dia tidak pernah diperlakukan seperti itu walaupun dia dan kak jimmi hanya sebatas kenalan. "kenapa aku jadi membandingkan leo dengan kak jimmi?" dia berbicara dalam hati sambil menggelengkan kepala nya.

Di dalam mobil, mereka masih terasa asing karena mereka baru berkenalan beberapa jam yang lalu.

" Mata kuliah ini, kamu baru ngambil atau ngulang?" tanya jimmi kembali memecah keheningan.

Jingga nyengir agak sedikit malu " ngulang ".

Jimmi mengeluarkan senyuman manis nya " sesusah itu kah statistik?"

Jingga melirik sinis.

" hahaha... Dapat nilai berapa? Kok harus ngulang".

dengan berat jingga menjawab " C "

" berapa nilai harapanmu jika mengulang sekarang? " tanya jimmi sedikit meledek.

" A " jingga menjawab agak kesal.

" kalau ngga sesuai harapanmu, apa kamu akan mengulang nya lagi? "

" iya lah "

" ok, saya ngga akan membantumu memberi nilai A, supaya kamu mengulang mata kuliah ini dan bertemu saya lagi " jimmi masih menggodanya. Sementara jingga hanya tercengang dengan mulut menganga kecil, mendengar asdosnya berbicara seperti itu.

Sementara jimmi tertawa lebar, " bercanda, lagian kalaupun kamu ngulang semester depan, aku juga sudah wisuda. kamu harus bisa ngejar nilaimu semester ini" jimmi menyemangati jingga.

Jingga hanya tersenyum, entah dia harus mengomentari apa tentang apa yang dikatakan asdos nya itu. " didepan belok kiri yah, kita berhenti di RM. Selaras ".

" Siap Mba " jawab jimmi

" Diih kak jimmi ini dari tadi becanda teruuus " sambil memonyongkan bibir nya.

" kamu mau saya seriusin??" tanya jimmi cepat.

" Hah" Jingga menoleh kearah asdos nya sambil mengerutkan dahi nya. " pertanyaan apa ini?" dalam hatinya.

Sampai lah mereka di rumah makan. Mereka langsung memasuki rumah makan tersebut, perut mereka sudah menuntut hak nya, mereka mulai memilih makanan yang akan dimakan, selanjutnya mata mereka mulai mencari tempat duduk yang kosong, tempat ini belum terlalu ramai karena memang belum masuk jam makan siang.

"disana aja" jingga menunjuk meja kosong dipaling sudut. Sementara jimmi menyetujui dengan anggukan.

Mulai lah mereka menyantap makanan yang sudah mereka ambil tadi. Baru beberapa suap makanan tersebut dilahap, seseorang memukul pundak jimmi.

"jim, tumben makan disini?" tegurnya.

jimmi menoleh dan kembali makan "iya" jawabnya singkat.

Perempuan itu melihat jingga penasaran " pacar baru??"

" Sudah lama, kamu aja baru lihat " jawab jimmi santai.

Sementara jingga melotot melihat jimmi, gimana tidak kaget, mereka baru saja berkenalan beberapa jam yang lalu dan sekarang dia tiba - tiba mengakuinya sebagai pacar kepada orang yang dia tidak kenal. Sementara jimmi mengedipkan kedua matanya sekali dan tersenyum penuh arti melihat jingga. Dan akhirnya Jingga pun mulai mengikuti sandiwara yang dimainkan oleh jimmi, dia pun ikut tersenyum palsu...

" oh ya kalau memang benar dia pacarmu sudah lama?? kenapa ngga kamu kenalin ke mama kamu, kenapa 3hari yang lalu mama mu masih menghubungi veny dan masih menganggap dia pacarmu? Kamu tidak pernah bilang kalau kalian sudah putus?"

" itu karena veny tidak tahu malu, masih menganggap mama ku sebagai mama pacar nya. Padahal ketika dia dihubungi mamaku tinggal bilang hubungan kita sudah berakhir karena dia selingkuh, kenapa dia tidak lakuin itu??" jimmi agak sedikit emosi.

" kamu sa...." omongannya terhenti, karena jimmi memotong pembicaraannya,

" kamu tidak perlu membela nya, aku tau kamu temannya tapi tolong tidak perlu mencampuri urusanku dengannya! "

Perempuan itu lalu pergi dengan hati yang tidak senang. Sementara itu jingga hanya diam mengamati apa yang terjadi sambil menghabisi sisa makanannya. Di sisi lain Jimmi menghentikan makannya, nafsu makannya hilang karena emosi.