1. Kecelakaan fatal yang tanpa sengaja di alaminya saat dirinya akan melaksanakan pertunangan dengan kekasihnya. Kecelakaan itu sampai membuat gadis yang di tabraknya menjadi lumpuh dan kehilangan masa depan hingga dirinya harus bertanggung jawab ( Selingan pembuka kisah )
2. Persahabatan dan persaudaraan di masa lalu antara Letnan Sakti dan Letnan Jatmiko membuat Letnan Jatmiko menikahi seorang gadis dalam keluarga tersebut namun gadis itu teramat sangat membencinya hingga dirinya memilih untuk pergi dan mengalah daripada keluarga yang telah membesarkan namanya menjadi tidak harmonis.
Seiring berjalannya waktu, luka menganga di hati Bang Jatmiko perlahan terobati dengan hadirnya tambatan hati namun sang mantan kembali di tengah mereka.
SKIP bila tidak sanggup bersinggungan dengan konflik.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon NaraY, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
28. Membuka lembar baru.
Sebagai rasa terima kasih, gadis itu membuatkan camilan dan kopi untuk Bang Jatmiko dan kawan-kawan yang sudah membantu dan melindungi mereka dari orang yang berniat jahat.
"Ngomong-ngomong dari tadi saya tidak tau nama kamu." Kata Bang Jatmiko.
"Namaku Rindang. Rindang manah." Jawab gadis itu kemudian melanjutkan kegiatannya menggoreng camilan untuk kawan-kawan nya.
"Kawan-kawan mu ada di depan. Kenapa kamu lebih memilih duduk di dapur sendiri?? Banyak om-om tentara tuh." Tanya Bang Jatmiko.
"Abang sendiri kenapa ada disini? Bukankah banyak juga teman-teman Rindang yang perempuan." Balas Rindang.
"Ya karena hanya kamu, perempuan yang ingin saya dekati."
Rindang menoleh sekilas lalu menuang gorengan yang sudah di tiriskan ke atas piring saji.
"Begitukah cara Om tentara merayu perempuan? Apa tidak takut kalau istri Abang marah?"
"Kalau Abang tidak punya istri, kamu mau jadi istri Abang?" Tanya Bang Jatmiko setengah menggoda.
"Ya kan, kalau Bang."
"Kamu sendiri, apa ada yang punya?"
"Ada Bang." Jawab Rindang seketika membuat hati Bang Jatmiko patah tanpa arah. "Ayah yang punya."
"Oohh.." Senyum Bang Jatmiko mengembang sempurna kemudian menunduk dan menyeruput kopi hitamnya yang masih panas. "Abang lamar ya..!!"
"Boleh, kalau Abang sanggup." Jawab Rindang yang sebenarnya hanya menanggapi ucapan Bang Jatmiko sebagai sekedar candaan saja.
***
Pertemuan Bang Jatmiko kali ini membuatnya tidak bisa tidur. Mahasiswa cantik yang ia temui di tempat dinasnya itu sudah mengusik ketenangan hatinya.
'Bolehkah aku jatuh cinta lagi? Kurasa saat ini Niar pun sudah bahagia bersama Gorga.'
Bang Jatmiko membuang nafasnya perlahan, meskipun nampak gegabah namun kini dirinya lebih berhati-hati dalam menjalani hidup.
"Masih adakah perempuan yang mau di bimbing? Jaman sekarang banyak wanita hanya memandang isi dompet saja. Apalah ku yang hanya bekerja serabutan saja." Gumamnya.
//
"Kemarin kau bicara apa saja dengan Pak Jatmiko?" Tanya Hasna pada Rindang.
"Tidak ada yang penting, hanya basa basi saja daripada tidak ada omongan." Jawab Rindang santai saja karena memang dirinya hanya sekedar menjawab celotehan Letnan Jatmiko.
"Maksudku, kalau kau tidak mau dengannya.. biar aku saja yang mendekatinya." Kata Hasna.
"Ambil lah. Aku sedang tidak ingin peduli dengan laki-laki manapun, apalagi seorang tentara. Bagiku semua tentara hanya bisa menyakiti saja." Jawab Rindang malas untuk memikirkan laki-laki manapun.
"Hmm.. baiklah. Lupakan hal itu..!! Sekarang kita berangkat ke balai desa, sepertinya mereka juga akan berpartisipasi dalam acara donor darah. Aku mau usaha mendekati Letnan Jatmiko." Hasna yang bahagia segera bersolek cantik di depan meja rias.
...
Para anggota sudah memberikan darahnya dalam program donor darah. Hanya Bang Jatmiko sendiri yang tidak menyumbangkan darahnya.
"Kenapa Pak Jatmiko tidak menyumbangkan darah. Takut??" Tanya Rindang setengah meledek.
"Iya. Lagipula yang lain masih banyak, kenapa harus saya?" Jawab Bang Jatmiko dengan ekspresi wajah datar saja.
"Sumbang lah Pak..!! Daerah ini masih banyak ya membutuhkan sumbangan darah. Masa tentara tidak berani jarum suntik." Ledek Rindang lagi.
"Baiklah, cepat ambil darah saya..!!" Perintah Bang Jatmiko tanpa menguraikan penyebab dirinya tidak ingin menyumbangkan darahnya.
Tanpa banyak membuang banyak waktu, Rindang segera mengambil alat dan injeksi untuk mengambil darah Bang Jatmiko.
"Ijin Dan. Apa benar komandan mau ikut menyumbang darah?" Tanya seorang anggota mencemaskan keadaan Bang Jatmiko.
"Nggak apa-apa. Satu bulan ini saya benar-benar menjaga kesehatan." Jawab Bang Jatmiko.
Rindang menjadi ragu tapi Bang Jatmiko tetap meminta Rindang agar terus melanjutkan tugasnya.
"Kalau badan terasa tidak enak, cepat bilang sama saya ya Pak..!!!" Kata Rindang.
"Bukan badan saya yang tidak enak, tapi hati saya. Bisakah segera di obati?"
Rindang hanya membuang nafas panjang dan tidak lagi menanggapi ocehan semu seorang tentara yang mungkin sudah terbiasa menggoda wanita.
"Dimana rumahmu?" Tanya Bang Jatmiko.
"Mau Abang bersihkan?" Rindang balik bertanya dengan sikap yang tidak lagi formal.
"Abang sudah bilang ingin melamarmu."
Rindang mengarahkan kedua bola matanya untuk menatap Bang Jatmiko. "Kalau serius, kenapa tidak langsung menikah saja. Kenapa harus lamaran?"
Bang Jatmiko balik menatap kedua bola mata Rindang. "Kau maunya begitu?? Kalau begitu cepat berikan alamatmu..!!"
"Abang tentara khan, ingat baik-baik alamat yang Rindang sebut..!!" Kata Rindang. "Harus malam ini karena hari ini Ayah datang dari kantor..!! Abang berani?"
"Kenapa harus tidak berani, bapakmu juga manusia. Kecuali bapakmu macan, baru Abang pertimbangkan." Jawab Bang Jatmiko dengan percaya diri.
.
.
.
.
dibaca aja udh seru bgt apalagi dijadikan film