NovelToon NovelToon
Ibu Palsu Untuk Anak-anak Ku

Ibu Palsu Untuk Anak-anak Ku

Status: sedang berlangsung
Genre:Balas Dendam / BTS / Blackpink / CEO / Percintaan Konglomerat / Ibu Tiri
Popularitas:11.9k
Nilai: 5
Nama Author: zahra xxx

Victor Winslow, seorang CEO sukses, terlibat dalam kecelakaan tragis saat terburu-buru menjemput anak-anaknya, menabrak seorang wanita yang kehilangan ingatannya dan tidak memiliki identitas. Sementara itu, putrinya Kayla mengalami penurunan kesehatan yang drastis dan menginginkan seorang ibu. Victor, dengan keputusan yang ekstrem, memberikan ingatan dan informasi palsu kepada wanita itu agar bisa menjadi ibu bagi anak-anaknya.

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon zahra xxx, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

chapter 10

Setelah dua jam yang terasa seperti seumur hidup, Victor akhirnya bisa keluar dari ruangan rapat. Wajahnya menyiratkan kekesalan yang mendalam, dan setiap langkah yang diambilnya memancarkan aura kemarahan. Para pegawai yang melihatnya berjalan melintasi mereka di koridor kantor segera merasa tegang dan cemas, tidak berani menatap langsung ke arahnya. Bahkan, hanya mendengar langkah kaki Victor sudah cukup untuk membuat mereka menyadari bahwa bos mereka sedang dalam kondisi yang sangat marah.

Sesampainya di ruangannya, Victor langsung menutup pintu dengan keras. Ia berjalan cepat ke arah meja kerjanya dan tanpa ragu mulai membuang semua yang ada di atasnya. Berkas-berkas, pena, dan barang-barang kecil berjatuhan ke lantai. Dalam kemarahannya, ia bahkan merobek beberapa dokumen penting yang ada di tangannya.

"Sialan, mereka," umpat Victor dengan suara yang hampir berteriak, kemarahan membara di matanya. "Beraninya mereka membatalkan kerja sama itu secara sepihak. Dasar bajingan kalian!"

Victor baru saja keluar dari rapat dengan wakil pimpinan Kim Grup, di mana mereka mengumumkan pembatalan sepihak atas kerja sama pembangunan pusat perbelanjaan yang telah direncanakan dengan matang selama berbulan-bulan. Kerja sama ini adalah salah satu proyek besar yang pernah ditangani oleh perusahaan Victor, dan pembatalan ini tidak hanya berarti kehilangan finansial yang besar tetapi juga bisa merusak reputasi perusahaannya.

Victor berjalan mondar-mandir di ruangannya, mencoba menenangkan diri, tetapi amarahnya terlalu besar untuk dikendalikan. Pikirannya berputar-putar, mencari cara untuk mengatasi situasi yang tiba-tiba menjadi sangat rumit. Setiap kali wajah datar tanpa raut bersalah dari wakil pimpinan Kim Grup saat mereka mengumumkan pembatalan, kemarahannya semakin memuncak.

"Ini tidak bisa dibiarkan," gumamnya dengan suara serak. "Aku harus menemukan cara untuk membalas mereka. Mereka tidak bisa mempermainkan perusahaan ku seperti ini."

Victor kemudian duduk di kursinya, mencoba menenangkan diri dan berpikir jernih. Ia membuka laptopnya dan mulai mencari solusi. Dalam pikirannya, ia memikirkan berbagai strategi untuk mengatasi krisis ini.

Ia tahu bahwa ia tidak boleh menyerah begitu saja. Victor adalah tipe orang yang tidak mudah dikalahkan. Dalam hatinya, ia bertekad untuk menemukan jalan keluar dan memastikan bahwa Kim Grup tidak akan lolos begitu saja.

Telepon di mejanya berdering, dan Victor mengangkatnya dengan cepat. "Ya?" suaranya terdengar tegas dan penuh ketegangan.

"Pak Victor, ada beberapa orang dari tim hukum yang ingin bertemu dengan Anda," kata suara di seberang telepon.

"Baik, suruh mereka masuk," jawab Victor tanpa ragu.

Beberapa menit kemudian, pintu ruangannya terbuka dan tim hukum masuk. Mereka membawa berkas-berkas dan dokumen yang mungkin bisa membantu menghadapi situasi ini. Victor menatap mereka dengan tajam, berharap mereka membawa kabar baik atau setidaknya solusi yang bisa meredakan kemarahannya.

"Pak Victor, kita tidak bisa menuntut mereka karena kontrak itu sama sekali belum ditandatangani oleh Ketua Kim," kata salah satu anggota tim hukum dengan nada hati-hati.

Mendengar itu, Victor merasa gelombang kemarahan dan kekesalan melanda dirinya. Ia mulai merasa bodoh dan terpojok. Ia sudah mengumumkan pembangunan pusat perbelanjaan itu kepada publik, membuat semua orang tahu tentang proyek ambisius tersebut. Dan sekarang, dengan pembatalan sepihak dari pihak Kim Grup, semua rencananya hancur berantakan.

"Bodoh aku lupa hal itu. Pimpinan Kim sialan!" umpat Victor sambil mengepalkan tangannya, merasa kesal dan frustrasi.

Pintu ruangannya terbuka perlahan, dan Daniel masuk. Melihat Daniel, Victor menatapnya dengan mata yang penuh amarah dan kekhawatiran.

"Apa anak-anak sudah pulang?" tanya Victor, mencoba mengalihkan pikirannya sejenak dari masalah yang menumpuk.

"Sudah, Tuan. Mereka sudah saya antar pulang dengan selamat," balas Daniel, yang kebingungan melihat ruangan Victor yang berantakan.

"Kalian bisa pergi," ujar Victor kepada tim hukumnya dengan nada tegas.

Tim hukum segera meninggalkan ruangan Victor dengan ekspresi khawatir dan bingung. Daniel mendekati Victor, mencoba memahami apa yang sebenarnya terjadi.

"Apa yang terjadi? Bukannya seharusnya ada pesta di sini? Kau kan sudah bertemu dengan pimpinan Kim," ujar Daniel, berusaha mencari jawaban di tengah kekacauan.

"Pimpinan sialan itu, dia tidak hadir dan wakilnya membatalkan kerja sama itu," ujar Victor dengan frustrasi, wajahnya memerah karena marah.

"Tidak mungkin. Kudengar dia bukannya ada di California sekarang," lanjut Daniel dengan nada heran.

Victor menghela napas panjang, berusaha menenangkan diri. "Ya, itulah masalahnya. Mereka menunggu sampai saat-saat terakhir untuk memberitahuku bahwa Ketua Kim tidak ada di sini dan kemudian mereka membatalkan kerja sama. Ini seperti permainan licik yang sudah direncanakan."

Daniel mengangguk, mencoba memahami situasinya. "Jadi, apa yang akan kita lakukan sekarang?"

Victor duduk di kursinya yang berantakan, memijat pelipisnya yang berdenyut. Pikirannya berputar-putar mencari solusi untuk masalah besar yang baru saja menimpanya.

 "Kita harus mencari solusi cepat. Publik sudah tahu tentang proyek ini, dan jika mereka tahu pembatalannya, reputasi kita akan hancur. Kita harus mencari investor baru," ujar Victor dengan nada tegas, mencoba mengendalikan amarahnya.

Daniel berpikir sejenak, menimbang berbagai kemungkinan di benaknya. "Tapi hanya mereka yang bisa membuat pusat pembelanjaan itu sesuai dengan keinginan kita," kata Daniel dengan nada penuh kekhawatiran.

Victor menatap Daniel, matanya menatap dengan tajam penuh determinasi. "Satu-satunya cara adalah dengan merayu pimpinan Kim agar menandatangani kontrak itu," usul Daniel kepada Victor, meskipun ia tahu itu bukanlah saran yang mudah diterima.

"Tidak, aku tidak akan menemui bajingan itu," balas Victor sembari mEngeraskan rahangnya, menunjukkan ketegasan dan rasa tidak sukanya yang mendalam terhadap pimpinan Kim.

Daniel yang mendengar itu lantas bingung, mencoba mencari jalan keluar lain. Tidak ada satu pun investor yang mau jika proyeknya hanya bisa selesai dengan campur tangan Kim Grup. Sudah dipastikan proyek ini akan gagal, dan perusahaan mereka akan menanggung kerugian uang dan reputasi yang besar.

"Victor, aku mengerti perasaanmu, tapi kita harus memikirkan kepentingan perusahaan. Jika proyek ini gagal, dampaknya akan sangat besar. Mungkin ada cara lain untuk mendekati mereka tanpa harus melibatkanmu langsung," ujar Daniel, mencoba menawarkan solusi alternatif.

Victor terdiam sejenak, menimbang kata-kata Daniel. Ia tahu bahwa Daniel benar, tetapi egonya sulit menerima kenyataan bahwa ia harus merayu seseorang yang telah mengkhianatinya.

"Kalau begitu terserah saja. Jika memang kau masih mengharapkan perusahaan sialan itu, maka kau saja yang menemui mereka," kata Victor akhirnya, suaranya penuh dengan kelelahan dan frustrasi. Ia mencoba bersikap lebih rasional meskipun emosinya masih meluap-luap.

Victor berjalan meninggalkan Daniel yang masih terduduk termenung di sofa di ruangan itu. Langkah kaki Victor bergema di seluruh ruangAn yang kini sunyi, menandakan beratnya keputusan yang baru saja ia buat.

Daniel menatap pintu yang baru saja ditutup Victor dengan berat hati. Ia merasakan beban yang semakin berat di pundaknya.

"Haish, seharusnya aku tidak mengatakan hal bodoh itu. Sekarang akulah yang menanggung akibatnya," ujarnya dengan suara pelan, sembari menjambak rambutnya dengan frustrasi.

Daniel kemudian mengambil napas dalam-dalam, mencoba menenangkan dirinya. Ia tahu bahwa Victor sedang berada di bawah tekanan besar, dan keputusan yang diambilnya adalah bentuk dari rasa frustasi yang mendalam.

1
FeVey
wah... wah.... gak bahayata...??? ternyata victor punya niatan menjadikan korban kevelakaan mnjdi istrinya.... /Shy/
Dedi Aljufri
baru baca tp cerita nya buat penasaran .. . semangat Thor 😊
Dede Dedeh
okk masih nyimak!!
Anita Jenius
1 iklan buatmu
Mắm tôm
Mantap banget nih thor, jangan berhenti menulis ya!
Keyla: makasih, tenang aja gk bakalan berhenti
total 1 replies
Ryner
Ceritanya bikin nagih thor, terus lanjut ya!
Keyla: makasih
total 1 replies
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!