"Tak harus ada alasan untuk berselingkuh!"
Rumah tangga yang tenang tanpa badai, ternyata menyembunyikan satu pengkhianatan. Suami yang sempurna belum tentu setia dan tidak ada perempuan yang rela di duakan, apalagi itu di lakukan oleh lelaki yang di cintainya.
Anin membalas perselingkuhan suami dan sahabatnya dengan manis sampai keduanya bertekuk lutut dalam derita dan penyesalan. Istri sah, tak harus merendahkan dirinya dengan mengamuk dan menangis untuk sebuah ketidak setiaan.
Anin hanya membuktikan siapa yang memanggil Topan dialah yang harus menuai badai.
Seperti apa kisahnya, ikuti cerita ini ya☺️🙏
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Suesant SW, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
BAB 2. Sejak Kapan?
Sejak Pagi, Galih telah pamit kepada Anin dengan tujuan ke Puncak, ada pertemuan dengan relasi bisnis perusahaan menemani om Haryo direktur utama, kebetulan langsung menghadiri acara ulang tahun teman alumni civitasnya di hari berikutnya. Begitu isi pamit sang suami, Anin tak begitu mau tahu dengan urusan pekerjaan suaminya jadi dia tak banyak bertanya.
Posisi Galih sekarang memang adalah seorang direktur personalia di sebuah perusahaan retail. kariernya melesat naik tanpa terlalu banyak drama, lempeng-lempeng saja hingga sekarang dipercaya sebagai direktur personalia.
Anin sendiri pernah bekerja di perusahaan yang sama, yang menghantarkannya bertemu dengan Galih. Dan ketika mereka memutuskan menikah delapan tahun yang lalu, Galih meminta Anin resign.
Nyaris tiga tahun, Anin dan Galih menunggu kehadiran momongan, Anin yang kadang tak sabaran selalu mendapat support dari sang suami, sehingga mereka berdua melewati tiga tahun di awal pernikahan mereka dengan bahagia, setiap hari bak bulan madu, di limpahi kasih sayang dari sang suami.
Dan ketika dia hamil, Anin diperlakukan bak ratu oleh Galih, di rawat dengan begitu telaten karena memang kehamilannya sedikit bermasalah.
Anin benar-benar merasa sebagai perempuan paling beruntung di dunia dan tak pernah sedikitpun menyesali meninggalkan kemewahan yang selama ini sesungguhnya bisa di nikmatinya berlebihan dengan warisan yang dia punya.
"Cukup aku yang bekerja. Aku tak mau melihatmu capek. Sebagai suami, akulah yang berkewajiban menafkahimu." Begitu romantis dan perhatiannya sang suami selama ini, dan tak di nyana dia melakukan pengkhianatan seperti ini. Semua di luar perkiraannya, suami sebaik Galih mencuranginya dengan kejam.
Yang Galih tak tahu adalah, perusahaan itu di dirikan oleh ayahnya dan Om Haryo puluhan tahun yang lalu. Sebagian saham di situ adalah milik ayah Anin, dan sebelum meninggal ayahnya telah mewariskannya pada Anin.
Anin pernah menjadi karyawan di sana di karenakan dia ingin menimba ilmu bisnis langsung dari bawah, itu tentu saja sepengetahuan om Haryo, dia bekerja sebagai staf personalia.
Awal mulanya, Anin adalah salah satu staf Galih, tetapi kesederhanaan, ketampanan dan sikap lemah lembut lelaki ini membuatnya jatuh hati. Dia memutuskan menikah dengan Galih setelah berpacaran setahun setengah.
Sampai sekarangpun Anin masih merahasiakan jika dia pemilik sebagian perusahaan itu hanya untuk menjaga perasaan suaminya. Dia takut suaminya itu merasa rendah diri karena hal itu.
Impian Anin hanya hidup bahagia sebagai istri Galih, sang suami menafkahinya dengan puas dan bangga dari kerja keras serta keringatnya tanpa di bayangi oleh kekayaan yang dimilikinya, sebagai pewaris tunggal dari keluarga kaya.
Ayah dan ibu Anin sendiri meninggal kecelakaan pesawat waktu dia masih kuliah di tingkat pertama, kemudian om Haryo menjadi walinya dan menutupi cerita sebenarnya tentang masa lalunya atas permintaan Anin yang ingin mandiri.
Dredettt...dredeeeed...dredeeeeeed.
Ponsel Anin bergeletar di dalam sakunya tepat saat Gita melompat dari hadapannya karena matanya menangkap kucingnya Kitty berlari ke ruang tengah.
Anin menatap panggilan itu, dari Galih suaminya. Dengan tangan gemetar Anin mengangkatnya
"Hallo..."
"Hallo sayang!" Suara renyah tanpa dosa itu, menyapa seperti biasa.
"Ya..." Anin menelan ludahnya, membasahi kerongkongannya yang kering kerontang.
"Apa kabarmu, sayang? Mana anakku Gigi?" Cecar Galih dari seberang.
"Aku baik-baik saja. Gigi sedang bermain dengan Kitty."
Hati Anin serasa di pentung, betapa ingin rasanya dia berteriak dan memaki suaminya itu. Tapi sekuat tenaga di bendungnya perasaannya itu.
Tidak! Dia wanita yang punya kelas, imi terlalu mudah bagi Galih jika dia membuat lelaki ini waspada atau malah membuat stategi yang lebih pintar lagi menutupi perselingkuhannya dengan Ratna.
Mereka telah bermain begitu cantik di belakangnya, sekarang bukan waktunya dia bertanya atau menghakimi Galih maupun Ratna. Mereka yang sudah mahir mempermainkan hatinya tentu lebih lihai berkelit dan menyembunyikannya lagi jika hanya menerima amukan sumpah serapah Anin saja.
Anin menarik nafasnya dalam-dalam, dan mengatur kalimat dengan suara sewajar mungkin.
"Apa kabar ayang di sana? Capek? Meetingnya sudah selesai?"
Ya, Anin selalu memanggil Galih dengan Ayang sejak mereka pacaran dan Galih pun selalu memanggilnya sayang.
This is romantic! Ya, Galih adalah lelaki romantis, dia selalu memperlakukan Anin seperti ratu sejak dulu. Ketika kembang perselingkuhan ini tercium, Anin bahkan harus mengumpulkan sel otaknya untuk mempercayai apa yang dilihat ataupun di dengarnya.
Hampir imposible tapi ini begitu jelas, foto-foto di tangannya telah membuktikannya, tak ada orang yang hanya sekedar teman dengan kemesraan seperti ini.
"Meetingnya ntar malam, aku sedang istirahat di hotel ni nunggu pak Haryo tiba."
"DENGAN SIAPA?!" rasanya kalimat ini tersangkut di ujung lidahnya, hampir di semburnya karena rasa murka. Di bayangannya sekarang suaminya itu mungkin sedang menelponnya sembari memeluk Ratna di sampingnya.
Wajah Anin memerah, rasanya dia mau muntah, perselingkuhan yang di lakukan sengaja, dengan sadar dan oleh orang terdekat lebih berbahaya dan menyakitkan dari pada di lakukan oleh suaminya dengan perempuan asing yang tak di kenalnya.
"Eh, kok diam saja sayang? Kamu lagi ngapain?" Suara Galih membuyarkan lamunan Anin.
"Oh..." Anin gelagapan sendiri.
"Bagaimana kalau pindah ke VC saja. Aku kangen sama ayang." Tawar Anin hati-hati.
"Akh, nanti saja VCnya, sayang. Sekarang aku mau mandi dulu, ini sudah sore."
"Tapi, aku mau lihat wajah ayang." Anin sedikit bersikeras.
"Ok, sebentar." Galih ternyata tak kekeh menolaknya.
Beberapa saat kemudian, wajah suaminya yang merah segar itu terpampang di layar ponsel, hanya menggunakan kaos dalam tipis, setengah berbaring di tempat tidur, bersandar santai di kepala ranjang.
"Hai sayang, masa belum sehari saja sudah rindu?" Senyum itu benar-benar biasa tanpa dosa!
"Ayang sudah makan?" Anin mengalihkan pembicaraan.
"Belum. Dari berangkat tadi belum ada waktu makan. Begitu sampai nyiapin dokumen kontrak biar pak Haryo tiba tidak ada yang ketinggalan. Sebenarnya ini pekerjaan asistennya dia, tapi akhir-akhir ini semua pekerjaan penting sepertinya dilimpahkan padaku. Mudah-mudahan tanda naik jabatan. Nanti, habis mandi mau cari makan keluar saja."
Anin menggigit bibirnya, suaminya ini nyata sedang berbohong padanya. Skenarionya luar biasa. Dia adalah best actor, barusan foto yang dikirim padanya, terlihat foto suaminya sedang suap-suapan dengan Ratna. Apakah itu tidak makan namanya?
"Di hotel kan ada restonya. Makan di situ saja." Anin berusaha bersikap normal, senyumnya terbingkai lebar. Dia tak ingin Galih menangkap kemarahan dan sakit hati yang kini sedang berkubang dalam dadanya.
"Aku mau makan di luaran saja, makanan hotel begitu-begitu aja. Katanya petugas lobby nasi liwet di sekitar sini enak. Aku mau coba." Galih berucap begitu rileksnya, seolah tak menyembunyikan apapun.
"Sayang, nanti weekend kalau aku tidak sibuk kita harus ke sini, kamu kan' suka kulineran makanan. Banyak villa yang bisa di sewa di sini untuk familly time." Galih terlihat bersemangat.
Anin terpana, mencari setiap sudut di gurat wajah sang suami. Begitu santai dan tanpa beban, seolah semua laporan Reno tadi hanya dongeng belaka.
"Berapa lama sebenarnya, perselingkuhanmu dengan Ratna? Apakah selama ini aku melewatkan banyak hal hingga tak tahu ada yang berubah dalam hubungan kita? Pernikahan kita terasa begitu sempurna, benarkah kamu sekejam itu padaku?" Ucap Anin dalam hati, dengan dada mendadak terasa sesak dan penuh.
PALING FAVORIT adl TDK MEMAKAI ALASAN DEMI ANAK utk bertahan pny kluarga yg utuh 👏🏻👏🏻
Bahagiakanlah diri anda sndiri & jgn mengorbankan kewarasan anda hny demi alasan anak ataupun kluarga!
Terima kasih utk karyanya Kak Author 🙏🏻💐
Sehat2 slalu & semangat utk karya2 terbarunya 💪🏻🤗
pelan pelan anin🤣🤣
makanya jd perempuan jangan murahan
pikir aja pake otak
klo pun kamu berharga ngapain harus sembunyi²🤣🤣
tau kan artinya simpanan
dipakai sewaktu² dibutuhkan wkwkkwk