Gilda terbangun di tempat yang berbeda dengan tubuh dan rupa yang berbeda juga. Tubuh tokoh antagonis dari novel yang dibacanya. Seorang wanita bernama Scarlett tak henti-hentinya mengejar pria yang menjadi kekasih saudara tirinya. Felix, pria tampan dan berkharisma yang selalu dipuja oleh kaum hawa. Ia melakukan semua cara agar bisa merebut pria itu dari saudara tirinya mulai dari mengancam hingga melukai saudara tirinya. Bahkan di akhir cerita Scarlett mati terbunuh.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Nidia, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Bab 34: Tamu Tidak di Undang.
Setelah pulang dari tempat kerjanya, Scarlet singgah ke supermarket untuk membeli cemilan dan bahan-bahan di dapurnya. Mulai malam ini ia akan tinggal di apartemennya. Hampir satu jam lamanya ia menghabiskan waktu di supermarket. Scarlet keluar dengan menenteng dua tas kain besar berisi barang-barang belanjaannya.
Scarlett menaruh barang belanjaan di kursi belakang. Wanita itu kemudian masuk ke kursi pengemudi. Memasang seatbelt dan memutar musik. Ia kemudian mengemudikan mobilnya menuju apartemennya. Di perjalanan pulang, Scarlet bernyanyi sembari menikmati cemilannya. Suasana di jalanan lumayan macet, mengingat ini jam pulang kerja. Untung saja ada cemilannya, setidaknya mengurangi rasa bosannya. Ia sudah beberapa kali berhenti karena lampu merah. Dan sekarang ia harus berhenti lagi.
Sembari menunggu warna lampu lalu lintas berganti, Scarlett mengambil ice cream stiknya.
"Ternyata yang rasa vanila enak juga," gumam Scarlett menjilat ice creamnya. Sebuah mobil berhenti tepat di samping mobilnya. Scarlett menoleh. Kedua matanya membulat. Ia tidak salah lihat kan. Scarlett hendak menutup kaca pintu mobilnya. Namun ia mengurungkannya karena Frank sudah melihatnya. Pria itu terlihat tampan dengan kacamata hitamnya.
Scarlett menganggukkan kepalanya dengan senyuman yang di paksa terlihat jelas di wajahnya. Frank tidak menggubrisnya, pria itu dengan santainya memalingkan wajahnya.
"Sial... dia membuatku malu," gumam Scarlett kesal.
"Apa wajahnya selalu seperti itu. Datar dan dingin. Menjengkelkan sekali," kata Scarlett memakan ice creamnya. Tak lama kemudian lampu hijau menyala. Scarlett melajukan mobilnya.
****
Baru saja ia ingin bersantai setelah makan malam dan seseorang menekan bel pintunya.
"Siapa yang ingin menganggu jam santai ku," gumam Scarlett melangkahkan kakinya menuju pintu.
Ceklek..
Pintu terbuka.
"Hai... paman bilang kamu tidak tinggal di rumah lagi," ucap seorang pria dengan senyuman kakunya.
"Ck.. kenapa pria ini datang," batin Scarlett tidak senang. Siapa lagi kalau bukan Felix. Pria itu masih lengkap dengan pakaian kerjanya.
"Aku tidak menerima tamu," cetus Scarlett menutup pintunya. Felix langsung menahannya dengan satu kakinya.
"Aku bilang aku tidak menerima tamu. Pergilah. Wajah jelek mu membuat mood ku berubah," kata Scarlett masih tetap mendorong pintunya.
"Terima kasih atas pujiannya, calon adik ipar," kata Felix mendorong pintunya dengan kuat hingga ia bisa masuk ke dalam.
"Aku bilang keluar!" perintah Scarlett mulai emosi.
Bukannya keluar, Felix dengan santainya duduk di sofa.
"Kalau begitu aku yang keluar," kata Scarlett membuat Felix terkejut. Pria itu lalu bangkit dari sofa.
"Tunggu.." cegah Felix saat Scarlett hendak pergi. Wanita itu tidak main-main dengan kata-katanya. Scarlett sepertinya memang ingin memutus hubungan dengannya.
"Aku akan keluar setelah makan malam, apa kamu punya makanan. Aku lapar sekali. Sejak tadi siang aku tidak makan karena sibuk dengan pekerjaan ku, " ucap Felix tidak berbohong.
"Aku tidak punya makanan, pergilah," kata Scarlett berbohong mengusir Felix. Tentu saja makannya banyak. Tadi sore ia baru dari supermarket.
"Aku serius Scarlett. Aku benar-benar lapar. Aku janji akan pulang setelah itu," kata Felix. Scarlett menghela nafasnya.
"5 menit," pungkas Scarlett.
"Itu tidak__"
"Kalau begitu pergilah," ucap Scarlett datar memotong perkataan Felix.
Felix akhirnya setuju, daripada ia kelaparan. Felix berjalan menuju dapur mini Scarlett dan mencari makanan di dalam kulkas. Felix mengambil roti dan susu.
"Sejak kapan kamu bekerja di perusahaan keluarga Carrington?" tanya Felix yang duduk di kursi makan sembari mengoleskan selai di rotinya.
"Itu bukan urusan mu. Habiskan saja makanan mu lalu pergi secepatnya" ucap Scarlett sarkas. Wanita itu duduk di sofa menikmati acara TV di depannya.
"Tentu saja urusan ku, kita akan menjadi keluarga. Kamu akan menjadi adik ipar ku," kata Felix mengunyah rotinya.
"Menjadi kelurga bukan berarti semua hal harus kamu ketahui," kata Scarlett.
"Setidaknya aku perlu tahu,"
"Kalau kamu mau. Aku bisa menjadikan mu sebagai sekretaris ku," kata Felix.
"Terima kasih, tapi aku tidak tertarik. Waktu mu habis. Silahkan pergi dari sini," ucap Scarlett.
"Aku baru saja menghabiskan dua rotinya," kata Felix meneguk susunya hingga tandas. Ia lalu berjalan mendekati Scarlett. Wanita itu benar-benar tidak menginginkan kehadirannya.
"Aku pergi. Terima kasih untuk makanannya," ujar Felix. Pria itu berjalan menuju pintu dengan Scarlett mengikutinya dari belakang.
"Aku harap ini terakhir kalinya kamu datang ke sini," tukas Scarlett dengan wajah datarnya.
"Bersikaplah seperti saat dimana aku pernah bodoh mengejar-ngejar cinta mu," lanjutnya lalu menutup pintunya dengan keras.
"Apa Scarlett tidak memiliki rasa pada ku lagi," gumam Felix. Kenapa rasanya dia tidak terima dengan kenyataan itu. Apakah ia mulai jatuh hati dengan Scarlett. Tidak.. tidak.. itu tidak mungkin. Ia hanya mencintai Elyzia seorang.