" Sah..."
Kanaya tertegun mendengar kata sakral yang keluar dari mulut seseorang pria yang dia rindu kan selama ini.
matanya menatap nanar sepasang pengantin yang tersenyum bahagia.
Apa ini???....bukankah dia yang seharusnya duduk di sana,bukankah seharusnya namanya yang di sebut dalam janji suci itu,bukankah gaun pengantin itu seharusnya dirinya yang memakainya, itu adalah gaun pilihannya.
Apa ini?... Sandiwara apa ini?....lelucon apa ini?...
Di tempat lain seorang pria duduk di sebuah restoran yang berkelas, ia tersenyum bahagia menatap kotak kecil yang ada ditangannya.
" Aisar...naura sudah berangkat ke luar negeri pagi tadi " mendengar itu pria yang dipanggil Aisar itu sontak melempar kotak kecil yang di pegangnya.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon S. Mia. t, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
JANGAN SAKITI DIA
" Ayo kita menikah " kanaya yang saat itu memegang ponsel, terkejut dan langsung menjatuhkan ponsel yang hendak di nyalakan.
Kanaya menatap Aisar yang sedang duduk di depannya.
" Ayo kita menikah, aku tahu apa yang kamu alami saat ini, maaf semalam aku mendengar semuanya, jika kamu ingin keluar dari rumah keluargamu dan tidak ingin di jadikan istri ke 2 oleh tunanganmu itu maka menikahlah denganku " kata Aisar dengan mata terus menatap kanaya yang masih terpaku.
" Apa alasanmu ingin menikahi ku, apa kamu merasa kasihan dengan ku " kata kanaya.
" tidak, kamu tidak perlu di kasihani, aku tahu kamu wanita kuat dan mandiri " sahut aisar.
" Terus...apa alasanmu?"
Aisar menarik nafas panjang " twins "
kanaya langsung menghembuskan nafasnya . kanaya memang sangat menyukai ke dua bocah manis itu, tidak tahu perasaan apa yang ada di hati naya, saat berada dekat twins perasaannya menjadi tenang.
" pikirkan lah, aku akan menunggu jawabanmu besok, jika kamu setuju, maka kita akan menikah minggu depan , sesuai dengan tanggal pernikahan yang kau rencanakan " kanaya masih terus terdiam .
" Aku akan pergi dulu, pikirkanlah tawaranku ini " kata Aisar dan ia bangkit dari duduknya kemudian berjalan keluar dari ruangan kanaya.
Kanaya menatap kepergian Aisar tanpa bersuara.
kanaya menyandarkan tubuhnya, hari pernikahannya dengan farel tinggal 5 hari lagi, apa ia harus menerima tawaran aisar, ia memang sangat ingin keluar dari rumah itu, dan dia juga tidak ingin jadi istri ke 2 atau madu dari kakaknya.
kanaya membuang kasar nafasnya " Apa aku harus menerima tawaran itu, bagaimana jika ayah tak mau menjadi waliku nanti, kemarin ayah bilang kalau dia tidak akan mau menjadi waliku jika aku tidak menikah dengan farrel, apa aku kawin lari saja " gumam kanaya kembali menghela nafas, nafasnya sedikit sesak , ia mengelus dadanya lembut.
" Ah kenapa sakit di sini, apa aku terkena penyakit jantung " kata kanaya pelan dan tak lama ia terisak , kanaya menelungkupkan kepalanya di atas meja dan isak tangisnya terdengar begitu menyayat hati.
Hati kanaya sakit, kenapa harus dia yang mengalami semua ini , pengorbanan nya selama ini, tak pernah terlihat di mata keluarganya, ayah ibunya yang seharusnya menjadi tempat terbaik untuk bersandar saat hatinya lelah, malah menjadi orang yang pertama kali menyakiti hatinya.
Kanaya merasa lelah untuk berusaha mendapatkan perhatian dari orangtua nya, selama ini dia bekerja keras untuk bisa memberikan yang terbaik untuk keluarganya, memberikan ke bahagiaan untuk mereka, tapi semuanya sia sia, bukan kasih sayang yang ia dapatkan tapi sebuah kesakitan yang ia dapat, apa kini saatnya dia harus menyerah.
Aisar yang belum pergi dari tempat itu dan masih berdiri di samping pintu ruangan kanaya, mendengar tangisan pilu kanaya. Aisar menyandarkan tubuhnya di dinding dengan kepala menunduk.
Ia tahu bagaimana rasanya di sakiti dan di khianati oleh pasangan kita, apalagi kanaya dia di khianati oleh keluargannya pasti sakit sekali, orang orang yang harusnya merangkulnya dan memberi semangat di saat ia terpuruk, ini malah mendorong nya ke dalam jurang kesakitan.
" Tuan Aisar..." Dio menatap kliennya itu dengan penuh pertanyaan.
" Apa Anda sudah bertemu dengan ibu naya " Aisar yang terkejut saat di sapa pemilik restoran itu langsung menegakkan kepalanya.
Dio mendengar suara tangisan dari dalam ruangan kanaya, dio menghela nafas.
" Akhirnya dia nangis juga " kata dio.
" Tuan aisar bisa keruangan saya sebentar, biarkan naya sendiri dulu, biar hatinya lepas dari semua beban yang menghimpitnya selama ini " kata dio dan aisar mengangguk sejenak aisar menatap pintu ruangan kanaya.
Di ruangan dio, kedua pria itu duduk berhadapan.
" saya harap anda Tidak akan pernah mempermainkan naya, dia gadis yang baik dan pekerja keras , sejak muda dia harus bekerja keras untuk keluarganya, tapi walaupun dia sudah berjuang untuk keluarganya, tetap saja mereka tak pernah menghargai dan memandangnya, maaf jika aku tadi sempat mendengar pembicaraan kalian " kata dio.
" Jika anda hanya ingin mempermainkan nya, ataupun hanya di jadikan sebagai pengasuh untuk putra putri anda, lebih baik niatan itu anda urungkan , karena di sini saya yang akan berdiri di depan untuk melindungi naya " ujar dio tegas.
Dio tak perduli kalau pria yang duduk di hadapannya adalah kliennya .
" Apa Anda menyukai kanaya tuan dio?" tanya aisar dengan senyum miring.
Dio pun tersenyum tipis " Anggap saja seperti itu " sahut dio santai.
" kalau begitu kita lihat saja keputusan kanaya nanti, jika dia menolak menikah denganku maka... aku akan mencari cara agar dia bisa tetap menikah denganku minggu depan, walaupun harus dengan pemaksaan ....dan untuk anda tolong siapkan gedung di hotel anda aku akan membuat pesta mewah untuk pernikahanku dan kanaya di hotel anda " kata Aisar tegas dan kemudian berdiri dari duduknya dan melangkahkan kakinya
" Tolong jangan sakiti naya, dia sudah banyak menderita " Aisar menghentikan langkahnya dan berbalik menatap dio yang masih duduk di kursinya.
" itu bukan urusan anda Tuan dio " kata aisar dingin, dio hanya menghela nafas panjang, dio tahu siapa orang yang berdiri tak jauh darinya itu, seorang pengusaha besar yang terkenal dingin.
Aisar melangkah pergi meninggalkan ruangan dio dengan perasaan berkecamuk, apa sudah benar keputusan dia untuk menikahi kanaya, tapi saat melihat kedekatan kanaya dengan keluarganya ia merasa mentap untuk membina keluarga dengan kanaya.
******
Kanaya pulang kerja agak sorean, karena ia merasa kurang enak badan, saat ia sampai di depan rumah ia melihat mobil orang tua farrel terparkir di depan rumahnya, kanaya menghela nafas dan memasukkan motornya ke dalam halaman rumah.
" Assalamualaikum..."
" Waalaikumsalam salam " sahut beberapa orang yang ada di dalam.
Eva ibu dari farrel tersenyum senang saat melihat kanaya datang, ia berdiri dan menyambut kanaya, kanaya langsung meraih tangan ibu Eva dan menciumnya takzim.
" Baru pulang nak " kanaya tersenyum dan mengangguk.
" Duduklah ada yang mau mama tunjukkan padamu" kata bu Eva dan menarik tangan naya.
kanaya menatap farrel yang tersenyum lebar, kanaya duduk di samping bu eva, bu eva membuka ponselnya dan menunjukkan beberapa gaun pengantin padanya.
" pilihlah salah satu gaun ini nak untuk pernikahanmu minggu depan " kata bu Eva dengan senyum lebar.
kanaya menatap gaun yang terlihat di depanya, mungkin jika dulu kanaya pasti akan sangat bahagia sekali, tapi kini berbeda farrel bukan lagi miliknya.
kanaya menatap farrel dan beralih menatap kakaknya, kamila menatap tajam pada kanaya, kanaya menghela nafas dan kemudian ia beralih kepada orang tuanya.
kanaya berharap agar orang tuanya bisa menarik keputusan itu tapi dengan diamnya mereka, kanaya tahu percuma berharap pada orang tuanya.
" Nak pilihlah salah satu yang kamu sukai, mama tahu bajumu dulu sudah di pakai kamila, jadi mama mau membelikan baju pengantin buatmu, oh iya mama juga beli perhiasan buat kamu nanti kamu pakai saat resepsi ya, nanti resepsinya di rumah mama saja " ucap bu eva bahagia.
******
" Aku tidak akan menikah dengan mas farrel tante " .....
.......
######
Assalamualaikum readers hari ini up 1 episode saja ya...otak author lagi ngeblank😁😁😁
jangan lupa vote and like nya ...komentar yang positif di tunggu ya ...siapa tahu otak author kembali normal 😄😄🤩😘