Kepergok berduaan di dalam mobil di daerah yang jauh dari pemukiman warga membuat Zaliva Andira dan Mahardika yang merupakan saudara sepupu terpaksa harus menikah akibat desakan warga kampung yang merasa keduanya telah melakukan tindakan tak senonoh dikampung mereka.
Akankah pernikahan Za dan Dika bertahan atau justru berakhir, mengingat selama ini Za selalu berpikir Mahardika buaya darat yang memiliki banyak kekasih.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon selvi serman, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Bab 29.
Biarlah untuk saat ini Mahardika belum mencintainya, tapi ia akan berusaha membuat suaminya itu jatuh cinta padanya, begitu pikir Zaliva. Selain telah menyadari perasaannya terhadap Mahardika, salah satu alasan Za ingin mempertahankan rumah tangganya adalah karena dugaannya selama ini tentang Mahardika lelaki buaya darat tidaklah benar.
*
Karena kesibukannya hari ini cukup padat, dokter Yuli baru bersiap meninggalkan gedung rumah sakit pada malam hari.
"Kamu mau langsung pulang?." tanya suster Fani. Pasalnya siang tadi dokter Yuli sempat mengatakan padanya akan makan malam bersama adiknya di sebuah restoran.
Dokter Yuli menganggukkan kepalanya sebagai jawaban.
"Memangnya Nggak jadi makan malam bersama adikmu?."
"Nggak jadi, adikku ada urusan mendadak soalnya. Dia harus berangkat ke Bali malam ini juga." Setengah jam sebelumnya, adiknya menghubungi dokter Yuli memberitahukan bahwa rencana makan malam mereka terpaksa dibatalkan karena adiknya itu tiba-tiba di minta oleh atasannya berangkat ke Bali untuk urusan kerjaan di sana.
"Oh ya Yuli, bukankah rencananya bulan depan adikmu akan menikah?." Tanya Fani, teringat akan cerita dokter Yuli beberapa Minggu kemarin.
"Rencananya begitu." Jawab Dokter Yuli seraya memasukkan ponselnya ke dalam Sling bag miliknya.
"Jika adikmu saja sudah berencana untuk menikah, lalu bagaimana denganmu? Apa kau belum kepikiran untuk menikah?." Sebagai sahabat tentunya Fani tidak ingin dokter Yuli terus menutup hati pada pria lain, setelah mengetahui fakta jika Mahardika telah menikah.
"Usiaku baru dua puluh lima tahun Fan, belum juga termasuk kategori perawan tua, kau tidak perlu khawatir!." hanya itu yang terucap dari mulut Dokter Yuli. "Dan, kau tenang saja, aku sudah membuang jauh-jauh perasaanku terhadap tuan Mahardika. Aku memang bukan wanita yang sempurna, tapi aku juga bukan pelakor. Aku sama sekali tidak berniat merusak rumah tangga tuan Mahardika dan dokter Zaliva." imbuh dokter Yuli agar sahabatnya itu tidak berpikir yang bukan-bukan tentang dirinya. Apalagi sampai berpikir ia belum membuka hati untuk karena alasan masih menginginkan tuan Mahardika.
Suster Fani tersenyum. "Aku percaya padamu, Yuli. Lagipula aku sama sekali tidak berpikir ke arah saja, aku hanya ingin kau pun segera mendapat pendamping hidup, menjalani kehidupan rumah tangga dan bahagia."
"Thanks, kamu memang sahabat terbaikku...." Balas dokter Yuli ikut tersenyum bersama sahabatnya itu.
"Kalau begitu aku duluan, suamiku sudah menunggu di depan." Suster Fani yang sudah bersiap pulang sejak tadi, lantas pamit pada dokter Yuli.
"Okey..."
Kurang lebih sepuluh menit setelah kepergian suster Fani, dokter Yuli pun turut berlalu. Wanita itu menuju basement gedung, di mana mobilnya berada.
"Astaga...." Dokter Yuli merunduk, memandang ban mobilnya yang nampak kempes.
"Bagaimana aku bisa pulang kalau ban mobilnya kempes begini?." bergumam seorang diri. Sudahlah lelah usai beraktifitas seharian, sekarang mobilnya malah kempes sehingga wanita itu bingung harus berbuat apa.
"Apa yang terjadi, bu dokter?." suara bariton yang terdengar dari arah belakang tubuhnya berhasil membuat dokter Yuli berbalik badan.
"Tuan..." seru dokter Yuli menyadari keberadaan ayah dari salah seorang pasiennya tersebut.
"Sepertinya ban mobil saya kempes, tuan." imbuh Dokter Yuli.
Seseorang yang tak lain adalah ayahnya Zaki tersebut lantas merunduk, mengamati ban mobil milik dokter Yuli.
"Apa anda membawa ban serep?." Tanya Abil berniat membantu. Sekalipun itu bukan dokter Yuli, Abil pasti akan tetap membantu, apalagi saat ini suasana di basement gedung cukup sepi, hanya ada deretan mobil yang terparkir dengan rapi.
Dokter Yuli menggeleng pertanda ia tidak membawa ban serep, lebih tepatnya ia lupa mengambil ban serepnya di bengkel pagi tadi.
"Ini sudah malam, kalau bu dokter tidak keberatan saya bisa mengantarkan bu dokter pulang." Abil murni ingin membantu tanpa ada niat apapun dibaliknya. Sekalipun itu bukan dokter Yuli, Abil juga pasti akan menawarkan tumpangan. Belajar dari kejadian yang pernah menimpa ibunya dua tahun lalu, di mana mama Livia pernah mengalami hal serupa di tepi jalanan sepi dan dalam situasi sulit seperti itu masih ada orang baik yang bersedia memberikan tumpangan pada ibunya, mengantarkan ibunya sampai rumah. Abil yang dulunya paling anti menawarkan tumpangan pada orang lain, atau lebih tepatnya tidak mau berada satu mobil dengan orang asing, kini tak lagi bersikap demikian. Sejak kejadian itu setiap kali melihat ada orang sedang mengalami musibah yang sama, Abil pasti menawarkan bantuan, termasuk tumpangan jika diperlukan.
Sama seperti Abil, dokter Yuli pun tidak ada perasaan yang aneh-aneh, omongan Zaki tempo hari bahkan sudah dilupakan begitu saja oleh wanita itu.
"Apa tidak merepotkan anda nantinya, tuan?." Sesungguhnya, dokter Yuli membutuhkan tumpangan akan tetapi merasa tak enak takutnya merepotkan.
"Tidak merepotkan sama sekali Bu dokter." balas Abil sambil membuka pintu mobilnya untuk dokter Yuli.
"Terima kasih banyak, tuan."
Di sepanjang perjalanan tak banyak obrolan antara keduanya, selain dokter Yuli memberitahukan alamat rumahnya pada ayahnya Zaki tersebut.
Abil terus melajukan mobilnya menuju alamat yang diberikan oleh dokter Yuli. Hingga kurang lebih setengah jam, Abil menepikan mobilnya di depan gerbang sebuah rumah berlantai dua.
"Terima kasih banyak atas tumpangannya, tuan." ucap dokter Yuli dan Abil pun meresponnya dengan anggukan sekilas. Setelah dokter Yuli turun dari mobilnya, Abil kembali melajukan mobilnya menuju bandara untuk menjemput kedua orang tuanya. Ya, Setelah mendengar kabar dari Oma jika ternyata cucunya tengah dirawat di rumah sakit, papa Abimana dan juga mama Livia langsung memesan tiket untuk kembali ke tanah air.
"Kamu ini gimana sih, cucu mama lagi di rawat di rumah sakit kamu malah nggak ngabarin mama." baru juga tiba dihadapan ibunya, Abil sudah diomeli.
"Bukannya nggak mau ngabarin mah, Abil hanya nggak mau bikin mama kepikiran."
"Ayo....mama ingin segera bertemu dengan cucu mama!." Mama Livia meninggalkan sang Suami dan putranya yang hampir bersamaan menghela napas pasrah. lebih baik menurut daripada nanti panjang urusannya, begitulah arti dari sorot mata papa Abimana saat menatap putranya, Abil. kedua pria berbeda generasi tersebut lantas menyusul langkah mama Livia menuju ke mobil.
Di sepanjang perjalanan mama Livia terus mengomeli putranya, dan Omelan mama Livia tak jauh-jauh dari sikap Abil yang hingga saat ini masih saja menutup hati setelah kematian istrinya, hingga pada akhirnya Zaki yang menjadi korban. Ya, sakitnya sang cucu tercinta di anggap mama Livia akibat menginginkan kasih sayang seorang ibu. Siapa lagi yang memberitahukan berita tentang permintaan Zaki kalau bukan Oma, yang sengaja menghubungi menantu kesayangannya guna menyampaikan jika cicitnya tengah di rawat di rumah sakit.
"Mau sampai kapan kamu menduda seperti ini, nak? Mama yakin di surga sana Laras juga pasti ingin kamu melanjutkan hidup, bukannya terus terpuruk dengan masa lalu seperti ini." Mama Livia berusaha membuka pikiran Abil.
"Mah...." Seruan Abil terdengar berat, seolah meminta ibunya itu untuk berhenti membahas tentang semua hal yang justru membuat kepalanya semakin mumet.
"Terserah kamu saja, tapi jika kamu masih terus bersikap seperti ini, jangan salahkan mama jika mama membawa Zaki ke Amerika. Karena rencananya dua bulan mendatang papa akan mulai mengurus perusahaan kita di sana, dan rencananya kami akan menetap di sana." Bukan sekedar ancaman, tetapi mama Livia sudah memikirkan semuanya sebelum kembali ke tanah air.
Vote dan ⭐⭐⭐⭐⭐ nya ya jangan lupa sayang-sayangku.....dan tinggalkan komentar kalian! Setiap komentar kalian pasti aku baca dan aku jadikan sebagai motivasi dalam berkarya. 🙏🙏🙏😘😘😘🥰🥰🥰🥰
semoga rajin up nya ya ka
lope2