Jeni, si pembuat onar itu itu julukan yang pas untuk jenifer,dia putri ke 3 dari pasangan Joshua martin dan yolanda vidia martin.
Ibunya sangat membenci jeni dia bahkan menganggap jeni anak sial,dulu waktu bayi ibunya bahkan tidak mau menyusui dan merawatnya,hanya sang ayah yang menganggapnya ada,dia selalu membuat onar di sekolahnya mencari perhatian dari sang ibu.
Sampai di pertemukan dengan CEO, keren dan cold,merasa tertantang untuk menakhlukkan sang CEO
Mampukan Jennifer menakhlukkan hati sang CEO, kita baca yuk kisahnya.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Ilham Dzaki, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
BAB 34
Ronald mengantar Jeni sampai ke depan rumah utama. Dasar Asisten gendeng, membangunkan serigala tidur saja.
"Pak Ron, tidak harus mengantar jeni sampai teras begini segala, bisa mampus gue, klau nanti sore jeni tidak diijinkan keluar, pak Ronald yang tanggung jawab." cemberut jeni, dia capek kalau setiap hari harus bertengkar.
"Hehe , sudah terlanjur nona, nanti biar abang ronald yang tanggung jawab." narsis ronald.
Pemuda itu itu keluar dari mobil hendak membukakan pintu, tapi Jeni sudah lebih dulu keluar. Tiba tiba dari dalam rumah keluarlah sosok wanita paruh baya yang masih cantik dan seksi menarik tangan Jenifer dan menamparnya, dengan keras.
"Ish, Ronald begitu syok melihat pemandangan di depannya tersebut, dia bahkan memegangi pipinya seolah merasakan apa yang jeni rasakan.
"Dasar gadis murah han, apa yang kamu inginkan ha, kemaren kamu merayu mr Daniel, dan ini siapa lagi." Yolanda membentak Jeni dan ingin menjambak rambutnya, dengan segera Ronald menepis tangan wanita tersebut yang tidak lain ibu Jeni.
"Nyonya, hentikan." suara Ronald berat dan tegas.
"Apa urusan kamu, berapa kamu membayar anak ini ha." teriak yolanda.
"Anda jangan kasar begitu nyonya, saya tidak membayar dia, kebetulan tadi saya memang ingin mengantarkan nona jenifer, motornya ada masalah, kasihan dia menunggu bis lama di halte." jawab Ronald sedikit berbohong.
"Kenal dari mana kamu dengan pria ini, apa memang selera kamu itu om om. entah kenapa papa kamu juga selalu membela anak sialan seperti kamu ini." Yolanda semakin menggila.
Yolanda menarik tangan jeni, dan kembali di tepis oleh Ronald.
"Kalau anda terus berbuat kasar pada putri anda sendiri, saya bisa melaporkan anda ke komite perlindungan anak." Ronald mengeluarkan kata ancamannya.
"Mana yang anak anak, umurnya saja sudah 18 tahun, dan siapa kamu, dari tadi membela anak badung ini, pelanggannya ha " sewot yolanda.
"Pak Ron ayo kita pergi, antarkan saja jeni ke rumah Twins D!" Jeni menarik tangan Ronald kembali ke mobil.
Akhirnya tanpa menghiraukan teriakan yolanda Ronald segera mengemudikan mobilnya keluar dari sana.
"I itu tadi ibu kamu?" Tanya Ronald keheranan.
"Kan sudah saya bilang tadi mengantarnya jangan sampai rumah, ini malah berhenti di depan teras, lagian saya tidak tinggal di rumah itu, tapi di belakangnya." sewot Jeni.
"Maaf, sumpah saya tidak tahu." jawab Ronald sangat tidak enak hati.
"Tidak apa apa, ini sudah biasa, teman teman saya bahkan tidak ada yang berani datang, cuma papa dan bi surti yang menyayangi jeni. karna mereka juga, saya masih bertahan."
Jenifer menyenderkan kepalanya di sandaran kursi penumpang.
Jeni, menunjukkan alamat Twins D pada Ronal. Sesampainya di rumah itu Jeni segera masuk dan mencari Dua D di kamar.
"Lho, sudah sampai sini saja ini bocah."Kaget Dona yang melihat Jeni sudah nangkring di kasurnya. Dona baru saja mandi, jadi tidak mengetahui kehadirannya.
"Capek gue Don." jeni mendengus, dia berguling ke samping Dona yang baru duduk di pinggir ranjang.
"Apa lagi hmm, mama dan kedua kakak lo?" Dona menebak apa yang terjadi pada jeni.
"Siapa lagi, rasanya gue kepengen kabur saja dari rumah itu, rumah yang seharusnya menjadi tempat ternyaman untuk kita, malah seperti neraka untuk gue, ini gara gara pak Ronald juga tu, sudah di bilang jangan antar sampai rumah, ini malah mobilnya berhenti tepat di depan teras." kesal Jeni, tapi Ronald juga tidak sepenuhnya salah, dia jan orang asing yang tidak tahu masalah intern mereka.
"Trus?" kepo Dona.
"Mama menyeret dan menampar gue dengan keras, pak Ronald segera menghadang, bahkan akan melaporkan dia ke komite perlindungan anak, si nyonya mengira gue ada main dengan Pak Ronald." Jeni menceritakan yang terjadi tadi di rumah.
"Ya sudah kamu mandi gih, habis itu kita makan, lo bisa pakai pakaian gue!" Dona mengambil handuk yang masih baru dari almarinya, serta 1 stel pakaian santai. tak lupa dengan daleman yang baru pula.
"Lo pakai ini dulu nanti sehabis makan siang kita beli baju."ucap Dona yang sudah seperti saudara jeni sendiri.
Jenifer menuju ke kamar mandi dan segera berendam air hangat, dia juga mengompres pipinya yang merah, di sudut bibirnya terasa perih.
Dona turun ke bawah menuju ke dapur, meminta art menambah porsi menu makan siang mereka.
"Kenapa minta menambah makan siang, memang habis?" heran Dina.
"Ada jeni di atas, gue suruh mandi dia." jawab Dona.
"Bukannya tadi di antar pak Ronald pulang, kok sudah sampai sini saja?" penasaran Dina.
Dina mengambil air putih di dapur.
"Pak Ronald mengantar jeni langsung sampai depan rumahnya, lo tahu sendirikan tante yola." Dona menceritakan tentang Ronald.
"Wah ini orang, minta di keroyok apa, tahu gitu tadi kita saja yang mengantar dia pulang. Dina mendesah ringan.
"Untung kita punya orang tua yang pada kita, tidak seperti Jeni, gue tidak bisa membayangkan bagaimana kalau gue berada di posisi dia, mungkin sudah stress atau malah bunuh diri, tante yola terlalu kejam." Dina mencoba membayangkan kalau semua terjadi pada dirinya.
" Gue sebagai sahabat, ingin sekali membawa dia pergi jauh dari keluarga laknat itu, tapi apa daya, gue tidak punya kekuatan dan kekuasaan, gue hanya pelajar remahan, di gertak sedikit saja sudah seperti siput masuk ke dalam cangkangnya.
"Gue punya ide." Tiba tiba Dina mempunyai ide.
"Apa itu?" Dona jadi penasaran.
"Bagaimana kalau kita bantu mendekatkan Jeni dengan pak Alex, siapa tahu kalau mereka bisa saling jatuh cinta, nasib Jeni akan berubah, apalagi nanti kalau mereka menikah, hidup sahabat kita akan berubah, dan segera lepas dari ular ular sawah itu. "
kata si Dina.
" setuju gue, saat ini hanya pak. Alex memang yang cocok, dia tegas dan hebat, gue yakin kalau pak Alex bisa jatuh cinta pada jeni, maka dia bisa melindungi jeni, kasihan dari kecil hidupnya di neraka, ini saatnya dia bahagia dan keluar dari penderitaan itu.," Dona setuju dengan ide Dina, mereka akan memikirkan lagi nanti caranya, dan acara di puncak ini adalah moment yang pas untuk menyatukan mereka.
Si kembar cekikikan sendiri membayangkan kalau si tomboy bar bar itu mendapat pacar si Arogant.
"Gue Kok jadi penasaran ya, bagaimana seandainya pak Alex jadian dengan Jeni, diakan orangnya serem tu, hem, hem. kinga ngomong sampai berbusa jawabnya hem, iya
Dina menirukan gaya Alex yang cuma mengeluarkan kata kata ajaibnya.
"Bhahaha, iya lo benar, bisa mati kutu kalau itu gue, busyet orangnya irit banget bicara." Dona tak kuat menahan tawanya mendengar drama yang di mainkan Dina.