Dalam dunia sepak bola yang penuh persaingan, cinta tak terduga mekar. Caka Alvias, bintang tim Warriors FC yang tampan dan populer terjebak dalam perasaan terlarang untuk Bulan Nameera, asisten pelatih nya, yang terkenal tegas dan tangguh. Namun, konflik masa lalu dan juga tekanan karir mengancam untuk menghancurkan cinta mereka. Apakah cinta mereka bisa bertahan?
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Anjelyy_, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Kesasar
Bulan terbangun dengan kaget, menemukan dirinya dalam pelukan Caka. Ia memandang sekeliling, bingung.
"Apa... apa yang terjadi?"
Ia memeriksa bajunya, lega karena tidak ada yang tidak beres.
Bulan menatap Caka, "Caka, apa kamu...?"
Caka membuka mata, tersenyum lembut. "Pagi, Bulan. Kamu mabuk kemarin. Aku hanya menjagamu dan tidak macem-macem"
Bulan masih belum bisa mencerna, dia menjauhkan sedikit tubuhnya. Namun, Caka kembali mendekati nya kemudian mengecup kening Bulan dengan lembut.
Bulan terkejut, mata terbuka lebar. "Caka, apa yang kamu lakukan?"
Caka tersenyum mesra, mata berbinar. "Hanya mencium keningmu."
Bulan memandang Caka dengan bingung, jantungnya terus berdegup kencang.
Bulan berusaha rileks "Caka, jangan seperti ini... Aku masih bingung..."
Caka mundur sedikit, wajahnya masih tersenyum. "Maaf, Bulan. Aku tidak bermaksud mengejutkanmu."
Riko mengetuk pintu kamar dengan tergesa-gesa."Bulan, kamu belum bangun"
Caka cepat memisahkan diri dari Bulan dan berdiri. Bulan panik dan menyuruh Caka bersembunyi di toilet.
"Sudah, aku sudah bangun." teriak Bulan dari dalam kamar.
"Boleh aku masuk, Lan?"
"Masuk aja."Bulan bersikap seolah tidak terjadi sesuatu, dia duduk di depan meja rias seolah sedang memakai skincare.
Riko masuk begitu saja dan mendekati toilet. Bulan yang panik mencoba menghentikan, "Eh bentar kamu mau ngapain?" tahan Bulan
"Sebentar aja, Lan. Kebelet banget nih."
Belum sempat Bulan bersuara Riko membuka pintu kamar mandi. Bulan yang sudah takut ketahuan memalingkan wajahnya. Untungnya Caka duduk di closed seolah-olah sedang buang air besar.
"Aaa .." Teriak Riko kemudian menutup kembali pintu nya.
Bulan tersenyum cemas kembali menatap Riko, "Riko itu... anu..."
"Lan, kok gak ngomong sih, di dalam masih ada Caka?"
"Ehm.. iya.. itu.." Bulan terus terbata-bata
Riko tidak menghiraukan, dia kembali menggedor pintu, "Bisa cepat gak Cak? udah di ujung banget nih."
Tak lama Caka keluar dan Riko segera masuk.
Bulan masih bingung namun Caka tersenyum seolah semua baik-baik saja. Caka memilih untuk keluar dari kamar Bulan.
***
Caka dan Tio kini berada di ruang gym di asrama, "Liburan sisa 2 hari lagi nih, keluar yuk."
"Kemana?" tanya Caka yang terengah-engah sambil berlari di tempat.
"Liat sunset di pantai dekat sini."
Caka mengangguk.
Mereka berangkat, hanya ada Tio Caka Riko dan Bulan saja. Selebihnya menolak karna akan membosankan bagi mereka.
Awalnya Bulan juga menolak, namun Caka dan Riko terus memaksa, alhasil dia hanya menurut saja.
Bulan duduk di kursi belakang bersama Riko, sedangkan Caka dan Tio berada di depan.
"Eh inget gak, kamu tadi malam mabuk parah tau, Lan" celetuk Tio menoleh ke belakang.
"Ha..a-aku?" Bukan terbata-bata sambil menunjuk dirinya.
Bulan menoleh Riko yang ada di sampingnya, dengan cepat Riko mengangguk.
"Kamu gak ingat tadi malam kamu nangis?" tanya Riko.
Caka yang fokus menyetir ikut bicara, "Kamu tau dari mana Ko? Kan kamu juga mabuk!"
Riko membenahi duduknya, "Ehh.. Aku cuma mabuk Cak bukan pingsan!" ucap Riko tidak terima.
Mereka semua tertawa, termasuk Bulan yang paling kencang karna ingin menutupi rasa malunya. Tanpa Bulan sadari Caka terus memperhatikannya lewat kaca.
Sialnya karna ke asik kan bercanda mereka salah mengambil jalur dan itu pertama kali di sadari oleh Tio.
"Cak! Kok lewat sini sih. Ini mah arah mau kerumah nenek ku."
Semuanya langsung tersadar dan melihat sekeliling, "Lah iya." sahut Riko.
"Pantesan gak sampai-sampai, mana udah jauh lagi." lanjut Tio lagi
Tio mengusulkan ide, "Gimana kalau kita lihat sunset nya di bukit dekat rumah nenek ku aja?"
Mereka semua saling bertatapan, "Tenang tempatnya gak kalah bagus kok." Tio mencoba meyakinkan mereka.
Bulan yang sedari tadi hanya menyimak angkat suara, "Memang harus ke bukit ya?"
"Kenapa Lan ada masalah?" tanya Caka namun Bulan hanya menggeleng, namun saat mendengar kata bukit seperti Bulan seperti Dejavu.