Di ulang tahun pernikahannya yang kedua, Lalita baru mengetahui kenyataan menyakitkan jika suaminya selama ini tidak pernah mencintainya, melainkan mencintai sang kakak, Larisa. Pernikahan yang selama ini dia anggap sempurna, ternyata hanya dia saja yang merasa bahagia di dalamnya, sedangkan suaminya tidak sama sekali. Cincin pernikahan yang yang disematkan lelaki itu padanya dua tahun yang lalu, ternyata sejak awal hanya sebuah cincin yang rusak yang tak memiliki arti dan kesakralan sedikit pun.
Apa alasan suami Lalita menikahi dirinya, padahal yang dicintainya adalah Larisa? Lalu akankah Laita mempertahankan rumah tangganya setelah tahu semua kebenarannya?
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Tiwie Sizo, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Kejutan di Hari Anniversary
Suasana malam itu begitu indah. Sebuah pesta outdoor yang diadakan di pinggir sebuah pantai berlangsung dengan begitu meriah. Berlokasi masih dalam satu kawasan sebuah hotel mewah, semua yang hadir di pesta tersebut tampak larut dalam alunan musik yang mengalun. Mereka terlihat ikut merasa bahagia. Ada yang sedang berdansa. Ada juga yang hanya sekedar mengobrol dan bersenda gurau sambil menikmati hidangan yang tersedia. Pemandangan yang sungguh menyenangkan untuk dilihat.
Pesta nan syahdu tersebut adalah perayaan momen dua tahun pernikahan Lalita Baskara, putri dari seorang pengusaha kaya, pemilik bisnis hotel yang menggurita di kota tersebut, Arfan Baskara. Lalita adalah putri bungsu kesayangan sang pengusaha yang setiap keinginannya tak kuasa untuk Arfan tolak, termasuk permintaan untuk menikahi asisten pribadi Arfan.
Dua tahun lalu, semua orang gempar saat Arfan mengumumkan jika Lalita akan menikah dengan lelaki bernama Erick, salah seorang tangan kanannya yang telah dia urus seperti anak sendiri. Erick yang saat masih remaja diambil oleh Arfan dari sebuah panti asuhan, lalu disekolahkan dan dipekerjakan di perusahaannya. Kemudian, setelah cukup berpengalaman mulai ditarik untuk menemani Arfan kemana pun. Tentu saja publik dibuat terkejut saat Arfan juga memberikan putri kesayangannya pada lelaki itu.
Namun, terlepas dari respon orang-orang atas pernikahan tersebut, sekarang mereka berdua bahkan telah merayakan anniversary yang kedua. Mulut-mulut yang dulunya mencemooh, kini mulai berbalik memuji. Erick dan Lalita yang awalnya dikatakan tidak selevel, kini kisah mereka diibaratkan seperti romansa tuan putri yang jatuh cinta pada ksatria pelindungnya, lalu menikah dan hidup bahagia selamanya.
Sekarang semuanya percaya jika pernikahan mereka adalah perwujudan dari cinta sejati yang suci dan tak memandang status sosial. Ya, begitulah yang diyakini orang-orang saat ini, termasuk oleh Arfan dan Riani, orang tua Lalita itu sendiri. Pasangan paruh baya itu malah terlihat paling bahagia di pesta malam ini, melebihi yang mengadakan pesta.
"Ma, aku tinggal dulu, ya." Lalita berbisik di dekat telinga Riani, meminta izin untuk undur diri.
"Mau kemana?" tanya Riani.
"Erick kok dari tadi tidak kelihatan. Mau nyari dia dulu," sahut Lalita.
Riani pun akhirnya mengiyakan.
"Jangan lama-lama. Masih banyak tamu yang mau menyapa dan memberi selamat untuk kalian," pesan Riani.
Lalita mengangguk, kemudian berlalu dari hadapan sang mama. Dia berkeliling ke sana-kemari mencari Erick, tapi suaminya itu tak ditemukan di mana-mana. Sampai akhirnya, Lalita tiba di sebuah tempat yang agak tersembunyi, namun masih satu kawasan dengan hotel tempatnya menginap dan mengadakan pesta. Tak ada orang di sana, sehingga Lalita pun menghentikan langkahnya.
Merasa telah berkeliling terlalu jauh, Lalita berniat kembali ke pesta dan menunggu Erick kembali sendiri saja. Namun, langkah Lalita terhenti saat mendengar pekikan seorang perempuan.
"Cukup, Erick! Kamu gila!"
Kening Lalita sedikit mengerut. Itu suara Larisa, kakaknya. Bergegas dia menuju ke arah sumber suara, namun langkahnya lagi-lagi tertahan saat melihat di balik pepohonan, ada Erick juga di sana bersama Larisa. Suami dan kakaknya itu terlihat saling berpelukan.
Lalita membeliak dan membekap mulutnya sendiri karena merasa terkejut. Dia mundur dan membiarkan sebuah pohon besar menyembunyikan tubuhnya dari pandangan Erick dan Larisa. Lalita ingin tahu apa yang sedang terjadi saat ini.
"Lepas, Erick! Kamu tidak bisa seperti ini. Nanti ada yang melihat." Sekali lagi suara Larisa terdengar. Sepertinya dia meronta dari pelukan Erick, namun lelaki itu tak mau melepaskannya.
"Erick!"
"Aku tidak peduli, Risa! Biar saja kalau ada yang melihat. Aku sudah muak berpura-pura. Dua tahun aku menahan semua ini dan sekarang aku sudah tidak tahan lagi!" Erick menyahut.
Mata Lalita kembali membeliak. Dia sungguh tak mengerti dengan apa yang diucapkan oleh suaminya itu. Berpura-pura dan sudah tidak tahan lagi, apa maksudnya?
"Erick, please. Hubungan kita sudah berakhir. Sekarang Lita adalah istrimu, dan aku kakak iparmu. Tolong jangan seperti ini. Hargai Lita," ujar Larisa dengan nada memelas.
"Kamu yang membuatku menikahi Lita, Risa. Kamu yang memaksaku melakukan itu. Aku sudah mengatakan sebelumnya kalau aku hanya mencintai kamu, bukan Lita. Tapi kamu, papamu dan mamamu justru menjebakku dalam pernikahan terkutuk ini!" Erick berseru dengan sangat emosional.
Lalita merasa seperti tersambar petir saat mendengar ucapan suaminya barusan. Nafasnya mendadak menjadi memburu tak menentu. Pernikahan terkutuk? Erick menganggap pernikahan mereka seperti itu?
Sungguh sebuah kenyataan yang tak pernah sedikit pun Lalita bayangkan. Erick, lelaki yang dua tahun lalu menikahinya itu rupanya tak pernah sedikitpun mencintainya, tapi justru mencintai kakaknya. Lalu dia juga sebelumnya mendengar Larisa mengatakan jika hubunganya dengan Erick telah berakhir. Berarti mereka berdua pernah menjalin hubungan?
"Sekarang aku sudah tidak mau lagi melanjutkan pernikahan ini. Aku bisa gila! Setiap melihat Lita, aku bahkan harus membayangkan sedang bersamamu supaya tidak mendorongnya menjauh," ujar Erick lagi dengan nada frustasi.
"Bagaimana kamu bisa begitu, Erick? Kalian sudah menikah selama dua tahun. Kalau kamu bersedia membuka hatimu untuk Lita sejak awal, pasti sekarang kamu juga sudah memiliki perasaan untuknya." Larisa menjawab sembari mendorong dada Erick hingga pelukan lelaki itu terlepas dengan paksa.
"Kamu pikir aku robot, hah? Kamu pikir aku tidak punya hati, makanya kamu bisa dengan gampangnya bilang begitu?"
"Erick, Please! Jangan begini. Lita itu adikku …."
"Justru karena dia adikmu, aku benar-benar muak! Bisa-bisanya kamu memperlakukan aku seperti boneka. Seenaknya saja kamu berikan aku untuk dijadikan mainan adikmu itu!" Erick semakin meradang.
"Lita tidak pernah menganggapmu mainan, Erick. Dia mencintaimu. Kamu tidak lihat bagaimana perjuangannya selama dua tahun ini demi untuk menjadi istri yang baik buatmu?" tanya Larisa.
"Buatku, dia itu cuma perempuan manja yang tidak tahu malu," sahut Erick geram.
"Erick!" Larisa terdengar tak terima.
"Aku mencintaimu, Risa. Kamu juga begitu, kan? Aku sangat yakin kalau sampai sekarang perasaanmu padaku juga tidak berubah, makanya kamu menolak semua lamaran yang datang padamu. Iya, kan?"
"Tidak, Erick. Kamu salah paham. Aku menolak semua lamaran itu bukan karena kamu," sangkal Larisa. "Tolong berhentilah bersikap seperti ini, karena semua yang terjadi di antara kita sudah selesai. Sekarang kamu suami Lita, adik iparku. Tolong hormati aku sebagai kakak iparmu."
Larisa terlihat hendak meninggalkan Erick, sehingga Lalita yang kini telah beruraian air mata di persembunyiannya pun sedikit menggeser tubuhnya agar tak terlihat oleh kakaknya itu.
"Bahkan jika kamu bersikeras tak mau mengakui perasaanmu, aku tetap akan menceraikan Lita, Risa," ujar Erick.
Tentu saja Larisa langsung menghentikan langkahnya dan kembali menoleh ke arah lelaki itu.
"Aku serius saat aku mengatakan kalau aku sudah muak dengan pernikahan yang kalian atur itu. Aku tidak peduli kalau setelah ini papamu akan menghancurkanku, atau bahkan mungkin membunuhku. Tidak apa-apa …."
"Erick, jangan gila!" sergah Larisa.
"Aku memang sudah gila. Aku gila karena harus menahan semua ini sendirian. Apa kamu tahu, Risa, aku bahkan harus membayangkan wajahmu setiap kali hendak menyentuh adikmu itu." Suara Erick terdengar serak dan putus asa.
Lalita yang mendengar itu kembali membekap mulutnya, bahkan tangannya yang lain juga mecengkram dadanya kuat. Air matanya jatuh dengan semakin deras, seiring dengan hatinya yang terasa seperti dirajam.
Bersambung ....
Hai, gaess. Selamat datang di novel terbaru Mak Othor. Semoga menghibur, ya. Happy Reading.