Sama-sama mendapat julukan HOT, membuat Zain Alando, publik figur papan atas yang digilai para wanita yang kini berusia tidak muda lagi, dan menyandang status duda beranak satu. Begitu pun juga, Hazel Carter, pemilik perusahaan ternama yang menyandang status sebagai janda, yang juga beranak satu.
Mengharuskan kedunya sering bertemu, karena anak-anak mereka selalu membuat masalah di sekolah.
Apakah dari sering keduanya bertemu, akan membuat hati keduanya tumbuh benih-benih cinta, setelah bertahun tahun mati suri karena ditinggal orang terkasih mereka untuk selamanya?
Yuk ikuti kisah mereka yang akan membuat kalian senyum-senyum sendiri, dengan kegilaan para tokohnya.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon HaruMini, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Bunuh Diri
Kepalang tanggung, itu yang sedang Hazel rasakan, saat baru masuk ke dalam mobil milik sang suami, ada Zain yang sejak keluar dari pemakaman, memilih duduk di jok belakang, tidak seperti sebelumnya.
Dan Hazel ingin keluar lagi pun tak bisa, karena hujan tiba-tiba turun secara deras.
Zain hanya melirik ke arah sang istri yang duduk bersebelahan dengannya. Tentu sambil menggerutu dalam hati, kenapa dia bisa duduk di dalam mobil, bersebelahan dengan wanita yang sangat menyebalkan.
Begitu pun dengan Hazel, yang juga melirik kearah sang suami. "Jika di luar tidak hujan, tentu saja aku tidak sudi berada di sini, duduk dengan pria yang tidak normal," batin Hazel dengan lirikan tajam.
Duarrrrrrr!
"Ya Tuhan!"
"Ampun!" teriak Zain dan juga Hazel bergantian, ketika ada petir.
Keduanya yang memang takut dengan petir tidak sadar, jika sekarang keduanya saling berpelukan untuk menghilangkan rasa takut, apa lagi petir masih menggelegar, membuat pekukan keduanya semakin erat.
Dan setelah suara petir tidak terdengar lagi, keduanya baru menyadari jika masih saling berpelukan, tentu saja, Hazel maupun Zain sama-sama melepas pelukannya.
"Dasar! Mana ada pria takut sama petir!" cibir Hazel.
"Jangan mencibir orang lain, kamu sendiri takut!" sahut Zain tidak terima.
"Heh, aku wanita, wajar kalau aku takut, sedangkan kamu, pria,"
"Takut tidak mengenal pria atau pun wanita," bela Zain.
"Eleh, memang kamu tuh tidak normal, sama petir aja takut. Aku rasa istri kamu bunuh diri karena malu punya suami tidak normal seperti kamu,"
Zain yang tidak ingin menatap pada sang istri, kini menatap kearahnya, sambil mengeratkan rahangnya untuk meredam emosinya, mendengar apa yang Hazel katakan.
Dug!
Zain yang tidak lagi bisa menahan emosi karena ucapan Hazel kini mendorong tubuhnya dengan kencang, hingga membentur pintu mobil.
"Sial, apa yang kamu lalukan!" seru Hazel, karena tiba-tiba Zain mendorong tubuhnya.
"Jaga bicaramu, atau aku tampar mulutmu itu!" ancam Zain, tidak bisa lagi menutupi kekesalannya, karena sang istri di bilang bunuh diri. "Aku tahu sekarang status kita suami istri, tapi itu tidak akan lama, dan jangan pernah bicara hal itu lagi!"
"Kenapa? Apa aku benar? Jika istri kamu meninggal bunuh diri, karena kamu tidak..." Hazel tidak jadi meneruskan ucapannya, dan sangat terkejut, saat Zain mengangkat satu tangannya, dan ingin menampar pipinya. "Kenapa tidak jadi, tampar saja nih," Hazel menantang sang suami, dengan menyodorkan sebelah pipinya.
Namun, Zain tidak lagi menanggapi ucapan Hazel, dan lebih memilih menatap ke luar jendela, mungkin jika hujan sudah reda, Zain akan keluar dari dalam mobilnya, meninggalkan Hazel, yang kali ini sangat menyakiti hatinya, dengan ucapan yang terlontar dari mulutnya, tapi apalah daya hujan semakin lebat.
"Kenapa diam saja, lakukan saja jika ingin menamparku, agar aku bisa mempenjarakan kamu, karena sudah melakukan kekerasan dalam rumah tangga,"
Zain menutup matanya, untuk menguatkan hatinya, agar tidak terpancing dengan ucapan Hazel.
"Heh, tidak normal, ayo..."
"Diam! Jika kamu tidak Diam, lebih baik kamu turun!" tegas Zain, untuk menutup mulut sang istri.
Hal itu membuat Hazel langsung diam, dan berharap hujan segera reda, agar dia bisa segera keluar dari dalam mobil sang suami, yang membuat hatinya panas, karena dia melihat sendiri Zain akan menapar dirinya.
Keduanya kini hanya diam dalam pikirannya masing-masing, diiringi dengan hujan yang semakin lebat.
"Istriku meninggal beberapa menit setelah Zi lahir," Zain memecah keheningan, di dalam mobil, entah mengapa hatinya mendorongnya untuk menceritakan pada Hazel, kenapa sang istri meninggal, dan air mata tiba-tiba jatuh membasahi kedua pipinya, air mata yang selama ini dia tahan, saat mengingat kejadian beberapa tahun silam. Tapi untuk kali ini tidak bisa lagi ditahannya.
Hazel yang tadi sedang menatap keluar jendela, kini mengalihkan tatapannya, untuk menatap Zain, setelah mendengar apa yang dikatakannya, dan ia langsung menautkan keningnya melihat sang suami menangis.
"Idih, nangis," ucap spontan Hazel, dan kini membuat Zain langsung menatap padanya.
Bersambung....................
jngn2 berjodoh nih mereka