NovelToon NovelToon
Istrinya Polisi?

Istrinya Polisi?

Status: sedang berlangsung
Genre:Romantis / Cintapertama / Cinta Paksa / Beda Usia / Kehidupan Tentara / Slice of Life
Popularitas:390.8k
Nilai: 5
Nama Author: sinta amalia

Aya tak pernah menyangka sebelumnya, sekalipun dalam mimpi. Jika kepindahannya ke kota kembang justru menyeretnya ke dalam kehidupan 'ibu merah jambu'.

Kejadian konyol malam itu, membawanya masuk ke dalam hubungan pernikahan bersama Ghifari yang merupakan seorang perwira muda di kepolisian. Suka duka, pengorbanan dan loyalitas menjadi ujian selanjutnya setelah sikap jutek Ghi yang menganggapnya pengganggu kecil.

Sanggupkah Aya melewati hari-hari yang penuh dedikasi, di usia muda?

~~~~~
"Kamu sendiri yang bilang kalau saya sudah mele cehkan kamu. Maka sebagai perwira, pantang bagi saya untuk menjadi pengecut. Kita akan menikah..."

- Al Ghifari Patiraja -

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon sinta amalia, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

31. Masih ada cinta

Aya masih melipat kedua tangan, sembari memalingkan wajahnya. Pemandangan kerlap-kerlip lampu diantara gelapnya malam lebih asik untuk ia pandang ketimbang manusia tampan di sampingnya. Buat apa tampan, tapi kejam!

Bahkan Aya memberikan jarak. Sampai duduk saja, ia mepet-mepet nempelin pintu mobil, tak ingin dekat-dekat Ghi.

Kriik--kriik....

Hanya suara deru halus mesin mobil mama Rena saja yang mengisi kesunyian diantara bisingnya jalanan di balik dinding mobil yang sayup. Sesekali Yudis dan Ghi mengobrol tentang pekerjaan, kemudian yang terjadi selanjutnya hening kembali. Sementara Aya, memilih diam saja memperhatikan jalanan terkadang ponselnya.

Aya yang biasa tertidur di mobil, kali ini memilih untuk terjaga. Aya tau, Ghi beberapa kali mencuri pandang padanya, hingga membuatnya waspada. Namun saat Aya membalas tatapan Ghi dengan pelototan dan sorot mata tajam, pria itu hanya mengurai senyumnya manis. Kenapa harus begini dahulu baru Ghi bersikap manis? Kenapa ngga dari dulu-dulu?

"Abang tidur ya, Ay..." ijinnya saat Aya kembali memelototinya judes sebab kepergok menatapnya intens.

"Tidur aja, nanti kalo udah kilometer 76 Aya tinggal dorong abang ke luar jalan." Sengaknya julid. Ghi justru tertawa renyah dan menggeleng, begitupun Yudis.

Tak begitu menanggapi dengan serius ucapan Aya, Ghi memutuskan untuk segera menuntaskan rasa lelah yang telah mendera raga sejak kemarin-kemarin, dan kini sudah mulai meremukan tulang-tulangnya.

Ghi menyenderkan punggung dan kepalanya di kursi, lalu memejamkan mata. Selang beberapa menit, Aya yang merasa penasaran, justru berbalik menatap Ghi intens.

Capek banget?

Berapa hari ngga tidur?

Lantas, pandangan intens itu lama menetap di bagian tulang pipi, dimana warna kulitnya itu berbeda dari area kulit wajahnya yang lain. Terlihat seperti....lebam?

Kenapa?

Berantem sama penjahat?

Semua suara berisiknya dalam hati dan pikiran bukti jika rasa itu masih ada, jika kepedulian Aya itu masih sangat kuat, dan tanpa sadar sudah mulai mengikis kekecewaan, meski tak mungkin menghapusnya begitu saja.

"Bang Ghi diamuk bapak, bu.." tiba-tiba suara Yudis lolos begitu saja menjawab rasa penasaran Aya.

Aya cukup terkejut mendengarnya, apakah om Yudis itu semacam cenayang? Yang tau pikiran orang tanpa harus orang itu berbicara.

Ada tarikan alis Aya mendengar itu, meski ia hanya bergidik acuh, "om Yudis so tau." Ia menyudahi aksinya memperhatikan Ghi, tak mau jika om Yudis menganggapnya peduli.

"Bu Rena yang cerita." Kembali ujarnya, "tadi siang ibu hubungi saya, bilang kalau bang Ghifari sedang dalam perjalanan menyusul bu Ranaya. Beliau meminta bantuan saya untuk menahan ibu sampai bang Ghi datang, begitu pun bang Ghi sendiri."

Aya menghela nafasnya merasa sesak, karena akhirnya masalah yang sengaja ia tutup rapat diketahui juga oleh kedua pasang keluarga.

"Jadi papa tau?"

Yudis mengangguk, "bapak ngamuk, bang Ghi sendiri yang mengakui kalau ia sudah bersalah sama ibu Ranaya sama bapak dan bu Rena."

Kini otaknya tak bisa menahan naluri dan hati untuk menoleh pada Ghi kembali, hingga tanpa sadar ia bertanya pada Yudis, "diapain aja dia sama papa Sakti?"

Yudis menggeleng, "setau saya. Ibu Rena cuma bilang diamuk bapak waktu minta bantuan saya." Yudis tak bicara apapun tentang papa Sakti, bagaimana kerasnya papa Sakti saat menghukum bawahan yang terbukti melakukan salah, termasuk Ghi, sebab ia rasa itu tak perlu diumbar.

Matanya menyipit meringis, "ditonjok? Ditampar?" tembak Aya bertanya. Om Yudis kembali menggeleng sebagai jawaban ketidaktahuannya.

"Apa karena diamuk papa sama mama, jadinya kamu sadar? Atau justru karena diamuk jadinya nyusulin..." tanya Aya kembali pada lelaki yang terlelap di sampingnya. Ia jadi pesimis jika Ghi tulus.

Dengan begitu ia sudah berprasangka buruk terhadap Ghi. Yang artinya, ia tak berbeda dengan Ghi.

Merasa kondisi aman saat Ghi tertidur, Aya yang kini memilih untuk merebahkan badannya di sandaran kursi hingga lama-lama ia tertidur.

Sayup-sayup, Aya merasa jika tidurnya ini terlalu nyaman untuk ukuran di dalam mobil begitupun aroma maskulin yang menguar menusuk hidung. Perlahan ia mengerjapkan mata, menyesuaikan dengan cahaya yang temaram. Bahkan kini telinganya dapat merasakan detak jantung seseorang.

Seketika matanya dipaksa melotot manakala menyadari jika ia sudah berpindah tempat bersandar. Bahkan badannya terasa didekap saat ini oleh sebelah tangan yang melingkar.

Dengan kesadaran yang masih mencoba ia kumpulkan, Aya menarik dirinya dari dekapan Ghi dan menjauh kembali ke tempat semula, "hih!" serunya membuat Yudis melihat ke arah rear vision dan Ghi yang ikut terbangun kembali dari tidurnya yang tak terlalu nyenyak.

"Kenapa bu?" tanya om Yudis.

"Udah bangun?" bersamaan dengan Ghi yang bertanya. Aya menoleh horor, "kamu tarik Aya? Ngga usah ngarep buat peluk-peluk ya..." sewotnya marah, Aya merapikan rambut dan wajahnya, bahkan matanya masih merah sebab tidur nyenyak.

Jujur saja, rasanya----pusing! Langsung terbangun begitu tanpa ancang-ancang terlebih dahulu.

Ghi hanya mendengus geli, "abang narik kamu?"

"Gimana kalo kejadiannya itu, kamu ketiduran...terus pindah posisi senderan ke arah abang, karena guncangan mobil jadinya tubuh kamu yang ngga sadar itu oleng dan jatoh di badan abang? Daripada tangan abang pegel, kamunya juga sakit leher, makanya abang pindahin...nyendernya jadi di dada abang, kamunya nyaman, abang juga ngga pegel."

"Mana ada Aya yang pindah posisi, sampe jatoh di badan abang. Aya kalo tidur kaya bang kee. Ngga pindah-pindah kalo ngga ada yang mindahin." debatnya mengakui, membuat Yudis mengu lum bibirnya, sementara Ghi? Ia sudah biasa dengan kalimat-kalimat aneh dari mulut istrinya itu, sejak dulu.

"Mau gelar perkara? Atau reka adegan, Yudis jadi saksi kunci?" tawar Ghi yang langsung dihadiahi ketusnya Aya.

Ghi terkekeh, "ngga yakin sama alibinya ya, non?"

Yudis membenarkan jika Aya lah yang mencari kenyamanan dan justru pernyataan itu jadi boomerang tersendiri untuknya.

"Pokoknya Aya ngga salah, titik." pungkas Aya menatap lurus, Yudis terdiam....perempuan memang benar...kalaupun salah, maka pahamilah jika kesalahan itu adalah pembenaran.

Ghi tertawa renyah mengangguk mengiyakan saja, "iya. Kamu ngga salah, cuma keliru..."

Matanya itu, terlempar bak pisau ke arah Ghi begitu galak. Aya seolah menjadi Ghi saat ini, membalas setiap ucapan Ghi dengan Ghifari mode on.

"Abang lapar, mampir dulu makan sebelum ke rumah."

"Aya engga." Tukasnya selalu mendebat dan berkata sebaliknya. Namun memang bukan pendapat yang sedang Ghi cari, karena jelas kini ia sudah bertitah pada Yudis, "Yud, keluar dari tol kita mampir dulu cari makan."

"Aya ngga lapar om Yudis." kembali ia bersuara begitu cerewet.

"Kalo ngga lapar, berarti kamu tungguin abang sama Yudis makan." Jawab Ghi tak ambil pusing memaksa Aya lagi, khawatir jika salah kembali.

Alih-alih terima, Aya justru kembali sewot, "mana ada! Nunggu itu butuh energi, enak aja!"

Yudis kembali menahan tawanya, bahkan rahangnya terasa pegal mendengar setiap perdebatan dan sewot bin ketusnya Aya, Aya revenge sepertinya sudah dimulai.

Ghi benar-benar merasa jika kesabarannya tengah diuji sekarang, kedewasaannya yang---*ia sudah nawaitu untuk belajar menghadapi Aya*--- sudah dimulai sekarang. Seperti yang mama bilang, seperti yang kedua orangtua Aya bilang dan seperti apa yang papa perintahkan. Jika....ia adalah imam yang seharusnya mengayomi dan membimbing Aya. Ia harus memperbaikinya sekarang, kesempatan kedua itu jarang terjadi.

"Ya udah, ikut makan makanya."

"Aya mau sate." Aya mendekap tangan di dada. Ghi mengangguk menyetujui.

Namun kembali Aya menyeringai usil, "soto juga, sama tongseng..."

Bukan Ghi namanya jika kalah, "oke. Bilang sama Yudis, apa mau kamu. Bisa kan Yud, cari tukang sate yang sedia soto juga sama tongseng? Siapa tau di dalem sana udah ada anak saya....nanti kamu yang saya salahkan kalo anak saya terlahir ngencesan..." pungkas Ghi.

Betapa tidak Aya terkejut dengan ucapan Ghi itu, "ehh! Engga ya, jangan ngarang! Mana ada anak abang disini!" tunjuknya sewot ke arah perut, rasanya malu membicarakan hal begini di depan orang lain.

"Kan siapa tau..." balas Ghi, "toh kemarin."

"Shuuuttt! Ih mulutnya!" sengit Aya membekap mulut Ghi segera.

Niat mengusili sang suami untuk membalaskan dendamnya, justru membuat Aya harus menanggung rasa malu sekaligus tak enak pada om Yudis yang menjadi pihak dirugikan disini.

"Bisa bang."

"Sip. Saya tidak menerima penolakan soalnya..." jelas Ghi, kini sukses membuat Aya menggeleng, "eh, om...sate aja cukup deh. Ngga usah cari yang lain, kasian..." balas Aya membuat Ghi mengurai senyuman gelinya sembari memalingkan wajah ke jendela.

"Siap bu."

"Ngga jadi ngidam?"

Bughhh! Aya benar-benar menyarangkan tonjokannya pada Ghi.

.

.

.

.

1
Zee Zee Zubaydah
kok blum up juga kak
'Nchie
haha kasian ica 😄dipenjara aja ca penjara orang2 sholeh biar dpt ustad ganteng plus sholeh
Ika Sembiring
up kak
sitimusthoharoh
dah kebayang serendom ap rumah tanggane merekq berdua.
lanjut
sitimusthoharoh
aya emang beda y kapt wkwkkwkwkwwkwk
lanjut
Anonymous
Up
Defvi Vlog
enak aja minta maaf, ga segampang itu ya ghi
Defvi Vlog
aku aja yg baca sedih sakit bacanya😢
Defvi Vlog
emang c klo suami pulang kerja cape pasti bawaannya emosi, apalagi istri bwt ulah.
Defvi Vlog
tegang berasa nonton film action 🤭
Ika Sembiring
up kakakkk
Yuni Widiyarti
siap2 ay tinggal dirumah sendiri
Yuni Widiyarti
emang ay nya bang ghi segokil itu dak heran aku
oca rm
lanjut kak
Ika Sembiring
up kakak
Ney Maniez
jangan atas nama kan jihadddd please 😭😭😭
lagi sedihhh pengen ketawa ngakak
Rita
sadizzzzz🤣🤣🤣🤣🤣🤣
Rita
🤣🤣🤣🤣🤣🤣🤣🤣dongkol ngga tuh
Rita
dijalanin Ay klo ngga dijalanin msh andai2 g bkln tau
Rita
ada bahan godain ya Ghi
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!