Telah Terbit Cetak Bersama Platinum Publisher X NovelToon ~
"Aku menyerah karena suamiku memilih
menciptakan cap jari diatas surat gugatan perpisahan demi mengucap akad dengan wanita lain,"
Dikta Nadira, seorang Motivator Pernikahan yang menikah dengan sosok Dosen Sosiologi bernama Robby Dreantama.
Pernikahan mereka yang terjadi akibat sebuah kesepakatan berujung kecewa disaat mereka sadar bahwa Noda Merah telah tercipta diatas buku nikah mereka dan Dikta memilih diam.
Dikhianati, bahkan melihat suaminya bercinta dengan wanita lain dihadapannya benar-benar menghancurkan hidup Dikta. Sehingga sampai pada kata Talak itu keluar.
Dikta menganggap akan menemukan jalan baru dalam kehidupannya malah kehilangan pijakan hidupnya, namun satu yang menjadi masalah, disaat mereka resmi berpisah fakta mempertegas bahwa Dikta tengah mengandung anak dari Robby.
Robby yang enggan mengakuinya membuat Dikta kembali merasa terpukul dan bertekad membuka lembaran baru.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Ridz, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
BAB 30. Dua Tempat Ibadah Berbeda
Beberapa dari kita menangis bukan karena ingin menangis, tapi karena hanya air mata itu yang tahu apa alasannya terjatuh.
•
"Kamu pulang sendiri Reel?" tanya Dikta pada Aurel saat mereka sudah di gerbang pemakaman.
"Iya, aku gak bawa mobil, lagipula tadi aku datang kesini kan numpang Mas Dokter," jawab Aurel melirik Adam.
Dikta menganggukkan kepalanya. "Kak Sean? Bisa antar Aurel pulang gak?"
"Terus kamu?" tanya Sean balik yang mrmbuat Dikta melirik Adam.
"Aku sama Mama Reni numpang sama Mas Adam aja, gapapa kan Mas?" jawab Dikta bertanya kepada Adam. "Nanti kakak sekalian ambil baju aku di rumah Aurel dan jemput aku di rumah Mama Reni."
Adam mengangguk. "Iya Dikta biar saya aja yang antar kak."
"Okey," jawab Sean. "Yuk kita jalan, nanti kakak jemput kamu dirumah Bu Reni yah."
Sean mengode Aurel untuk pergi, Aurel memeluk Dikta terlebih dahulu kemudian menyusul Sean untuk masuk ke dalam mobilnya.
"Oh iya siapa nama kamu tadi? Aurel yah?" tanya Sean memakai sabuk pengaman saat masuk ke dalam mobil.
"Iya kak," jawab Aurel mengangguk kemudian menutup pintu mobil. "Kan waktu aku lapor polisi ketemunya sama Kak Sean, Kak Sean lupa yah?"
"Oh iya Maaf," Sean memijat setir mobil kemudian mulai menyalakan mesin mobilnya. "Karena banyak pikiran saya jadi linglung begini."
"Bukan karena faktor usia kak? Ups," Aurel langsung menutup mulutnya saat keceplosan mengeluarkan kalimat itu.
"Enak aja, saya masih muda yah, masih tiga puluh tujuh tahun," jawab Sean terkekeh.
"Tiga tahun lagi empat puluh tuh kak, apa aku manggil Om aja? Soalnya aku baru dua tiga," ujar Aurel yang membuat Sean terkekeh.
Sean mengusap kepala Aurel sembari tangan satunya mengendalikan setir mobil, mendapat perlakuan seperti sontak membuat Aurel terdiam.
"Kamu lucu yah, pasti adik saya bahagia terus punya sahabat kayak kamu, saya aja terhibur padahal tadi sedih," ujar Sean kembali mengendalikan setir dengan kedua tangannya.
Aurel terdiam, kali ini wajah Aurel memerah, dia merasakan sesuatu yang berbeda saat bersama Sean kali ini padahal ini baru pertemuan keempat mereka setelah di kantor polisi, rumah sakit dan pengadilan.
"Kamu puasa?" tanya Sean melirik Aurel.
Aurel tersenyum. "Gak kak, aku gak ada kewajiban soalnya aku-"
"Oke, saya paham, maaf yah," jawab Sean.
Setelah kalimat itu tidak ada lagi percakapan diantara mereka, Aurel hanya terdiam dan menikmati aroma mobil Sean yang entah kenapa sangat membuatnya candu, benar-benar aroma maskulin pria entah itu dari tubuh Sean atau memang pengharum mobil ini.
Tak lama kemudian mobil Sean masuk ke pekarangan rumah Aurel. Mereka berdua keluar dari mobil.
Aurel berjalan pelan masuk kedalam rumahnya sebelum kakinya terselengkat oleh kakinya sendiri yang membuat Sean dengan sigap meraih Aurel agar dia tidak terjatuh.
"Tidak apa-apa?" tanya Sean yang membuat Aurel gugup seketika.
Dari sini Aurel tahu kalau aroma maskulin itu memang datang dari tubuh Sean, Aurel segera bangkit dan kembali ke posisi semula.
"Gapapa kak, mau ikut masuk?"
"Gausah Aurel, gak enak sama tetangga kamu, kamu kan tinggal sendiri kalau saya masuk apa kata orang," jawab Sean. "Saya tunggu disini saja."
Aurel mengangguk, Sean paham sekali dengan tata Krama dalam berbudi bahasa, Aurel segera masuk kedalam rumah. "Aku ambil baju Dikta dulu yah."
Sean mengangguk atas ucapan Aurel, Aurel kemudian berjalan masuk kedalam rumah, sesampainya didalam Aurel segera mengatur napasnya, entah kenapa Aurel merasakan bahwa dia jatuh cinta.
Namun Aurel bingung, bimbang dan ragu, jika benar itu terjadi, itu seakan mustahil karena jelas-jelas mereka berdua berasal dari dua tempat ibadah yang berbeda.
•
•
•
TBC
sehat dan semangat terus ya
hihihi, biasanya manggil kak atau mak..
tapi berhubung authornya lebih muda dan ternyata cowok pula, maka aku panggil dek othor saja yah, hehe..
ceritanya bagus, tapi menurutku alurnya terlalu to the point banget..
kurang panjang dan halus dikiiiit aja..
emang wajar sih, kalau cowok ngarang itu umumnya selalu to the point dan gak bertele-tele, karena mereka tercipta dominan akal (logika)..
nah kalo authornya cewek, gaya bahasanya bakalan sedikit panjang bahkan ada yg sangat bertele-tele, karena cewek dominan perasaan..
tapi, overall novel ini bagus banget..
mana diselipin ilmu2 agama yg sangat bagus dan tentunya menanbah menambah ilmu agama kita para reader Muslim..
bagi non Muslim pun, bisa jadi tambahan pengetahuan jg..
keren banget dah pokoknya..
semoga sehat selalu ya dek..
tetap semangat berkarya dan semoga sukses selalu dimanapun dan dalam kondisi apapun..
barokallahu fiik.. 🙏🏻