Gita terjatuh saat merenovasi balkon bangunan yang menjadi tempatnya bersekolah saat SMA.
Saat terbangun, ia berada di UKS dan berada dalam tubuhnya yang masih berusia remaja, di 20 tahun yang lalu.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Verlit Ivana, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Tempat Kenangan Pahit
"Hah! Tempat ini udah jauh lebih baik setelah direnovasi!" Gita berseru bangga memandangi roof top bangunan SMA Pelita.
Tempat yang tadinya tampak gersang dan tak terawat itu kini menjadi enak dipandang mata, karena kehadiran roof garden rancangannya, sebagai salah staff desain sebuah kontraktor yang disewa pihak sekolahnya dulu ini.
Ia mendekat ke tepi roof top, menyentuh tepian dinding pembatas di sana.
"Pencegah kematian," gumam Gita, lalu tersenyum miring.
Ia menatap nanar gurat-gurat kasar pada dinding setinggi dada itu dengan perasaan sesak.
"Jejak-jejak putus asa udah gak ada, semua bersih. Ini bakalan jadi tempat yang benar-benar baru," gumamnya lagi seraya menyusut air mata yang hampir jatuh.
"Bu Gita, tolong ke bawah sebentar!" panggil seorang kepala tukang dengan safety helmet tersemat di kepalanya.
Gita mengangguk, ia merapikan rambutnya yang panjang tergerai, mengikatnya dengan ringkas, lalu ikut menuruni tangga bersama rekannya tersebut.
"Tolong cek detail yang di sebelah sana, saya khawatir kerjaan anak buah saya kurang rapi," tunjuk pria itu menunjuk ke bagian luar sebuah ruangan.
"Oke!" ujar Gita ruang, menapak masuk ke sebuah ruangan yang dulu sempat ia takuti.
Wanita itu berdehem mengusir rasa tidak nyaman akan kenangan yang tiba-tiba muncul. Sambil menahan napas secara tak sadar, ia pun kemudian keluar dari sebuah pintu kaca di seberang ruangan.
"Udah rapi kok ini," ucapnya sambil meneliti detail ornamen pada balkon di lantai empat tersebut.
"Tadi ada yang kurang pas bentuk ornamen di sebelah sana, Bu!" seru kepala tukang tanpa ikut masuk ke ruangan.
Gita menatap langit semakin gelap, dan angin bertiup kencang dan bulir gerimis mulai turun, beriringan bagai berlari dari kejauhan.
Sejenak wanita 37 tahun itu merasa ragu. Rok panjangnya meski tak menghalangi gerak, namun tampaknya akan bertarung dengan angin ketika meneliti railing balkon.
'Alamat nyangkut ini rok, meski gue pake legging, tapi tetep aja ... melambai-lambai kena angin? Ah tapi resiko pekerjaan, palingan robek kalau nyangkut,' batinnya.
Gita kemudian memantapkan hati dan memegang tepian railing dari GRC krawangan berbingkai besi tersebut.
Ia berusaha berjanjit untuk melihat detail ornamen di sisi luar balkon tersebut.
'Aish, ga keliatan jelas. Masa gue naik tangga panjat dulu dari lantai satu? Lama! Dahlah coba gue jinjit lagi.'
Gita mendorong tubuh kurusnya hingga merapat pada railing tersebut.
Lalu...
KLANG!
"Eh?" Gita terperangah.
Railing yang ia jadikan sandaran, berderak, terlepas dari sisi kanan dan kiri.
Semakin miring ke luar.
KRIEEETTT.
Gita tak sanggp bersuara karena takut, sedangkan orang-orang di sana menjerit ngeri melihat wanita itu bersandar pada railing yang terlepas, hingga akhirnya....
BRUGH!
"Bu Gita!" teriak orang-orang hampir serentak.
Gita jatuh bersama railing besi dengan detail krawangan geometris yang indah. Hasil rancangan dirinya, dan kini terwarnai oleh merah darahnya.
Orang-orang berlarian mendekat, dengan aneka ekspresi kengerian di wajah-wajah mereka.
Gerimis semakin rapat, menghujani tubuh Gita yang tak berdaya di halaman sekolah, tempat ia dulu pernah menjalani hari-hari yang tak bisa dibilang indah.
Sementara kepala tukang menuruni tangga tergesa, mengikuti para tukang bawahannya yang sudah hampir tiba di lantai bawah.
"Haaah bu Gita, tadi saya lupa bilang kalau railing itu kendor baut-nya," gumam lelaki bertato itu, dengan seringai di wajahnya.
Salam Dari "Lina : The Screet Of The Ten Haunted Souls" /Smile/