Jezica adalah anak dari seorang Selebritis single parent. Jazica adalah anak seorang artis film papan atas sekaligus artis INFOTAIMEN. Info tentang ibunya selalu Hits di berbagai media. Hidupnya menjadi tidak biasa, dia jadi kehilangan Privacy karena menjadi anak seorang artis. Ibunya selalu sibuk, bahkan dalam sebulan bisa tidak pulang karena sibuk shooting di luar kota. Jazica merindukan kebersamaan dengan ibunya seperti dulu, saya ibunya masih menjadi guru les bahasa Inggris. Kehidupan keartisan ibunya mempengaruhi dirinya dalam bersosialisasi dan dalam banyak hal lainnya.
Akankah Jezica bisa mengatasi masalahnya sebagai anak selebritis?
Akankah Jezica bisa memenuhi harapan ibunya?
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon CACASTAR, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
UJIAN SEKOLAH VS UJIAN HIDUP
Sukarsih, hari ini ke sekolah menunggu pengumuman hasil ujian. Dia optimis kalau dia lulus Ebtanas. Dia sudah belajar dengan giat dan tekun, tentunya nilai yang di dapat memuaskan. Hari ini dengan penuh semangat dipacunya sepeda bututnya ke sekolah dengan harapan kelulusan dan artinya akhir dari cita-citanya. Dia menggoes sepedanya dengan bahagia.
Istilah ujian sendiri tiap rentang waktu dan kebijakan berbeda-beda. Sejarah penamaan Ujian akhir di sekolah dimulai pada tahun 1950-an.
Pada tahun 1950-1964 istilahnya adalah Ujian Penghabisan, disebut juga dengan UP. Ujian yang berbentuk soal essai untuk seluruh mata pelajaran.
Pada tahun 1965-1971 istilahnya adalah Ujian Negara, disebut juga dengan UN. Tujuan UN pada waktu itu adalah bila lulus sebagai penentu untuk bisa melanjutkan ke jenjang selanjutnya.
Pada tahun 1971-1979 istilahnya adalah Ujian Sekolah. Ujian Sekolah pada masa itu sebagai penentu peserta ujian sudah menyelesaikan program belajar dalam satuan pendidikan.
Pada tahun 1980-2000 istilahnya adalah EBTA dan EBTANAS. EBTANAS ujian mata pelajaran pokok dan EBTA ujian mata pelajaran selain mata pelajaran pokok.
Pada tahun 2001-2004 istilahnya kembali berganti menjadi Ujian Akhir Nasional atau disebut juga dengan UAN.
Pada tahun 2005-2015 istilahnya berganti jadi Ujian Nasional atau disebut juga dengan UN.
Pada tahun 2014-2020 istilahnya berganti dengan Ujian Nasional Berbasis Komputer atau disebut juga dengan UNBK.
Pada tahun 2020-2024 ujian yang diberlakukan hanya Ujian Sekolah atau disebut dengan US.
Dan Sekarang Di tahun 2025 istilah itu berganti menjadi Assesmen nasional.
Dan, Sukarsih adalah pelajar yang sedang menunggu hasil nilai EBTA dan EBTANAS-nya keluar.
Sukarsih memasuki kawasan sekolah, lalu dia menyapa Pak Gun, penjaga sekolah dengan anggukan kepala. Sukarsih memarkirkan sepedanya. Jantungnya sebenarnya sudah dag-dig sedari di perjalanan, entah mengapa di rumah tadi dia biasa saja, saat melewati beberapa pelajar berseragam lainnya, hatinya jadi menciut, jantungnya jadi berpacu.Sukarsih memasuki kelasnya dengan langkah hati-hati, pelan namun pasti. Pasti seperti gadis hidupnya yang sudah tercatat dan tertulis tanpa dia berhak untuk menuliskannya sendiri. Sukarsih adalah perempuan yang tidak punya hak untuk menuliskan takdirnya di garis tangan. Sukarsih hanya bisa takdir itu ditulis oleh orang tuanya dan dituliskan oleh calon suaminya.
Saat acara pertunangan yang diadakan di rumahnya secara sederhana, bahkan sangat sederhana, yang hadir hanya keluarganya, bapak, ibu, Juwita adiknya, bapak dan ibu calon mertuanya, calon suaminya, Bapak kepala Desa, Bapak Sekretaris Desa, dan Ningrum temannya.
Saat Subarkah memasangkan cincin ke tangannya semua terharu, semua bahagia, kecuali dirinya. Saat itulah cita-cita Sukarsih mati, mati bersama mimpi. Cita-cita dan impian yang harus ia lepaskan.
Saat ia membawa nampan berisi gelas bekas minuman dan piring bekas suguhan tadi ke sumur, saat itulah Sangaji datang memeluknya dari belakang.
"Ehh, opo toh, Mas, lepasin."
"Dek, dak usah malu-malu."
"Aku, kan bakal jadi suamimu."
Sukarsih berusaha melepaskan pelukan Subarkah. Harga dirinya serasa diinjak-injak saat itu. Subarkah semakin berusaha keras memeluknya, bahkan kini berusaha mencium pipinya.
Lepas mah, Lepas!" pekiknya tertahan.
Dia antara ingin berteriak karena ketakutan mendapat perlakuan tidak baik itu, di sisi lain sisi ia juga tidak ingin kalau terdengar oleh tamu serta keluarganya yang ada di rumahnya di ruang depan.
Dia berusaha melepaskan tangan Subarkah yang nakal dan mendorong badan dengan kedua tangannya. Dua kali dorongan pelukan Subarkah terlepas, dan Sukarsih menjauh.
"Jaga sikap kamu Mas!"
"Biar begini, aku masih punya harga diri!"
"Sok suci kamu, Dek, munafik!"
"Nanti juga kalau kamu jadi istriku, kamu akan merasakan lebih dari itu."
Subarkah pergi dari sumur itu kembali ke ruang depan. Sukarsih merapikan rambut dan pakaiannya yang sedikit berantakan tadi.
Subarkah benar-benar keterlaluan upatnya dalam hati.
...
Semua pelajar berkumpul di lapangan mendengarkan pengumuman yang akan disampaikan oleh kepala sekolah.
Semua berharap-harap cemas. Raut muka kecemasan dan penuh harapan bercampur di wajah mereka.
Dan hasil ujian untuk semua siswa di sekolah adalah....
"Semuaaa dinyatakan LULUS!"
"Yeah!"
"Lulusss!"
"Alhamdulillah!"
"Horee, Mbok anakmu lulus!"
"Aku lulus!"
Sukarsih mengucap syukur karena dia lulus seperti teman-temannya.
Semua bersorak, gemuruh sorak, tepuk tangan menghiasi lapangan, mereka berpelukan. Semua bergembira atas kelulusan mereka.