Ganti judul: Bunda Rein-Menikah dengan Ayah sahabat ku
"Rein, pliss jadi bunda gue ya!!" Rengek Ami pada Rein sang sahabat.
"Gue nggak mau!" jawab Rein.
"Ayolah Rein, lo tega banget sama gue!"
"Bodo amat. Pokok nya, gue nggak mau!!" tukas Rein, lalu pergi meninggalkan Ami yang mencebik kesal.
"Pokoknya Lo harus jadi bunda gue, dan jadi istri daddy gue. Titik nggak pake koma!" ujarnya lalu menyusul Rein.
Ayo bacaa dan dukung karya iniii....
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Mey(◕દ◕), isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Bab 27. Flashback 1
Dua wanita berjalan bersama memasuki sebuah rumah mewah, di ikuti seorang pria yang terlihat gagah dengan setelan jas berwarna navy yang berjalan di belakang mereka.
"Kak, makasih ya udah izinin aku buat tinggal di sini."
"Kamu ngomong apa sih, kita kan keluarga udah sepatutnya saling tolong menolong. Iyakan mas?" Ucap nya meminta pendapat pada pria itu.
"Iya sayang." Jawab sang pria sambil merangkul mesra pinggang sang wanita.
"Kakak kamu benar Ana, jangan ngerasa nggak enak. Kan sudah sepatutnya keluarga saling tolong menolong, saat sedang membutuhkan bantuan."
Ana yang mendengar itu tersenyum lebar sambil memandang kakak ipar nya. "Iya mas, makasih banget ya udah izinin aku buat tinggal di sini." Ana reflek memeluk sang kakak ipar.
Sang kakak yang melihat itu hanya tersenyum kecil. Adik nya ini sangat manja, pikir nya positif.
Ketiga nya menoleh saat dua pria berjalan beriringan menuruni anak tangga. "Loh Tante ngapain di sini?" Tanya pria yang lebih muda.
"Mulai sekarang Tante kamu akan tinggal di sini Lex." Alex langsung menatap sang ibu dengan tanda tanya.
"Nanti mamah jelasin!" Alex mengangguk.
***
Fitriani dan Fitriana dua saudara kembar yang terlahir dari keluarga yang berkecukupan. Namun Ani lebih di sukai oleh kedua orang tua mereka karena sifat baik nya.
Ani dan Ana itu lah sapaan untuk kedua nya. Ani yang menyukai kesederhanaan tumbuh dengan kelembutan hati serta penyayang. Wanita yang memiliki paras cantik, lembut, serta penyayang itu berhasil membuat seorang pria yang tak sengaja menabrak nya langsung jatuh cinta pada pandangan pertama.
Seiring berjalannya waktu kedua nya memutuskan untuk menikah, tanpa tahu bahwa ada seorang yang sangat tidak menyukai pernikahan mereka.
Ana adik dari Ani, wanita yang mulai menumbuhkan dendam pada saudara kembar nya sendiri saat sesuatu yang ia anggap miliknya malah di rebut oleh sang kakak.
Ana sedikit berbeda dari sang kakak. Ia anak yang keras kepala dan segala sesuatu yang ia inginkan harus tercapai. Itu membuat kedua orang tua nya kurang menyukai sifat putri bungsu mereka.
Ana yang saat itu sudah lama menyukai Aldrich suami sang kakak berusaha untuk membuat kedua nya berpisah. Namun apapun usaha nya semua percuma karena Ani dan Al adalah dua orang yang saling mencintai sehingga sulit untuk di pisahkan.
Tahun terus berganti kehidupan Ani dan Aldrich sangat bahagia, ketika kedua nya akan di karuniai anak ke tiga.
Berbeda dengan Ana yang saat itu akan di jodohkan dengan seorang pria yang tidak ia cintai. Paksaan dari sang ayah untuk menerima perjodohan itu membuat Ana sangat membenci pria yang ia sebut ayah itu.
Meskipun sang kakak sudah di karuniai 2 orang anak dan akan bertambah 3, namun rasa cintanya pada Al tidak pernah memudar hingga akhirnya ia menjalani sebuah rencana untuk memisahkan kedua nya.
***
Ana menatap Ani yang sedang tertawa bahagia bersama suami serta kedua anak nya. Sudut bibirnya terangkat saat memandang Al. Pria itu begitu menggoda di matanya.
Mengenai perjodohan itu, bersyukur ia bisa menghentikan nya dan itu berkat bantuan sang kakak yang memohon pada sang ayah.
"Terlihat sangat bahagia," gumam nya dengan senyuman yang perlahan berubah menjadi seringai kecil.
Ana merogoh sesuatu dari saku jaket nya, 2 botol kecil berada di tangan nya. Matanya menatap sekeliling saat merasa aman, Ana langsung menaburkan sesuatu yang berada di botol kecil berwarna putih dengan isi bubuk berwarna merah ke dalam gelas ujung sebelah kiri. Kemudian di susul lagi, Ana yang menabur kan bubuk putih di botol berwarna biru pada 3 gelas tersisa.
Ana menutup kedua botol itu lalu kembali memasukkan nya ke dalam saku jaket. Ia membawa 4 gelas susu di atas nampan, dan berjalan menuju Ani dan suami serta kedua anak nya.
"Kak, ini aku bawakan susu buat kalian. Di minum ya," ujar nya sambil tersenyum.
Ani dan suami serta kedua anak nya langsung menoleh pada Ana. "Nggak usah repot-repot An, Ayo sini gabung sama kami." Ajak Ani pada sang adik.
Ana tersenyum lalu mengangguk. Ia mengambil posisi di ujung bersebelahan dengan Davin yang hanya diam.
"Ayo kak minum susu nya, keburu dingin." Ujar nya.
Ani dan yang lain nya mengangguk lalu meraih gelas yang berisi susu kemudian meneguk nya hingga habis.
Ana tersenyum yang tak lama berubah menjadi seringai kecil yang tak di sadari oleh keempat nya.
***
Hari-hari berlalu, semua berjalan dengan semestinya. Hingga pagi ini, semua di kaget kan dengan Al, Davin dan Alex yang tiba-tiba saja pingsan saat berada di meja makan.
"Ana bantu kakak, kita bawa mereka ke rumah sakit." Ujar Ani yang panik pada sang adik.
"Iya kak." Ana segera membantu Ani membopong tubuh sang kakak ipar menuju mobil di bantu 2 asisten rumah tangga yang membawa Davin serta Alex.
Ani berjalan mondar-mandir di depan ruangan ICU, ia tak tenang ketika suami serta dua anak nya memuntahkan cairan berwarna merah saat akan di bawa ke rumah sakit.
"Tuhan, jangan ambil keluarga saya." Gumam nya berdoa, air mata nya menetes tanpa sadar.
Ana yang duduk hanya menatap sang kakak dengan seringai nya, kemudian berdiri menghampiri Ani.
"Sudah kak, kakak duduk dulu. Kasihan kandungan kakak, nanti kenapa-kenapa kalau kakak kecapaian." Ujar nya.
Ani menatap sang adik lalu memeluk nya. "Kakak takut An, gimana kalau mas Al, Davin dan Alex kenapa-kenapa!" Ana mengusap punggung sang kakak dengan mimik wajah yang terlihat kesal.
"Mereka akan baik-baik aja, percaya sama aku!" Ani mengangguk lalu melepaskan pelukannya.
"Ini kak, minum dulu pasti kakak haus." Ani menerima air yang di sodorkan oleh Ana tanpa merasa curiga sama sekali.
Ia meneguk nya sampai habis, karena kebetulan ia memang haus. Ani menahan sakit pada kepala nya yang tiba-tiba saja datang. "Ssstthh..!!" Ringis nya sambil memejamkan mata.
"Kakak kenapa?" Tanya Ana yang memang sangat menunggu momen ini.
Bruk
Ana reflek menahan sang kakak yang tiba-tiba saja pingsan. "Kak?" Panggil nya sambil mengguncang tubuh sang kakak pelan.
Ana menyeringai, ini yang ia tunggu-tunggu. Tak lama kemudian beberapa pria datang lalu mengangkat Ani dan membawa nya dari sana.
"Selamat tinggal kak! Haha." Ucap nya sambil tertawa kecil.
Pintu ruang ICU terbuka, menampakkan dokter pria yang sudah sedikit berumur. "Gimana dok, mereka baik-baik saja?" Tanya nya khawatir.
"Untung saja mereka segera di bawa ke rumah sakit, jika tidak ketiga nya mungkin akan kehilangan nyawa mereka karena keracunan makanan!" Ucap dokter itu.
"Sekarang kondisi mereka sudah baik, ketiga nya akan segera di pindahkan ke ruang rawat inap." Lanjut dokter itu.
Ana mengangguk mengerti. Dalam hati ia tersenyum, rumah sakit tidak akan bisa mendeteksi sesuatu yang ia campur selama ini dalam minum serta makanan mereka.
"Makasih dokter." Dokter itu mengangguk lalu berlalu dari sana.
"Waktu nya memainkan peran!" Gumam nya sambil terkekeh pelan.
TBC...