Perjodohan adalah sesuatu yang Mazaya benci. Dari setiap novel yang ia baca, selalu saja pihak perempuan yang jadi sosok tertindas. Kadangkala ending cerita sang suami menjadi bucin. Kadang kala ada juga yang berakhir dengan perceraian dengan sang perempuan menikah lagi kemudian hidup bahagia dan laki-laki hidup dalam penyesalan.
Namun bagaimana bila Mazaya lah yang menjadi tokoh seperti dalam novel tersebut, terpaksa menikah karena perjodohan?
Apalagi setelah ia tahu, sosok yang dijodohkan dengan dirinya telah memiliki kekasih.
Sungguh, Mazaya tak ingin melewati proses jadi istri yang tertindas.
BIG NO!!!
Namun untuk ending, siapa yang tahu. Yang pasti, ia tak mau ditindas apalagi oleh sang pelakor meskipun dia adalah wanita yang suaminya cintai. Lalu bagaimana caranya agar ia tidak ditindas oleh pasangan sialan tersebut?
Makanya, yuk tap ❤️ untuk mengikuti cerita selengkapnya!
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon D'wie, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Jebakan?
Dengan wajah datarnya, Gemilang masuk ke sebuah apartemen yang dulu sering didatanginya. Sudah cukup lama ia tidak menginjakkan kakinya di sana, tapi kali ini ia terpaksa kembali menginjakkan kakinya di sana untuk menyelesaikan sesuatu.
Rahang Gemilang mengeras saat ingat momen indahnya bersama Mazaya tiba-tiba terganggu oleh satu panggilan. Seseorang yang sebenarnya sudah tak mau ia temui lagi, tapi kali ini terpaksa karena mengkhawatirkan sesuatu.
Ya, saat asik bercumbu dengan Mazaya tadi tiba-tiba terdengar dering ponselnya yang berbunyi nyaring. Dengan terpaksa Gemilang mengangkat panggilan itu dan dirinya sedikit terkejut saat mendengar suara Carla yang sedang mengancam akan mengakhiri hidupnya.
Carla juga mengungkit masa lalunya yang pernah membuatnya depresi. Rasa bersalah kembali hadir, oleh sebab itu ia pun terpaksa menemui Carla untuk membujuk dirinya agar mau ikhlas melepaskannya.
Tring ... tring ... tring ...
Melihat nama Juna yang terpampang di layar ponselnya, Gemilang pun segera mengangkatnya.
"Kau kemana saja brengsekkk!" sentak Gemilang saat panggilan itu ia angkat.
Juna yang diseberang sana sudah mewanti-wanti dengan menjauhkan ponselnya dari telinga tetap saja berjengit kaget saat Gemilang membentaknya.
'Astaga, si bos marah-marah terus kerjanya!' Batin Juna sambil mengelus-elus dadanya yang sudah berdebar-debar.
"Ma-maaf tuan, tadi ... tadi saya sakit perut," dusta Juna yang padahal sebenarnya ia tadi sedang ketiduran.
"Alasan." Sembur Gemilang yang tak percaya. "Kau siapkan anak buah terbaik kita dan perketat penjagaan di rumah. Sediakan juga dia orang pengawal untuk menjaga istriku dimana pun ia berada secara diam-diam, apa kau mengerti!" Tegas Gemilang dengan suara menggelegar. Seseorang perempuan yang berada satu lift dengan Gemilang sampai memepet dinding dengan jantung berdetak begitu kencang. Ia benar-benar ketakutan.
'Jangan-jangan Om ini mafia? Ya Allah, lindungi Fatiyah ya Allah. Fatiyah belum mau mati.' Gumam gadis itu dengan mulut komat-kamit.
Gemilang yang menyadari keberadaan gadis itu lantas menyorotnya tajam membuat gadis itu makin ketakutan dan menutup wajahnya dengan kedua telapak tangannya.
"Cepat laksanakan perintahku!" Setelah mengucapkan itu, Gemilang pun menutup panggilannya bersamaan dengan denting lift yang berbunyi. Pintu lift pun terbuka di lantai tujuan Gemilang. Ia pun bergegas keluar meninggalkan gadis mungil yang baru berusia sekitar 20 tahunan itu bernafas lega.
"Alhamdulillah ya Allah, akhirnya Fatiyah selamat. Ganteng-ganteng mafia. Etapi, ternyata benar ya, dari novel-novel yang sering Fatiyah baca kalo ketua mafia itu setia-setia dan bucin istrinya. Itu buktinya om tadi, setia sama istrinya sampai-sampai suruh orang perketat penjagaan rumah sampai kemana-mana pun dikasi bodyguard. Dengan Fatiyah yang unyu-unyu gini aja dia nggak tertarik sama sekali. Galak-galak bucin istri, euy." Gadis bernama Fatiyah itu pun terkekeh geli sendiri.
Sementara itu, Gemilang kini sudah berdiri di depan pintu apartemen Carla. Entah sudah berapa kali ia memencet bel apartemen itu, tapi Carla tak kunjung membukanya.
Khawatir terjadi sesuatu yang tak diinginkan, Gemilang pun membuka sendiri pintu apartemen itu dengan kartu all akses miliknya. Gemilang memiliki kartu all akses sebab gedung apartemen itu sebenarnya miliknya jadi ia bisa masuk ke ruang mana saja dengan kartu itu, kartu yang hanya dimiliki pemilik dan penanggung jawab gedung apartemen untuk berjaga-jaga bila terjadi sesuatu yang tak terduga.
Ceklek ...
Pintu terbuka. Ruangan apartemen itu tampak gelap gulita.
Krekkk ...
Terdengar sebuah benda keras yang ia injak. Gemilang pun segera menyalakan senter di ponselnya untuk mencari sakelar lampu. Setelah menemukannya, Gemilang pun segera menekankannya sehingga lampu pun akhirnya menyala sempurna. Namun belum sempat ia mengedarkan pandangannya, sebuah benda keras menghantam tengkuknya hingga akhirnya ia pun pingsan.
"Akkhhh ... "
Brukkkk ...
"Maafkan aku sayang, aku terpaksa melakukan ini sebab aku tak mau kehilanganmu," ucapnya dengan memasang wajah sedih. Namun wajah sedih itu seketika berubah menjadi tawa yang mengerikan. "Jangan salahkan aku sayang, salahkan dirimu sendiri mengapa lebih memilih perempuan kampung itu. Padahal apa kurangku? Aku cantik, aku seksi, tubuhku indah dengan lekukan yang pas di setiap bagiannya, tapi kau apa? Kau justru memilihnya, maka terimalah konsekuensinya." Ucapnya sambil menyeringai. Tanpa bantuan orang lain, Carla memapah Gemilang dan merebahkan tubuhnya di atas ranjang king size miliknya.
"Mari kita bersenang-senang, baby." Ucapnya sambil melepaskan satu persatu pakaiannya.
Lalu tangan Carla terulur ingin membuka kancing kaos polo Gemilang sebelum melepaskannya. Tapi baru saja tangan Carla menyentuh salah satu kancing baju, tiba-tiba sebuah tangan kekar terulur tepat mencengkram leher Carla membuat perempuan itu menjerit tertahan sambil menahan sakit.
"Aaakhhh ... lep-lepas! Sa-sayang, tolong lepaskan aku ukhuk ... ukhuk ... lep-passskaaan!" rintih Carla merasakan sakit di lehernya.
"Aku tak menyangka kau akan melakukan hal serendah ini, Carla!" sentak Gemilang dengan tatapan penuh kemurkaan.
Tangan Gemilang kini masih betah berada di leher Carla, tak peduli kini perempuan itu tengah merintih kesakitan. Gemilang lantas bangkit dari tempat tidur dan beranjak dari sana tanpa melepaskan tangannya dari leher Carla.
"Le-pas-kan aku, sayang! Me-nga-pa ka-mu ukhuk ... ukhuk ... ja-hat sama a-ku?"
"Aaaakh ... "
"Kau bertanya kenapa? Kau masih bertanya? Lalu apa yang sudah kau lakukan ini, hah? Kau ingin menjebakku dengan cara murahan ini, iya? Kau ingin membuatku seolah pria brengsekkk yang mau meniduri perempuan semaunya tanpa ikatan yang sah, begitu?" Sarkas Gemilang.
Buuugh ...
Gemilang menyentak Carla hingga tubuhnya terantuk ke dinding dan jatuh terduduk ke lantai. Ia terbatuk-batuk sambil berusaha menarik oksigen sebanyak mungkin.
"Ukhuk ... ukhuk ... ukhuk ... "
"Elang, kenapa kau jadi begini? Mengapa kau tega? Aku hanya ingin mempertahankan mu. Aku tak rela kau dimiliki perempuan lain. Mana janjimu yang akan selalu ada untukku? Kenapa kau tiba-tiba berubah setelah bertemu perempuan kampung itu? Kau jahat, Elang. Kau jahat." Teriak Carla murka.
"Baiklah, kalau kau tetap lebih memilih dia, kembalikan Alex padaku? Aku takkan mungkin mau jadi kekasihmu seandainya Alex masih hidup. Kau yang sudah merenggut Alex dari hidupku. Kau yang sudah membuat aku terpaksa bergantung padamu. Seandainya kau tidak merenggut nyawa Alex, kami pasti sudah bahagia. Kami pasti sudah menikah dan mempunyai anak, tapi apa yang telah kau lakukan? Kau membuatku kehilangan Alex untuk selamanya. Kau penyebab kehancuran hidupku, lalu kini kau Kau membuatnya pergi untuk selamanya. Lalu kini, kai ingin menghancurkan aku lagi. Kau jahat Elang, kau bajingaan. Kau benar-benar bajingaan. Kalau kau ingin pergi, pergilah, tapi sebelum itu, kembalikan Alex padaku. Kembalikan dia, brengsekkk!" teriak Carla murka dengan mata dan seluruh wajah memerah.
Gemilang mematung di depannya. Sudah lama nama itu tidak Carla ungkit lagi, tapi kini nama itu Carla ucapkan hingga berkali-kali membuat rasa bersalah itu kembali menyergapnya.
Sreeet ...
"Aaaakh ... "
"Carla ... " teriak Gemilang terkejut saat melihat tangan Carla yang sudah berlumuran darah.
"Kalau kau tak bisa mengembalikan Alex padaku, baiklah. Biarkan aku menyusulnya saja. Aku membencimu, Elang. Kau telah menghancurkan ku lagi untuk kedua kalinya," lirih Carla sambil berderai air mata. Ia baru saja melukai tangannya sendiri menggunakan cutter yang terletak di atas nakas.
Tak ingin terjadi sesuatu yang lebih parah dari ini, Gemilang pun segera membawa Carla ke rumah sakit.
"Sial! Kenapa semua jadi begini!" umpatnya saat dalam perjalanan ke rumah sakit.
...***...
...HAPPY READING. 🥰🥰🥰...