NovelToon NovelToon
Regulus

Regulus

Status: sedang berlangsung
Genre:Action / Barat
Popularitas:636
Nilai: 5
Nama Author: Sugito Koganei

Rojak adalah pemuda culun yang selalu menjadi bulan-bulanan akibat dirinya yang begitu lemah, miskin, dan tidak menarik untuk dipandang. Rojak selalu dipermalukan banyak orang.

Suatu hari, ia menemukan sebuah berlian yang menelan diri ke dalam tubuh Rojak. Karena itu, dirinya menjadi manusia berkepala singa berwarna putih karena sebuah penglihatan di masa lalu. Apa hubungannya dengan Rojak? Saksikan ceritanya.

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Sugito Koganei, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

Episode 9 - Wanita cantik dengan telekinesisnya

Fajar baru saja menyingsing, menyingkap selimut gelap yang menyelimuti langit malam. Udara pagi masih terasa segar, embun membasahi dedaunan di halaman rumah sederhana itu. Tono baru saja selesai melaksanakan sholat subuh. Dengan penuh ketenangan, ia melipat sajadah dan berdoa sebentar sebelum bangkit berdiri. Hatinya terasa ringan, meskipun tubuhnya sudah bersiap menghadapi hari yang melelahkan sebagai kuli bangunan. Rutinitas ini bukan sesuatu yang mudah, tetapi ia menjalani semua dengan ketulusan.

Di dapur, Diah sudah menyiapkan sarapan. Aroma nasi goreng sederhana dengan irisan cabai merah dan taburan bawang goreng tercium hingga ke ruang depan. Tono tersenyum melihat istrinya yang sibuk menyusun piring dan menghidangkan segelas teh hangat. Kehangatan di dalam rumah mereka selalu menjadi energi tambahan sebelum ia berangkat kerja.

"Sarapan dulu, Pak," kata Diah sambil menarik kursi kayu ke dekat meja makan.

"Terima kasih, Bu," jawab Tono seraya duduk dan mulai menyendok nasi goreng yang tersaji di depannya.

Sembari makan, pikirannya teringat kepada kedua anak mereka, Rojak dan Poppy. Tono menengok ke sekeliling, tapi tak menemukan tanda-tanda keberadaan mereka.

"Bu, Rojak sama Poppy ke mana? Kok belum kelihatan dari tadi?" tanyanya sambil meneguk teh hangat.

Diah tersenyum kecil, lalu duduk di seberang suaminya.

"Mereka ikut acara Hari Bebas Mobil di pusat kota, Pak. Jalan pagi katanya."

Mata Tono berbinar sejenak.

"Wah, akhirnya si Rojak mau olahraga juga. Biasanya tuh anak kalau ga mulung, atau bantuin kamu jualan, dia kan rebahan sambil scroll tik tok." katanya dengan nada lega. Sebagai seorang ayah, ia sering khawatir melihat kebiasaan anaknya yang lebih banyak menghabiskan waktu di depan layar ponsel daripada bergerak aktif.

Diah terkekeh, menutup mulutnya dengan tangan.

"Mungkin karena sekarang dia tiba-tiba jadi kekar, Pak."

Tono mengernyitkan dahi, meletakkan sendoknya.

"Maksudmu?"

"Iya, lihat sendiri deh nanti. Badannya sekarang kayak pegulat WWE, perutnya six-pack!" Diah berkata dengan nada bercanda, menatap suaminya yang tampak terkejut.

Tono tertawa kecil, lalu menggeleng.

"Ih, masa sih? Kok tiba-tiba? Jangan-jangan dia sering latihan diam-diam?"

Diah mengangkat bahu, masih tersenyum geli.

"Siapa tahu. Atau mungkin sering nonton tutorial fitness di YouTube?"

"Mungkin juga." kata Tono sambil terkekeh.

"Ngomong-ngomong, kamu ini masih inget aja soal WWE. Emang kamu masih suka nonton?"

"Ya nggak, Pak. Justru Bapak yang dulu sering nonton, sampai hafal semua pegulatnya. Sekarang masih inget nggak?"

Tono terdiam sejenak, lalu menghela napas panjang.

"Kayaknya udah lama banget aku nggak nonton. Dulu sering banget mantengin TV kalau ada pertandingan. Sekarang, jangankan WWE, nonton TV aja jarang. Kerja terus."

Diah mengangguk setuju.

"Iya, Pak. Dulu semangat banget nonton gulat, sekarang paling semangat kalau lihat kasur."

Mereka berdua tertawa, menikmati momen kebersamaan itu sebelum Tono kembali berjuang di tempat kerja. Di luar, sinar matahari mulai menyelimuti bumi, pertanda hari baru telah dimulai.

Di tengah pusat kota yang ramai, langit biru membentang tanpa halangan, dan angin pagi berembus lembut di antara gedung-gedung tinggi. Hari itu adalah Hari Bebas Mobil, di mana jalanan yang biasanya dipenuhi kendaraan kini menjadi lautan manusia yang berjalan santai, bersepeda, atau berolahraga. Di antara keramaian itu, dua sosok bersaudara, Rojak dan Poppy, menikmati momen langka ini dengan berlari bersama.

Poppy, yang memang dikenal sebagai pelari cepat, melesat lincah di depan. Ia tersenyum penuh kemenangan, yakin bahwa kakaknya, Rojak, seperti biasa akan tertinggal di belakang. Namun, sesuatu yang aneh terjadi. Dari sudut matanya, Poppy melihat Rojak tiba-tiba melaju dengan kecepatan yang tak masuk akal. Kakinya menyentuh aspal dengan ringan, tubuhnya bergerak secepat angin, bahkan melampaui kecepatannya sendiri. Poppy tersentak kaget.

"Kakak!?" serunya, mempercepat langkah untuk menyusul.

Rojak pun tampak kebingungan dengan kekuatan yang tiba-tiba muncul dalam dirinya. Ia mencoba mengendalikan kecepatan itu, tetapi tubuhnya terus melesat tanpa bisa dihentikan. Napasnya tak tersengal seperti biasanya, keringat tak lagi membasahi dahinya seperti dulu. Ia merasa tubuhnya lebih ringan, lebih kuat, dan lebih cepat.

Saat akhirnya mereka berhenti di sebuah taman kecil, Poppy menatap Rojak dengan penuh curiga.

"Kakak... sejak kapan jadi secepat ini?"

Rojak mengusap tengkuknya, mencoba mencari jawaban.

"Yo ndak tahu, Pop. Rasanya... sejak kemarin. Sejak kejadian itu."

Poppy mendengus pelan.

"Kemarin... Oh, jangan bilang ini ada hubungannya dengan perubahanmu jadi Regulus?"

Rojak terdiam. Ia tak bisa membantahnya. Ada sesuatu yang berubah dalam dirinya sejak insiden kemarin. Ia bukan lagi Rojak yang biasa.

Setelah selesai jogging, mereka memutuskan untuk sarapan di sebuah kedai yang menjual bubur ayam di tepi jalan. Aroma kaldu ayam yang harum menyeruak, membuat perut mereka semakin lapar.

“Ahhh uenaknyeee...”kata Rojak yang kemudian dengan rakusnya langsung makan.

“Dasar singa!”ledek Poppy dalam hati.

Rojak dan Poppy menikmati sarapan mereka, sesekali bercanda, namun dalam pikiran Rojak, pertanyaan tentang kekuatannya masih menggantung tanpa jawaban.

Tiba-tiba, suara teriakan perempuan memecah suasana pagi yang damai.

"Tolong! Tolong! Anak saya diculik!"

Sontak, Rojak dan Poppy menoleh ke arah suara itu. Seorang ibu dengan wajah panik berlari ke arah mereka, air mata membasahi pipinya.

"Mereka membawa anak saya! Penculik itu naik mobil jeep hitam!"

Tanpa berpikir panjang, Rojak berdiri dan langsung berlari. Kali ini, ia tidak mencoba menahan kekuatannya. Dengan kecepatan yang luar biasa, ia melesat bagaikan bayangan, melewati orang-orang yang terkejut melihatnya. Poppy hanya bisa terpana, menyadari bahwa kakaknya telah benar-benar berubah.

Di tengah kecepatan larinya, Rojak kembali melihat kilasan masa lalu. Penglihatan itu datang begitu nyata, memperlihatkan proses dirinya berubah menjadi Regulus. Ia mendengar suara bisikan yang familiar, sebuah mantra dalam bahasa kuno. Dengan insting yang kuat, Rojak pun berteriak.

“Wusna sangkalus ing wisa!"

Dalam sekejap, tubuhnya diselimuti cahaya keemasan. Rambutnya memanjang, otot-ototnya membesar, dan wajahnya berubah menjadi sosok singa perkasa. Kini ia adalah Regulus.

Di dalam jeep, para penculik terkejut melihat sesosok siluman singa yang mengejar mereka dengan kecepatan luar biasa.

“Woi ada yang ngejer kita!”

“Siapa? Polisi?”

“Bukan! Siluman singa!”

Mereka kaget.

“Bunuh dia!”perintah bos penculik itu.

Salah satu dari mereka segera mengeluarkan pistol dan mulai menembak ke arah Regulus. Namun, dengan refleks luar biasa, Regulus mencabut pedangnya dan menebas semua peluru yang meluncur ke arahnya.

Tak ingin membuang waktu, Regulus melompat ke atas jeep, menjebol atap mobil dengan cakarnya, dan menarik keluar anak yang diculik. Dengan satu lompatan panjang, ia menjauh dari kendaraan tersebut, memastikan anak itu aman.

"Kamu nggak apa-apa?" tanya Regulus pada anak itu.

Anak itu mengangguk dengan mata berbinar.

"Kakak sangat keren!"

Tak lama kemudian, Poppy tiba bersama ibu anak tersebut. Namun, saat ibu itu melihat Regulus, wajahnya berubah penuh keterkejutan. Regulus pun merasakan hal yang sama. Wanita itu adalah Angie.

“A-Angie?”tanya Regulus terkejut.

Regulus kemudian berpikir jika dalam wujud ini, Angie tak dapat mengenalinya.

Angie menatap Regulus dengan mata terbelalak.

"Kamu... Regulus, kan? Kamu pernah menyelamatkanku dulu!"

Regulus hanya bisa terdiam. Ia tahu Angie tidak akan bisa mengenali dirinya dalam wujud ini. Namun, yang lebih mengejutkan lagi, Angie malah mengeluarkan ponselnya.

"Boleh aku selfie denganmu?"

Poppy yang melihat kejadian itu hanya bisa menahan tawa dalam hati.

"Kakakku sekarang jadi selebriti." gumamnya.

Namun, momen itu tak berlangsung lama. Tiba-tiba, suara aneh bergema di udara, dan gelombang misterius menyebar, membuat orang-orang yang berkumpul di sekitar mereka tiba-tiba bubar. Regulus dan Poppy langsung siaga.

Dari kejauhan, seorang perempuan berpakaian gotik muncul, dengan senyum penuh misteri.

"Sudah lupa denganku, Regulus?"

Regulus memperhatikan perempuan itu dengan seksama. Wajahnya tampak familiar, namun ia tak bisa langsung mengingatnya.

"Aku yang pernah menolongmu dulu." kata perempuan itu, suaranya penuh teka-teki.

“Kamu pernah nolong kakak aku?”tanya Poppy.

“Tanya saja sama abang kamu.”Kata perempuan itu.

Poppy menoleh ke arah sang kakak.

“Iya. Dia pernah nolong aku waktu aku mulung.”Kata Regulus.

Regulus kemudian berubah wujud menjadi Rojak. Pada saat ingin menanyakan lebih lanjut, wanita itu menjauh.

“Lah dia sudah pergi? Hei nama kamu siapa?”tanya Rojak berteriak.

Wanita itu memberi isyarat dengan menepuk kantong celana. Rojak mengerti dan mengambil apa yang ada di kantong celana. Disana, terdapat sebuah kertas bertuliskan ‘Seraphina.’

“Seraphina?”tanya Rojak.

“Jangan-jangan itu nama dia, Bang?”tanya Poppy.

“Bisa jadi sih.”

Di tempat lain, di sebuah kereta umum yang melaju di atas rel dengan deru mesin yang konstan. Di dalamnya, dua bersaudara, Angie dan adiknya, duduk bersebelahan bersamaan dengan sang Ibu yang dari tadi asyik dengan ponselnya. Sang adik dengan antusias menceritakan pengalamannya yang baru saja terjadi.

"Kak, tadi aku diculik." ucapnya dengan wajah serius, namun lebih terdengar seperti petualangan yang ia banggakan.

Angie menoleh, keningnya mengernyit.

"Iya. Tapi, terus kenapa kamu masih bisa santai begini?"

Adiknya mengangguk semangat.

"Karena ada yang menolongku!" Ia mengambil napas sebentar sebelum melanjutkan.

"Dia itu siluman singa! Besar, kuat, bawa pedang! Serem sih, tapi baik banget."

Angie membelalakkan mata.

"Siluman singa? Tunggu... aku kayaknya pernah lihat dia sebelumnya."

Adiknya tertawa kecil.

“Iya? Soalnya kakak kayak ga asing terus minta foto sama singa itu."

Angie mengangguk, mengingat kejadian pertama kali bertemu dengan sosok itu.

"Iya. Waktu itu aku hampir dijambret, dia datang dan menolongku tapi pakai tangan kosong. Tapi sekarang dia glow up kayaknya. Tapi, nama dia siapa ya aku lupa."

Adiknya tertawa lebih keras.

"Kakak udah ketemu dia dua kali tapi masih lupa namanya?"

Angie berusaha mengingat-ingat, lalu tersentak saat nama itu muncul di benaknya.

"Ah iya!”kata Angie.

“Siapa tuh kak?”

“Regulus. Siluman singa putih itu namanya Regulus."

Kereta berhenti di stasiun tujuan mereka. Mereka segera turun dan berjalan menuju rumah dengan pikiran masing-masing. Angie masih memikirkan pertemuan dengan Regulus.

Sore itu, Angie duduk di meja belajarnya, berusaha mengerjakan PR yang diberikan sekolah. Ia menuliskan jawaban dengan malas-malasan ketika ibunya memanggil dari dapur.

"Angie! Tolong belikan garam di warung!"

"Iya, Bu!" jawabnya sambil menghela napas. Ia merapikan bukunya sebentar lalu meraih ponselnya.

Di perjalanan menuju warung, Angie asyik bermain ponsel tanpa memperhatikan sekelilingnya. Ia terlalu fokus pada layar hingga tak menyadari bahaya yang mengintai. Tiba-tiba, seseorang menarik ponselnya dengan kasar.

"Hei!" Angie berteriak, refleks mengejar penjambret itu. Ia tak berpikir panjang dan menghajarnya dengan gaya bertarung seadanya. Namun, penjambret itu bukan orang biasa. Ia mengeluarkan pisau dan tanpa ragu menusukkan ke arah Angie.

“CROT!”

Angie tersentak saat merasakan tajamnya pisau itu menembus kulitnya. Ia terduduk, matanya melebar, nafasnya tersengal. Darah mengalir dari luka tusukan di tubuhnya. Penjambret itu bersiap untuk melarikan diri, tetapi sebelum ia bisa berlari lebih jauh, sebuah kekuatan ghaib menghantamnya.

“BUGH!”

Dengan gerakan tak kasat mata, tubuh penjambret itu terpental jauh hingga jatuh ke tempat sampah. Angie ternganga, matanya mencari-cari siapa yang melakukan itu.

Di depannya berdiri seorang wanita dengan aura misterius. Rambut hitam panjang, pakaian serba gelap, wajahnya dipenuhi ketenangan yang menyeramkan. Wanita gotik itu mendekat dan mengulurkan ponsel Angie.

"Ini." katanya singkat.

Angie mengambilnya dengan tangan gemetar.

"Te-terima kasih..."

Wanita itu membalikkan badan, hendak pergi begitu saja.

"Tunggu!" panggil Angie.

"Siapa kamu?"

Wanita itu berhenti sejenak, menoleh dengan ekspresi yang sulit ditebak.

"Seraphina."

Hanya itu yang ia ucapkan sebelum kembali melangkah pergi. Namun, sebelum menghilang dari pandangan, ia sempat memberikan peringatan.

"Waspadalah terhadap Fahrizal Setiawan. Dia bukan orang biasa. Ingat satu hal... 'Harimau listrik.'"

Angie terpaku di tempatnya. Pikirannya semakin kacau.

“Rizal? Harimau listrik? Maksudnya?”tanya Angie.

Di tempat lain, Rizal sedang mengembangkan suatu alat dibimbing oleh beberapa ilmuwan bayarannya.

“Berapa lagi yang harus dikembangkan?”tanya Rizal.

“Hmm... tinggal dua lagi, Tuan Rizal. Dengan ini, projek Robotic Inazuma akan sempurna!”kata Ilmuwan bayarannya.

“Hehehe... Dengan begini, mampus kau, singa goblok! Akan ku buat dagingmu hancur berkeping-keping karena kau telah macam-macam denganku.”kesal Rizal.

Apa yang direncanakan Rizal?

Alat apa yang dikembangkan para Ilmuwan bayaran Rizal?

Apa projek ‘Robotik Inazuma?’

Bersambung

1
Rizky Muhammad
Cerita ini bagus banget, aku sangat penasaran dengan kelanjutannya.
PsychoJuno
Bikin baper. 😢❤️
kath_30
Ceritanya keren, jangan sampai berhenti di sini ya thor!
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!