Pernikahan yang bermula dari sebuah perjodohan , Membuat Amira berpikir akan menjadi sebuah pernikahan yang langgeng...Karena dari pihak Amira maupun pihak Reza sama sama sepakat dan menyetujui akan perjodohan ini..
Namun siapa sangka pernikahan yang sudah berjalan tiga tahun akhirnya di terpa badai , dengan hadirnya orang ketiga...yang menjadikan pernikahan Amira menjadi neraka untuk dirinya sendiri.
Bagaimanakah Amira bisa menghadapi sebuah pernikahan yang bagaikan neraka dalam hidupnya?.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Wildat Dzi Wildat Dzi, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
N P
"Ran...apa kita sudah salah ambil?"
Bisik Amira tepat di telinga Rani.
Rani menolehkan kepalanya ke belakang.
"kenapa mas? kalau kita ambil yang ini!" ucap Rani sambil menunjukan singkong yang sudah mereka cabut dengan susah payah itu.
Arga menghembuskan nafas kasar.
"Kalian jangan ambil yang itu! yang itu singkongnya memang sedikit alot untuk kalian ambil! Ambilah yang di sebelah barat sungai kecil itu!" tunjuk Arga ke arah sawah di sebelah sungai kecil di depannya.
Amira dan Rani melihat ke arah yang di tunjuk oleh Arga. Tanpa menunggu di suruh lagi, keduanya langsung bangun dari berjongkok nya. Namun, belum sempat melangkah, Arga bersuara lagi.
"Tadi saya sudah ambilkan untuk kalian! ambilah karung yang berisi singkong di bawah pohon Pete itu!" Arga mengarahkan kedua perempuan itu untuk menuju ke arah pohon Pete dengan ukuran yang besar.
Amira dan Rani sama sama saling pandang. Mereka tau karung yang di bawah pohon Pete yang di maksud oleh Arga itu. karena, mereka tadi lewat sana. Namun, mereka tidak tau kalau karung itu berisi singkong dengan jumlah yang banyak.
"Apa tidak kebanyakan mas?" tanya Rani.
Dan hanya di jawab gelengan kepala oleh Arga.
"Sudah cepat sana! Di sini terlalu panas! Bawa pulang karung yang aku maksud tadi. Dan...Amira! Bisa minta tolong untuk buatkan singkong goreng asin kan?" Tanya Arga menatap Amira.
Dan Amira menjawab dengan menganggukkan kepalanya sanggup.
tanpa berkata lagi, laki laki yang mengenakan kaos abu abu dan celana training itu pergi meninggalkan mereka berdua.
mereka berdua mengangkat karung yang berisi singkong itu secara bersama dan membawanya juga sama sama.
Setelah sampai di rumah Rani. Amira segera mengambil teko dan menuang air putih ke dalam gelas. Meminumnya, Amira sampai menghabiskan dua gelas air putih berukuran sedang. Dia lalu membawa teko beserta gelas bersih ke belakang rumah Rani. Dimana Rani masih tiduran di atas amben kecil di belakang rumahnya.
"Alhamdulillah...terima kasih Mir!" ucapnya seraya bangun karena Amira membawakannya air putih.
"Zahir mana Ran?" tanya Amira yang tidak melihat Zahir.
"Dia di jemput Mbah Uti nya biasa lah Mir, kan sekarang sudah libur anak TK!" jawab Rani sambil masih menuangkan Air lagi ke dalam gelas.
Setelah rasa lelah mereka sedikit berkurang. Mereka sama sama mengupas singkong yang mereka bawa untuk segera mereka olah.
***
"Mas dari mana?" tanya Silvi kepada sang kakak.
"Kenapa?" ucap Arga.
"Lho...Mas ini gimana sih, di tanya kok malah balik nanya!" heran Silvi.
"Mana singkongnya mas?" tanya Dina yang melihat keberadaan sang kakak.
"Mas kasih ke Amira!" jawab Arga santai.
Akan tetapi, tidak dengan kedua adiknya. mereka berdua melotot kan matanya mendengar jawaban dari sang kakak. Hah! Mungkinkah sang kakak sudah ingin PDKT?.
"Mas tau kan, kalau Amira itu masih belum resmi bercerai!" ucap Dina memperingati.
Arga mendongak menatap kedua adiknya.
"Apa yang kalian pikirkan?" tanya Arga.
"Tidak usah berpikir yang aneh aneh! Tadi itu Amira tidak sendirian melainkan bersama dengan Rani!" Arga menjelaskan dengan tegas takut kedoknya terbongkar karena sebenarnya dia memang ingin lebih dekat dengan Amira.
Dan kedua adiknya hanya menjawab dengan ber oh ria. Tanpa menaruh curiga lagi kepada sang kakak.
***
Sore hari, Amira mengantarkan singkong goreng Asin ke rumah keluarga Arga. Rani yang menyuruhnya. karena, Rani harus pergi ke rumah mertuanya untuk mengantarkan kiriman uang dari sang suami.
Di teras depan, terdapat Silvi yang sedang duduk santai sambil membaca entah itu buku pelajaran atau buku novel. Entahlah Amira tidak tau.
Amira mengucap salam. Silvi yang sedang fokus ke bukunya langsung menoleh dan tersenyum melihat Amira. Dirinya melirik kresek yang di tenteng oleh Amira.
"Mba Mira Mau ketemu mba Dina ya?" tanya Silvi.
Amira yang bingung. Hanya menganggukkan kepalanya. Karena, sepertinya tidak pantas kalau dia mengatakan ingin menemui Mas Arga.
"Siapa Sil?" tanya Dina dari dalam rumah.
"ini ada Mba Amira!" jawab Silvi dengan suara cemprengnya.
Dina yang mendengar kedatangan Amira segera keluar. Di menatap tajam sang adik yang masih asik duduk dan tidak mempersilahkan Amira masuk.
Silvi yang di tatap pun mengerti dan segera menyuruh Amira untuk masuk. Namun, Amira menolak. Dirinya memilih duduk di teras depan rumah saja. Dan menyerahkan kresek yang di bawanya kepada Dina.
"Ini Din...mas Arga tadi minta di buatkan Singkong goreng Asin!" ucap Amira sambil menyerahkan kreseknya.
Dina melihat isi di dalamnya singkong goreng yang di bungkus daun pisang oleh Amira. menguarkan aroma yang sangat lezat. Silvi yang berada di sampingnya pun juga mencium aroma singkong goreng itu.
Kakak dan adik itu sudah bersiap untuk mencomot singkong goreng buatan Amira. Namun, urung karena sang empunya sudah datang dan berdehem keras. Yang seolah memperingati kalau itu singkong khusus Amira buatkan untuk dirinya.
"Mana singkongnya!" pinta Arga sambil menjulurkan tangannya.
Dina memberikan kresek itu kepada Arga dengan bibir yang cemberut.
Tanpa memperdulikan ekspresi adiknya. Arga segera membawa ke dalam singkong buatan Amira tak lupa juga Arga mengucapkan terima kasihnya.
"Mas Arga pelit banget kalau urusan Mba Amira!" Ucap silvi dengan bibir cemberut.
Amira mengernyit heran dengan ucapan Silvi. Namun, Dina segera menyenggol lengan adiknya yang sudah keceplosan bicara itu.
"Oh ya Mir! Aku mau bilang kalau sidang perceraian kamu kemarin berjalan lancar dan Irfan juga mengatakan kalau Reza tidak hadir dalam persidangan itu. Jadi, perceraian kalian pasti akan segera terkabul oleh hakim. kalau kedua belah pihak tidak ada yang bersedia hadir di persidangan!" ucap Dina juga sambil mengalihkan perhatian Amira dari mulut adiknya yang keceplosan tadi.
"Alhamdulillah kalau begitu Din" ucap Amira bersyukur karena di beri kelancaran oleh Allah.
Yang di jawab dengan senyuman hangat oleh Dina.
***
Di meja makan Arga menikmati singkong goreng yang masih panas itu. Sangat lezat apalagi beralaskan daun pisang. Aromanya jadi bertambah nikmat.
Tak berapa lama penghuni rumah yang lain juga ikut menyerbu singkong goreng panas buatan Amira. Tak luput juga sang ibu juga menikmatinya.
Di perjalanan pulang, Amira bertemu penjual cilok yang di kerumuni oleh anak anak. dia jadi berfikir, sepertinya enak sore sore begini jajan cilok.
Amira menghampiri penjual cilok yang berada di pinggir jalan depan rumah tetangganya itu, yang di sana juga terdapat ibu ibu sedang menunggui anak anak mereka yang sedang bergantian membeli cilok.
Amira mendengar dengan jelas kalau di antara mereka membicarakan dirinya. Amira tidak menggubris suara sumbang tersebut. dirinya fokus berbicara kepada tukang cilok untuk menambahkan lagi sambal pada cilok yang di belinya.
"Heh Mira! Denger denger ni ya! Katanya situ udah nggak tinggal lagi sama si Reza! betulkah berita itu Mira?" tanya ibu muda yang umurnya tidak beda jauh dengan Amira.
Amira hanya menjawabnya dengan mengangguk.
"Mira...Mira...di kasih hidup enak kok ndak mau! makanya jadi perempuan itu ndak usah neko neko! Sekarang lihat kan, hidup kamu sudah ndak kayak dulu lagi waktu masih sama Reza!...kamu ndak tau apa hidup sama Reza itu Terjamin tau!" ucap ibu muda itu dengan di selingi lirikan sinis.
"Kalau memang terjamin kenapa tidak kamu saja yang menjadi istrinya! Kalian sepertinya cocok!yang satu si tukang selingkuh dan yang satu lagi si tukang gosip!" jawab Amira telak.
Dan ibu muda tadi hanya menganga mendengar jawaban Amira yang biasanya santun dalam bertutur kata. Sekarang malah mencibir balik dirinya!.
Jangan lupa like dan komen ya...