roni, seorang pemuda tampan dari desa terpencil memutuskan untuk merantau ke kota besar demi melanjutkan pendidikannya.
dengan semangat dan tekat yang kuat iya menjelajahi kota yang sama sekali asing baginya untuk mencari tempat tinggal yang sesuai. setelah berbagai usaha dia menemukan sebuah kos sederhana yang di kelola oleh seorang janda muda.
sang pemilik kos seorang wanita penuh pesona dengan keanggunan yang memancar, dia mulai tertarik terhadap roni dari pesona dan keramahan alaminya, kehidupan di kos itupun lebih dari sekedar rutinitas, ketika hubungan mereka perlahan berkembang di luar batasan antara pemilik dan penyewa.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Aak ganz, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
11
"Haha... tadinya datang galak, mau mukulin segala. Pas dikasih pelajaran, ngomongnya malah malu mukulin di depan orang banyak. Preman macam apa itu? Bilang saja nggak berani. Hahaha..." kata salah satu penghuni kos sambil tertawa, tidak bisa menahan diri melihat sikap Alek yang mencari alasan, padahal sebenarnya takut menghadapi Roni.
"Kau memang pahlawan, Bang. Hebat! Aku kira cuma bisa ngalahin tiga orang saja, ternyata bisa mempermalukan lebih banyak preman itu. Hebat, tak kusangka pokoknya!" kata Bayu sambil memuji Roni.
"Ya, benar. Ternyata kita punya pahlawan sekarang di sini. Jadi preman-preman itu tidak lagi berani mengganggu kita," tambah salah satu penghuni kos lainnya.
Banyak penghuni kos lama di tempat itu yang sering dipalak oleh preman tersebut, terutama saat Mbak Maya masih belum bercerai dengan Anton. Karena Anton sudah lama bekerja sama dengan preman-preman itu, ia sering berbuat semaunya.
Sementara itu, Mbak Maya hanya termenung diam sambil tersenyum ke arah Roni yang masih berdiri menatap kepergian para preman itu. Roni tidak hanya tampan, tapi juga gagah berani dan pandai bela diri. Semua ini membuat Mbak Maya tidak bisa menahan diri untuk jatuh cinta pada Roni. Namun, statusnya sebagai seorang janda membuatnya malu untuk mengakuinya secara langsung di depan Roni.
"Baiklah, sekarang semua sudah aman. Kalian bisa beristirahat," kata Roni, mencoba menenangkan suasana.
"Sebentar, sebenarnya hubungan kalian bagaimana sih? Benar kalau kamu itu calon suami Mbak Maya?" tanya Bayu penasaran, mengingat tadi Mbak Maya sempat mengatakannya.
Mendengar pertanyaan itu, dan merasa tidak enak, Mbak Maya langsung menjelaskan, "Tidak, kami hanya teman saja. Tadi itu aku cuma bilang begitu karena nggak mau Anton kembali menggangguku."
"Ooh, walah, begitu ya. Kukira kalian..." kata Bayu sambil menunjuk mereka berdua.
Mbak Maya tersipu malu. Sebenarnya, ia memang berharap ucapannya tadi menjadi kenyataan. Namun, ia merasa malu di depan Roni yang masih muda, bujangan, dan pantasnya mendapatkan seorang gadis, bukan seorang janda seperti dirinya.
"Huaaamm... Saya mengantuk. Saya masuk tidur kembali, ya. Kalian beristirahatlah. Anggap saja kejadian tadi tidak pernah terjadi," kata Roni sambil berbalik masuk ke dalam rumah Mbak Maya, tanpa memedulikan perkataan Bayu tadi. Roni memang masih mengantuk sehingga tidak terlalu memikirkan apa yang dikatakan Bayu.
"Benar, kalian istirahatlah. Maaf karena istirahat kalian jadi terganggu tadi," tambah Mbak Maya.
Para penghuni kos langsung kembali ke kamar mereka. Namun, beberapa di antaranya masih memperhatikan Mbak Maya yang memakai pakaian seksi, membuat para pria diam-diam tergoda.
"Hai... matamu! Jaga pandanganmu, ya! Kalau tidak, aku nggak mau tidur sama kamu lagi," tegur seorang cewek pada pasangannya, yang sempat terganggu karena ulah preman tadi.
"Walah, sayang, nggak gitu juga. Ayo, kita lanjut. Jadi makin bergairah, nih," balas pria itu.
"Alah, bilang saja bergairah karena lihat bodi Mbak Maya, kan? Ngaku saja," sindir si cewek.
"Enggaklah, sayang," elak pria itu, yang bernama Jefri. Padahal, dalam hatinya, ia memang sering membayangkan sedang bersama Mbak Maya saat bersama kekasihnya.
Banyak pemuda yang ngekos di tempat Mbak Maya sebenarnya punya tujuan terselubung, yaitu agar bisa melihat bodi Mbak Maya setiap hari. Tidak bisa dipungkiri, Mbak Maya memang cantik dan seksi. Sayangnya, Mbak Maya cenderung cuek dan tidak terlalu menanggapi godaan para pria.
Setelah masuk ke dalam rumah, Mbak Maya menyusul Roni. Saat ia berjalan di dalam, ia melihat Roni kembali dari dapur sambil membawa segelas air putih. Tubuh Roni yang masih basah oleh keringat, dengan perut kotak-kotak yang jelas terlihat, membuat Mbak Maya tidak tahan untuk tidak memperhatikannya.
"Mbak, kenapa bengong di sana? Nggak jadi pergi ke rumah sakit?" tanya Roni, membuyarkan lamunan Mbak Maya.
"Ooh... nanti. Mobilku masih di gang depan karena tadi preman-preman itu menghadang di sana," jawab Mbak Maya.
"Mbak nggak diapain, kan, sama mereka?" tanya Roni dengan nada sedikit khawatir.
"Tidak kok," jawab Mbak Maya. Ia merasa senang mendengar kekhawatiran Roni terhadap dirinya.
"Roni..." panggil Mbak Maya dengan suara pelan.
"Ya, ada apa, Mbak?" sahut Roni, belum mengerti maksud Mbak Maya yang memanggilnya dengan nada genit.
"Itu..." jawab Mbak Maya sambil melirik malu ke arah tubuh Roni. Namun, Roni tetap belum paham.
"Itu apa?" tanya Roni lagi.
"Eee... nggak ada deh," ujar Mbak Maya, merasa malu. Biasanya, ia langsung mengutarakan apa yang diinginkannya. Namun, kali ini ia merasa sungkan. Ia semakin menyukai Roni, terutama setelah kejadian tadi.
Namun, Roni sendiri tidak menyadari maksud ucapan Bayu maupun kode-kode yang diberikan oleh Mbak Maya.
.
"Terimakasih Roni," ujar mbak maya sambil mengecup bibir roni dan berjalan meninggalkan roni menuju kamar mandi, Roni hanya menggelengkan kepala sambil menormalkan nafasnya yang masih ngos-ngosan.
Di tempat lain, tepatnya di kampung halaman Roni, terlihat ayu masih duduk merenung memikirkan Roni, dia masih menunggu surat atau kabar dari Roni.
Dia membutuhkan kabar itu, agar dia semakin bersemangat menunggu kepulangan Roni, walaupun dia beberapa kali di paksa menikah oleh bapak nya dengan anak pejabat yaitu roki, anak pejabat yang selalu menginginkan Ayu.