Menyesal?
Itulah yang dirasakan oleh Denis Arkana pria berumur 27 tahun yang menjabat sebagai CEO di perusahaan nomor 1 di Asia.
Tapi itu semua hanya tinggal nama saja karena baru saja dikhianati oleh sahabat dan kekasihnya sendiri. Apa lagi ia dituduh sebagai tersangka pembunuh ibu kandungnya sendiri dan dijatuhi hukuman mati.
Denis sangat menyesal saat akan menjalani hukuman mati mengingat kelakuannya selama ini karena sudah durhaka kepads ibunya. Jika saja ia diberi kesempatan kedua maka ia tidak akan menyia-nyiakan kesempatam itu.
Apakah ia akan diberi kesempatan kedua untuk mengubah takdirnya?? Ikuti kisah penuh konfliknya disini!
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon HeavenGirl, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
PAD | BAB 34
Denis dan Sandro berjalan mengendap dengan langkah pelan tanpa mengeluarkan suara sedikit pun, tak ingin sampai ketahuan oleh penjaga gudang penyimpanan milik Riski Akbar.
Sandro mengangkat jarinya 8 memberi isyarat kepada Denis jika ada 8 orang saja yang berjaga di sana. 4 di depan gudang, 2 di samping utara dan 2 lainnya berpatroli di sekitar gudang.
Denis mengangkat jari tangannya memberi isyarat untuk masuk lewat bagian barat, dimana ada tumpukan box yang menjulang tinggi sebatas bahu orang dewasa apa lagi lampu penerangannya tidak ada disana.
Tak……….tak………….tak………….
Bunyi langkah kaki mengagetkan keduanya sehingga bersembunyi di antara tumpukan box sehingga tidak terlihat oleh pihak musuh.
Denis mengangguk kepalanya memberi isyarat untuk bergerak maju dengan pelan lewat sudut menyelinap keempat orang didepan yang sedang main kartu.
“Hahahaha! Hari ini kemenanganku” ucap salah satu anak buah Riski sambil tertawa keras.
“Jangan senang dulu bro. Kita tidak tahu kedepannya seperti apa” balas temannya sambil menepuk pundaknya.
Denis dan Sandro hanya melirik mereka sepintas dan berhasil menyelinap masuk ke dalam gudang penyimpanan tanpa ketahuan.
Sampai didalam keduanya kaget melihat barang-barang haram milik Riski Akbar dengan jumlah yang sangat banyak siap untuk di perdagangkan.
Gila berapa banyak keuntungan yang berengsek itu dapatkan dari semua ini, batin Sandro tak habis pikir.
“Meski untung tapi tetap ini barang haram” bisik Denis mengagetkan Sandro dari pemikirannya.
“Benar bos. Lebih baik aku mati kelaparan dari pada makan hasil barang haram ini” bisik Sandro membenarkan ucapan Denis.
“Ayo beraksi” ucap Denis sambil tersenyum menyeringai.
“Oke bos” balas Sandro dengan senyuman penuh arti menatap berton-ton narkotika berbagai jenis dan ganja.
Keduanya merobek semua bungkusan narkotika dan ganja milik Riski Akbar lalu menuang cairan pemutih dan alkohol yang tadi mereka bawa dari dalam mobil.
Selang 30 menit keduanya tersenyum puas melihat hasil karya mereka yang sudah membuat narkoba dan ganja didalam sana hancur lebur jadi satu dengan alkohol.
“Bos kenapa tidak kita bakar saja” bisik Sandro kurang puas.
“Biar ini jadi kejutan buat dia besok pagi. Tidak akan seru jika kita membakar semuanya lebih baik menghancurkannya saja agar ia bisa melihat sendiri barang haramnya itu” bisik Denis sambil tersenyum menyeringai.
“Boleh juga ide bos! Hehehehe” bisik Sandro sambil terkekeh.
Keduanya lalu berlalu pergi keluar dengan hati-hati tak ingin ada salah satu pihak musuh yang melihat kedatangan mereka.
Grep…………
Sandro hampir berteriak saat tiba-tiba ia ditarik ke belakang, beruntung mulutnya segera di bekap oleh orang yang menariknya sehingga ia tidak jadi berteriak.
“Sialan kamu bocah empat mata” hardik Sandro dengan suara pelan melihat siapa yang sudah menarik dan membekap mulutnya.
Arsen menunjuk ke arah depan dengan kepalanya membuat Sandro berbalik melihat ada 2 orang musuh yang sedang berbicara didepan mereka dengan jarak yang sangat dekat.
Denis menatap keduanya memberi isyarat agar tidak berbicara sebelum 2 orang tadi berlalu pergi. Tak lama salah satu musuh berbalik menatap ke arah Arsen dan Sandro yang sedang bersembunyi di cela box dalam kegelapan.
...🌼 🌼 🌼 🌼 🌼...
“Apa yang kamu lihat?” tanya salah satu pihak musuh.
“Sepertinya aku melihat ada gerakan aneh dari sana” tunjuk temannya ke arah persembunyian Sandro dan Arsen.
Deg………….deg………………deg…………….
Jantung keduanya berdetak dengan cepat melihat orang itu berjalan mendekat ke arah mereka, Sandro memegang senjatanya dengan erat siap menghabisi keduanya jika mereka ketahuan.
“Apa yang kamu lakukan? Ayok kita pergi dari sini” ajak temannya tadi.
“Tapi”
“Itu hanya bayangan box saja. Tidak ada apa-apa disana jadi jangan khawatir” ucap temannya dengan cepat.
“Heemmmm”
Keduanya bergegas pergi dari sana membuat Sandro dan Arsen bernapas dengan lega karena tidak ketahuan. Melihat 2 orang tadi sudah tak kelihatan lagi, dengan cepat ketiganya bergegas pergi dari sana menuju mobil mereka.
Denis, Sandro, dan Arsen segera melajukan mobil dengan kecepatan tinggi pergi dari sana sebelum pihak musuh menyadari kedatangan mereka.
~ AS Cafe ~
Phew………..
Arsen membuang napasnya dengan lega setelah tiba di cafenya. Ia melirik Sandro dan Denis yang terlihat santai tak takut sama sekali dengan apa yang mereka perbuat barusan.
“Apa yang bos pikirkan hingga nekat ke sana?” tanya Arsen dengan penasaran.
“Nothing! Hanya ingin bermain saja” (tidak ada) jawab Denis dengan santai.
“Bermain? Kalau tadi ketahuan bagaimana bos? Apa bos tidak memikirkan konsekuensinya?” tanya Arsen dengan suara tinggi.
“Hey bocah mata empat! Jika tertangkap ya kita habisi saja mereka semua” ketus Sandro dengan tatapan tajam.
“Aku tidak tahu harus berkata apa lagi! Phew” dengus Arsen sambil membuang napasnya dengan kasar.
“Bocah kamu akan lihat hal gila lainnya nanti setelah kelompok kita beroperasi” ucap Sandro sambil tersenyum penuh arti.
“Maksudnya?”
“Hal seperti tadi sudah biasa buat aku dan bos saat di geng Ular Cobra. Kedepannya kamu harus membiasakan diri melihat hal-hal kejam lainnya dari bos kita” ucap Sandro dengan tatapan tajam.
Aku sudah pernah melihat kekejaman bos, batin Arsen bergidik ngeri mengingat kejadian waktu itu saat mereka dihadang preman suruhan Kenzo.
“Dapatkan rekaman cctv besok pagi di gudang Riski Akbar” titah Denis dengan suara dingin.
“Baik bos” ucap Arsen dengan patuh.
“Satu lagi kalian berdua cari semua informasi mengenai keluarga Massimo dari Italia” ucap Denis dengan tatapan berkilat tajam.
“Massimo bos?” tanya Sandro dengan bingung.
“Bukannya itu orang terkaya ketiga di Italia bos. Perusahaan mereka bergerak di bidang minuman keras terbesar di daratan Eropa bos” ucap Arsen yang tahu sedikit tentang keluarga Massimo.
“Heemmm! Bawakan semua data mereka secepatnya” titah Denis dengan suara dingin.
“Baik bos” ucap keduanya dengan serentak.
Sandro hanya diam saja karena ia yakin semua perintah Denis tadi akan di urus oleh Arsen, karena ini semua berhubungan dengan dunia hacking. Ia saat ini sedang memikirkan Ara adiknya dan ayah biologis Ari keponakannya.
“Kamu sudah tahu ayah biologis Ari?” tanya Denis sambil menyesap wiski yang baru dibawakan oleh Arsen dari ruang penyimpanannya di ruang kerja.
“Belum bos. Ara tidak mau memberitahu siapa ayah Ari bos! Phew” jawab Sandro sambil membuang napasnya dengan kasar.
“Dia juga tidak tahu siapa ayah dari anaknya” ucap Denis.
“Maksudnya bos?” tanya Sandro dengan bingung.
“Jika Ara tahu dia pasti sudah memberitahunya ke kamu dude. Tapi ini Ara malah kelihatan bingung tadi saat kamu bertanya. Itu buktinya dia juga tidak tahu siapa ayah dari keponakanmu” ucap Arsen menjelaskan maksud Denis.
“Sialan” maki Sandro dengan kesal
“Lakukan tes DNA dengan keduanya” ucap Denis dengan suara dingin.
“Aku juga berpikir seperti itu bos. Tapi masalahnya bagaimana kita bisa mendapat sempel dari dua orang itu bos” ucap Sandro dengan bingung.
“Benar kata Sandro bos. Bukannya mereka berdua adalah musuh kita saat ini” tambah Arsen lalu.
...🌼 🌼 🌼 🌼 🌼...
“Aku yakin mereka tidak akan mau jika kita meminta mereka baik-baik bos. Apa lagi orang licik seperti Riski Akbar itu” seru Sandro dengan kesal.
“Kalau begitu jangan beritahu mereka. Lakukan dengan cara pintar” usul Desis sambil tersenyum penuh arti.
Sandro dan Arsen saling melirik satu sama lain memikirkan usulan bos mereka barusan yang ada benarnya juga. Mereka bisa diam-diam mencuri sampel darah atau apapun dari keduanya untuk melakukan tes DNA dengan Ari.
~ DA Corp ~
Hahahahaha……………
Tawa Denis menggelegar didalam sana saat melihat rekaman cctv di gudang penyimpanan Riski Akbar pagi ini. Ia sangat puas melihat wajah Riski Akbar yang seperti kesetanan, melihat barang haramnya hancur tak tersisa.
“Dia pasti mengamuk kesetanan saat ini bos! Hehehehe” ucap Sandro sambil terkekeh.
“Ya. Kamu bisa gunakan kesempatan ini untuk mendapatkan sampel DNA dia” ucap Denis dengan suara dingin.
“Benar bos. Aku yakin sebentar lagi ia akan pergi ke club untuk melampiaskan emosinya kepada wanita penghibur disana” ucap Sandro yang tahu kebiasaan buruk Riski Akbar.
“Heemmmm”
“Bagaimana jika dia adalah ayah biologis Ari dude?” tanya Arsen dengan penasaran.
“Aku tidak perduli hal itu karena bagiku dia tetap musuh aku yang harus dilenyapkan sebelum dia melenyapkan aku lebih dulu” jawab Sandro dengan suara tegas.
“Apa kamu tidak kasihan jika keponakanmu tidak tahu siapa ayahnya nanti?” tanya Arsen lagi.
“Lebih baik dia tidak punya ayah dari pada harus mengetahui siapa ayahnya yang sebenarnya. Apa lagi dia tidak pantas di panggil ayah karena sifatnya itu” ketus Sandro dengan tatapan tajam.
Arsen tak bertanya lagi karena ia tahu siapapun ayah kandung Ari tetap tidak akan mengubah pemikiran Sandro saat ini. Tapi entah bagaimana jika Ando adalah ayah kandung dari Ari, hanya takdir yang bisa menjawab semuanya.
Denis sendiri menatap Sandro dengan tatapan penuh arti memikirkan ucapannya barusan dan merasa jika Sandro suatu saat pasti akan memberitahu siapa ayah biologis Ari kepada salah satu dari mereka berdua.
Tok………..….tok………….tok…………….
...🌼 🌼 🌼 🌼 🌼...
To be continue…………….