Fiona dan Fiora, saudari kembar putri presiden. mereka sudah saling menyayangi sejak mereka masih kecil, saling membantu jika salah satu mereka kesusahan. tetapi saat mereka memasuki usia remaja, Fiora yang merasakan pilih kasih di antara mereka berdua, Fiona yang mendapatkan kasih sayang yang tulus dari kedua orang tuanya, sementara dia tidak pernah merasakan itu, hari demi hari berlalu kebencian di hati Fiora semakin memuncak karena suatu peristiwa saat dia berkelahi dengan Fiona. Fiora lari meninggalkan istana dengan air mata di pipinya akibat makian ayahnya, sampai detik itu dia tidak pernah kembali ke rumah mereka lagi.
Fiona yang merasakan perasaan bersalah di hatinya memikirkan saudaranya pergi yang tidak pernah kembali lagi, kini mereka sudah dewasa. Fiona mengambil ahli mengurus semuanya bersama Aaron. setelah beberapa waktu banyak terjadi penghianatan di negara itu yg mengakibatkan banyak korban jiwa, siapa menyebabkan itu semua? apakah orang yang paling mereka tidak sangk
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon strbe cake, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
berkumpul di ruang makan
Suasana di ruangan itu segera memanas, Gemma hanya bisa terdiam menundukkan kepalanya seolah berpikir.
Gisella melihat ibu dan kakaknya dengan kebingungan bercampur marah, sebab tidak ada dari mereka yang membantah perkataan Robert.
“Kau gila, dia putrimu Robert darah daging mu, Kau tidak bisa mempercayai mitos seperti itu terhadap anakmu sendiri.” Seru Gisella.
Robert menyandarkan tubuhnya sedikit seolah dia tidak merasakan ancaman yang besar dari Gisella, lalu melirik kearahnya dengan sinis, bergumam dengan kebencian.
“Awalnya aku dan Rosella hanya menginginkan satu putri saja, dan seterusnya itu kesalahan fatal.” Dia memalingkan wajahnya menatap kearah Gemma kembali
“kalian di anugerahkan dengan dua putri dan itu sudah terjadi Robert, apa kau seorang monster.” Gerutunya Gisella, ia melihat kearah Rose yang hanya terdiam dengan pasrah.
“sudah cukup aku tidak ingin ada keributan lagi!” bentak Gemma kepada putrinya.
“bu, ini tidak masuk diakal, ini semua gila, apa yang terjadi dengan kalian, aku sungguh tidak mengerti.” dengan nada gemetaran, mata Gisella menatap Fiora yang ada di gendongannya itu dengan sedih dan hancur.
“Rosella sudah menyetujui kesepakatan yang aku berikan bu, anak itu dia tidak bisa memiliki hidup sesuai dengan kebebasannya nanti, dia akan dijaga agar tidak dilihat oleh orang lain.” Ucapnya dengan tegas seolah tidak ingin ada penolakan apa pun.
Emosi Gisella segera memuncak, ia bergegas akan membalas ucapan Robert tetapi Rose menahannya.
Rose memegangi erat lengan adiknya seolah memperingatkannya untuk diam.
“bu, aku melakukan ini semua hanya demi kebaikan keluarga ini, orang-orang yang membenci kita akan terus mencari setiap celah untuk menjatuhkan martabat kita walaupun hal sekecil apa pun.” setiap perkataan di ucapkan Robert dengan sangat berhati-hati.
Mendengar itu Gemma setuju dengan ucapan Robert, ia menganggukkan kepalanya perlahan membalas Robert.
“kau kepala keluarga mu Robert, lakukanlah yang terbaik aku percaya padamu.”
Gisella menggelengkan kepalanya tanda tidak setuju, dia segera membuka mulutnya untuk berbicara.
Rose segera menatap adiknya dengan sinis.
“Gisella kau tidak mengerti apa-apa, jangan membuat ini lebih rumit lagi.” desisnya memperingatkan Gisella.
“Terima kasih bu atas kepercayaan mu, aku akan terus melakukan yang terbaik untuk kita.”
“Aku akan beristirahat sekarang, kepalaku Masi sakit.” Ucap Gemma, dia mulai berdiri dan berjalan meninggalkan ruangan.
Robert yang melirik kearah Gisella dengan mengejek serta senyuman kemenangan tersungging di bibirnya, dia pun bangkit dan berjalan pergi.
“Rose mengapa kau tidak membantah ini, ini Sangat salah sungguh, anak ini tidak mengerti apa-apa.” Gerutunya.
“ini tidak mudah seperti yang kau bayangkan Gisella, Robert benar dengan itu, kita tidak bisa mengubahnya, lagi pula Fiora masi mendapatkan kehidupan yang layak.” Ujar Rosella.
“jika mereka memang tidak menginginkan anak ini, maka aku akan mengurusnya Sendiri, aku akan membuktikan bahwa itu semua hanya mitos.”
Dengan tekad, Gisella mempererat pelukannya kepada Fiora.
“jangan seperti itu Gisella, Rosella pasti menginginkan bayi ini, ini adalah putrinya, jangan membuat adik kita semakin sakit.”
Mendengar perkataannya Rose, Gisella hanya bisa terdiam menghembuskan nafasnya dengan panjang, berusaha untuk menenangkan diri sepenuhnya.
“lagi pula kau bibinya bukan, tentu saja kau bisa mengurusnya kapan pun kau mau.” senyuman terlihat di wajah Rose, berupaya untuk meyakinkan kembali adiknya.
“baiklah Rose, aku ingin pergi ke kamar ku sekarang, mungkin aku juga sudah lelah.” dia mulai bersiap-siap untuk pergi.
“dengan Fiora?”
“Ya, aku hanya membawanya sebentar, sebelum Rosella terbangun,”
Setelah beberapa langkah Gisella menoleh ke belakang saat mendengarkan Rose mengatakan sesuatu padanya.
“makan malam akan mulai sebentar lagi, jangan membuat ibu menunggu dengan keterlambatan mu, mengerti.”
Gisella memutar matanya lalu berjalan kembali meninggalkan Rose di sana.
Rose hanya bisa terdiam, dia menghela nafas saat melihat perlawanan adiknya
di tengah perjalanan Gisella tidak sengaja berjumpa dengan Robert, dia memalingkan wajahnya dari adik iparnya, terlihat Masi sangat marah tentang kejadian sebelumnya.
Robert yang sepertinya akan pergi ke menuju ruang kerjanya hanya bisa melirik sinis terhadap Gisella, sebelum Gisella sempat masuk ke dalam kamarnya, Robert bergumam dengan sinis sekaligus mengancam.
“jangan menanyakan hal yang terjadi kepada Rosella, dia masi terluka setelah melahirkan putrinya, satu hal yang kau tahu Gisella, Rosella sudah menyetujui semuanya, tidak ada peluang sedikit pun untukmu.”
Gisella segera menutup pintu kamarnya dengan keras, hingga membuat Fiora yang tertidur tersentak dengan itu, Nafasnya terengah-engah karena amarah, dia duduk di sisi tempat tidur dengan jengkel.
Robert memasuki ruangan kerjanya menutup pintu perlahan, dia Melihat tumpukan berkas-berkas yang ada di atas mejanya.
“sudah sebanyak ini ternyata.” ucapnya di dalam hatinya, Robert pun mulai satu-satu berkas, memeriksanya dengan teliti.
Mata Robert mula tertuju pada satu undangan mewah, ia dengan cepat mengulurkan tangannya mengambil dan membuka, setelah melihat isi dari amplop itu, senyum kecil tersungging di bibirnya, ternyata itu adalah undangan dari Kevin untuk mereka.
“baiklah hanya sisa kita berdua di sini.” gumam Rose dengan lembut saat terus memandangi wajah keponakannya, senyuman di wajahnya sendiri tidak pernah hilang.
sopir yang berdiri di sudut ruangan siap dipanggil kapan pun itu melirik ke arah Rose dengan tersenyum, hatinya membengkak karena kasih sayang dan kekaguman.
"aku baru menyadari dia sangat cocok untuk menjadi seorang ibu, nona Rose ku tersayang." bisiknya terhadap dirinya sendiri, matanya tidak pernah lepas memandangi Rose.
"nona, makan malam sudah selesai." ucap seorang pelayan pada Rose.
Rose segera mengalihkan pandangannya dari Fiona, melihat pelayan itu dengan anggukan.
"baiklah panggil nona Gisella dan tuan Robert." perintahnya.
"ya nona." balas pelayan itu dengan patuh, dia pun segera menunduk lalu berjalan meninggalkan Rose.
Rose mulai pergi berjalan menuju kamar utama, yaitu kamar ibunya, sesampai di sana, Rose mengetuk pintu beberapa kali sebelum masuk.
"Bu aku akan masuk." Rose membuka pintu melangkah masuk membawa Fiona juga bersamanya.
Gemma yang sedang membaca di mejanya menoleh untuk melihat putrinya.
"Bu, makan malam sudah selesai ayo turun dan makan bersama-sama, mereka pasti sudah menunggu kita."
Rose yang sudah merasakan tanganya mati rasa, segera meletakkan Fiona yang masi tertidur di atas ranjang, dia memposisikannya di tengah-tengah agar tidak terjatuh.
Gemma juga berdiri dari kursinya meletakkan buku yang di bacanya di atas tumpukan buku lain.
"ayo kita pergi, Rosella dan Robert pasti lapar setelah perjalanan mereka."
Rose menggangukkan kepalanya, mengambil posisi di samping Gemma mengikuti langkah ibunya.
Setelah ruang makan sudah lengkap terisi di sana, Gemma mempersilahkan anak-anaknya untuk memakan makanan mereka.