Terpaksa menggantikan sang kakak untuk menikahi pria yang tidak diinginkan kakaknya. Menjalani pernikahan lebih dari 3 tahun, pernikahan yang terasa hambar, tidak pernah disentuh dan selalu mendapatkan perlakuan yang sangat dingin.
Bagaimana mungkin pasangan suami istri yang hidup satu atap dan tidak pernah berkomunikasi satu sama lain. Berbicara hanya sekedar saja dan bahkan tidak saling menyapa
Pada akhirnya Vanisa menyerah dalam pernikahannya yang merasa diabaikan yang membuatnya mengajukan permohonan perceraian.
Tetapi justru menjelang perceraian, keduanya malah semakin dekat.
Apakah setelah bertahun-tahun menikah dan pada akhirnya pasangan itu memutuskan untuk berpisah atau justru saling memperbaiki satu sama lain?
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon ainuncepenis, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Episode 34 Siapa Itu?
"Kenapa kamu begitu keras kepala sekali? Apa kamu sengaja mengatakan seperti ini di saat Arvin akan melakukan pemilihan dan kamu sengaja ingin membuat kekacauan atau benar-benar ingin membatalkan Arvin untuk mendapatkan posisi itu," sahut Lara yang kembali ke setelan awalnya dengan marah-marah pada Vanisa.
"Mah, Pah. Permasalahan rumah tanggaku biar aku yang menyelesaikan dengan Vanisa. Mama dan Papa sebaiknya kembali dan hentikan semua ini!" tegas Arvin.
"Bukankah kalian tidak menginginkan saya sebagai menantu. Jadi kenapa harus menghalangi saya untuk berpisah dengan Arvin. Saya jika tidak akan mengganggu Arvin dan setiap pernikahan ini tetap akan ada jika kalian tidak menghalangi saya!" tegas Vanisa.
"Sombong sekali kamu. Kamu pikir kami sekarang sedang membujuk kamu dan memohon kepada kamu hah! Kamu benar kan kamu menantu yang seharusnya ada di keluarga kami, karena menantu kami yang sebenarnya...."
"Dia sudah kembali dan jadikanlah menantu yang kalian inginkan," Vanisa memotong kalimat Lara.
"Apa yang kalian khawatirkan sekarang. Kalian cukup membiarkanku untuk berpisah dengan Arvin dan setelah itu kalian bisa membawa istri Arvin yang sesungguhnya ke publik. Maka semua selesai!" tegas Vanisa yang sekarang bukan hanya pintar menjawab tetapi juga sudah berani memotong pembicaraan Lara.
Lara yang terlihat begitu marah dengan mengepal tangannya, rasanya ingin sekali mengobrak-abrik Vanisa.
"Mama sama Papa sebaiknya sekarang pulang dan biarkan aku menyelesaikan semua masalah ini!" sahut Arvin yang juga harus tegas.
"Baiklah! kamu selesaikan semua masalah ini dan jangan sampai ini berpengaruh pada pemilihan yang nanti akan membuat kekacauan dan usaha Papa selama ini sia-sia!" tegas Ronald.
Arvin tidak mengatakan iya atau juga tidak menggelengkan kepala.
"Kita pulang!" Ronald terdiri dari tempat duduknya sembari merapikan jasnya. Lara masih melihat Vanisa dengan tajam yang rasanya ingin mengacak-acak wajah Vanisa Lara harus menahan diri dan menyusul suaminya.
Vanisa yang juga berdiri dari tempat duduknya dan langsung memasuki kamarnya. Arvin menghela nafas berat.
***
Vanisa sekarang menjalankan aktivitasnya sebagai guru. Hanya itu satu-satunya yang membuatnya bahagia berkumpul dengan anak-anak usia 7 sampai 10 tahun. Vanisa yang duduk terlihat bahagia dikelilingi anak-anak tersebut yang berlomba menunjukkan gambaran mereka.
Suasana taman yang begitu asri dengan pohon yang rindang di atas rerumputan dengan udara yang sejuk dan tiupan angin yang membuat rambutnya menari-nari.
Hanya keadaan seperti itu yang mampu membuat Vanisa tersenyum dan merasakan bebas sesaat. Dia untuk Vanisa yang benar-benar akan terbebas dari keluarga Arvin yang selalu menuntutnya untuk ini dan itu.
"Vanisa!" tegur rekannya yang membuat Vanisa melihat ke samping.
"Ada apa Shela?" tanya Vanisa.
"Ada yang ingin bertemu dengan kamu," ucap Shela yang membuat Vanisa mengerutkan dahi
"Aku?" tanyanya menunjuk diri sendiri.
"Benar buruan sana!" ucap Shela. Vanisa menganggukkan kepala.
"Anak-anak, kalian sekarang bersama Bu Shela sebentar ya," ucap Vanisa.
"Baik Bu," sahut semua anak-anak kita dengan serentak.
Vanisa berdiri dari tempat duduknya.
"Aku titip anak-anak," ucap Vanisa. Shela menganggukkan kepala dan Vanisa yang langsung pergi.
Vanisa harus keluar sekolah untuk menemui tamu yang dikatakan rekannya. Karena memang kamu tidak boleh memasuki wilayah sekolah tersebut, orang tua murid-murid yang datang menjemput anak-anak mereka juga harus menunggu di luar.
"Mana orangnya!" ucapnya melihat ke kiri dan ke kanan yang tidak menemukan siapapun.
Hmmmm.
Tiba-tiba Vanisa kaget dengan mulutnya yang ditutup sapu tangan membuat Vanisa berusaha melepaskan tangan orang tersebut dan sepertinya sapu tangan itu diberikan obat yang akhirnya membuatnya lepas dan tangannya terjatuh lemah dengan mata terpejam yang tidak sadarkan diri.
Entah siapa pria yang memakai topi dengan wajah yang tertutup masker dan memakai hoodie hitam itu yang membawa Vanisa memasuki mobil.
****
Setelah malam hari yang akhirnya Arvin pulang ke Apartemennya, saat pintu terbuka Arvin melihat rumahnya tampak begitu sangat sepi.
"Apa dia tidak ada di rumah?" ucapnya yang langsung tertuju pada sang istri yang memang biasanya pasti ada di dapur saat dia pulang karena Arvin selalu pulang jam makan malam Vanisa.
Arvin yang ingin mengecek sendiri dan langsung membuka pintu kamar Vanisa tanpa mengetuk pintu dan kamar itu juga terlihat begitu sangat sepi.
"Vanisa!" panggilnya berjalan memasuki kamar yang mengajak ke dalam kamar mandi yang benar-benar tidak ada siapa-siapa.
"Tumben sekali dia belum pulang malam-malam seperti ini?" tanyanya tampak ada kecemasan di wajahnya.
Arvin mengeluarkan ponselnya dari saku jasnya dan langsung menghubungi Vanisa dan beberapa kali menelpon yang ternyata panggilan itu sama sekali tidak diangkat.
"Kemana dia?"
Arvin yang bertanya-tanya sendiri dan memutuskan untuk menghubungi orang tua Vanisa.
"Ada apa Arvin?" tanya Sarah.
"Apa Vanisa ada di sana?" tanya Arvin.
Sarah yang berada di kamarnya yang sedang memberi kutek pada kukunya mengerutkan dahi.
"Tidak! kenapa juga Vanisa ada di sini. Dia paling malas jika bertemu dengan Mama," jawab Sarah.
"Lalu kemana Vanisa?" tanya Arvin.
"Kenapa kamu tanya Mama. Dia itu istri kamu dan mungkin saja sekarang dia sedang ngambek. Makanya kamu jadi suami itu tegas dan harus mempublikasikan istri kamu kepada semua orang agar Vanisa tidak mengancam untuk bercerai!" ucap Sarah yang tetap saja pada egonya yang hanya menginginkan Vanisa tetap bersama Arvin.
"Baiklah kalau begitu aku tetap teleponnya dulu. Jika nanti Mama bertemu dengan Vanisa, suruh dia untuk mengangkat teleponku," ucap Arvin yang tidak ingin berbicara apapun lagi dan langsung menutup panggilan telepon tersebut.
Arvin memijat kepalanya yang terasa sangat berat.
Arvin tidak hanya menghubungi Sarah dan juga menghubungi kedua orang tuanya.
"Mama sudah sangat kesal bertemu dengan dia tadi pagi dengan semua kata-katanya yang sangat menyombongkan diri. Lalu kamu pikir Mama mengajaknya untuk bertemu lagi," jawaban itu yang diberikan Lara ketika dia mempertanyakan keberadaan istrinya.
"Siapa tahu, Mama mengatur janji dengan Vanisa untuk bertemu. Karena saat ini dia belum kembali," jawab Arvin.
"Mama tidak memiliki janji apapun dengan dia dan dia juga tidak ada di sini. Kamu sebaiknya cari dan jangan sampai dia ke media yang mengumumkan pernikahan kalian!" tegas Lara yang sama saja seperti Sarah yang justru menakutkan sesuatu dan bukan malah khawatir kemana Vanisa.
"Baiklah!" Arvin yang juga tidak mengatakan apa-apa lagi dan langsung menutup telepon itu daripada mendengar ocehan dan perintah Lara.
"Vanisa ke mana kamu sebenarnya? kenapa kamu tidak mengangkat telepon ku," ucap Arvin yang semakin frustasi.
Arvin tidak kehilangan akal yang langsung menghubungi Mitha.
"Kami tidak memiliki janji untuk bertemu dan bahkan semenjak Vanisa memberikan surat pengajuan perceraian pada ku. Aku belum pernah menghubungi diri bahkan membahas masalah itu," jawab Mitha.
"Sudah malam dan dia tidak pulang juga ke rumah dan ponselnya tidak aktif," ucap Arvin.
"Hari ini bukankah Vanisa mengajar. Kamu bisa tanyakan pada rekannya dan siapa tahu dia mengetahui Vanisa," ucap Lara yang memberikan saran.
"Aku tidak memiliki kontak mereka," ucap Arvin.
"Kamu datang saja ke sekolahnya dan aku mendengar salah satu rekannya ada yang tinggal di dekat sana. Kamu coba tanyakan saja," ucap Mitha.
"Baiklah kalau begitu," sahut Arvin yang setuju dan tidak mengatakan apa-apa lagi yang mengakhiri panggilan telepon itu.
Arvin menghela nafas yang tidak membuang-buang waktu langsung mencari istrinya.
Bersambung....
...Jangan lupa untuk mampir kenapa terbaru saya. Mari sama-sama kita mendukung karya terbaru ini biar menjadi karya yang paling baik dengan kualitas cerita yang menarik dan disukai banyak orang. Terima kasih untuk dukungan kalian semua....
apa motifnya hingga vanisa yg di culik?
jd makin penasaran aku