Jalan buntunitulah yang Vania rasakan. Vania adalah gadis muda berusia 17 tahun, tapi takdir begitu kejam pada gadis muda itu. Di usianya yang belia dia harus menikahi kakak iparnya yang terpaut usia 12 tahun di atasnya karena suatu alasan.
Saat memutuskan menikah dengan kakak iparnya, yang ada di fikiran Vania hanya satu yaitu membantu Papanya. Meski tidak menginginkan pernikahan itu, Vania tetap berharap Bagas benar-benar jodohnya. Setelah menikah dengan Kakak Iparnya ternyata jauh dari harapan Vania.
Jalan berduri mulai di tempuh gadis remaja itu. Di usia yang seharusnya bersenang-senang di bangku sekolah, malah harus berhenti sekolah. Hingga rahasia besar terkuak. Apakah Vania dan Bagas berjodoh? Yok simak kisahnya!
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon tindek_shi, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Menolong Bagas
Karena ada tamu dan juga si tamu belum sadarkan diri membuat Vania terpaksa harus mengambil cuti hari ini. Terlebih ketiga buah hatinya hanya di awasi pengasuh, tentu Vania tidak ingin meninggalkan Zayn, Zeehan dan Cassy sendiri tanpa pengawasan darinya.
Tepat waktu subuh hampir habis, Bagas terbangun dari pingsannya. Pria tampan itu merasa nyaman dengan selimut hangat yang mendekap tubuhnya yang merasa tidak baik-baik saja.
"Alhamdullillah Ya Allah, masih ada orang baik yang menolongku di negeri asing ini," Bagas melihat jam dan dia sadar sebentar lagi waktu subuh akan berpamitan pergi.
Dia mengedarkan ke sekeliling ruangan dan dia sadari jika ada kamar mandi di dalam kamar. Pri itu tertatih berjalan sempoyongan karena masih pusing, dan pergi ke kamar mandi.
Bagas segera membersihkan diri yang tetasa lengket dengan mandi air hangat dan segera berwudhu.
Berbekal bathrobe yang ada di kamar mandi pria itu menggunakannya sebagai ganti handuk. Bagas bergegas berganti pakaian dengan baju koko dan sarung yang terlihat lusuh jika di gunakan di dalam ruangan mewah yang sedang di tempati Bagas.
Tanpa banyak kata Bagas segera menunaikan kewajibannya sebagai umat islam. Saat Bagas sedang khusuk dengan sholatnya, terdengar suara pintu terbuka perlahan akan tetapi Bagas tidak menyedarinya karena memang arah kiblat membelakangi pintu.
Deg
Jantung Vania serasa ingin berhenti, dia takut tapi juga bahagia saat dia ketahui jika yang dalam balutan baju koko itu adalah sang suami dan juga ayah dari Twins.
Vania perlahan meletakkan nampan yang di bawanya, di meja dekat pintu dan dia bersandar di samping pintu dalam keadaan terdiam dan ekspresi yang sulit di jabarkan.
Hingga bahu Bagas bergetar seperti seorang menangis saat sedang mengadahkan tangan. Seolah tak sanggup lagi menahan sakit dan sesak Bagas tergugu dalam do'anya. Yang membuat Vania terpaku adalah do'a yang di langitkan Bagas adalah tentang dirinya dan si kembar. Bagas berharap masih ada kesempatan kedua. Tapi jika memang kesempatan itu sudah tertutup rapat paling tidak jangan tutup kesempatannya sebagai seorang Ayah bagi si kembar. Kata-kata itu Bagas ucap berulang-ulang dalam tangisnya.
Parkataan Bagas cukup membuat si cantik Vania terganggu. Wajah yang tadi tanpa ekspressi sekarang menyernyit sakit. Dalam hati bertanya, kenapa baru sekarang? Kenapa baru sekarang Bagas ingin membuka lembaran baru bersamanya setelah semua hal yang menyakitkan untuknya ketika bersama Bagas terjadi.
Dalam suasana hati yang kacau Vania berbalik akan pergi tapi sebuah suara panggilan menghentikannya.
"Vania, sayang kau kah itu?" dengan tubuh yang lemah dan sempoyongan Bagas serta-merta berdiri dan ingin berlari mengejar Vania hingga dia terjerembab di ubin yang dingin dan membuat darah segar mengalir dari hidung pria tampan itu.
"Mas Bagas!" teriak Vania yang membantu Bagas berdiri saat akan memapahnya berjalan Bagas malah memeluk Vania erat.
"Maaf, maaf sayang. Mas mohon maafkan kesalahan Mas, Vania. Beri Mas kesempatan untuk bersama kamu dan kedua anak kita," tangisan deras yang Bagas keluarkan membasahi pundak Vania.
Tubuh pria itu panas dan juga bergetar hebat.
"Apa kamu sudah menikah lagi?" tanya Bagas, mengingat ini sudah lima tahun berlalu.
Dengan tersenyum perih Bagas menguraikan pelukannya.
"Apakah kamu sudah menikah lagi Vania? Jika memang sudah aku sama sekali tidak menyalahkan. Di sini akulah yang jahat, akulah yang biadab dan bajingan di sini. Tapi meski aku bajingan, kurang ajar, setidaknya izinkan aku melihat anak-anakku Vania. Aku..." tangis Bagas semakin tergugu dan sesenggukkan. Tubuh yang biasanya tegap dan tegar ini perlahan melemas akan tetapi di tahan oleh Vania dengan memegang tangan Bagas.
"Aku sudah hancur Vania, hancur tanpa ada yang tersisa. Setidaknya sebelum aku kembali ke Indonesia izinkan aku bertemu dengan Twins bagaimanapun aku Ayahnya. Kau tenang saja, aku tidak akan merebut Twins darimu, karena aku pun tidak yakin bisa membahagiakan anak-anak ku ketika bersama ku," lirih Bagas berlinang air mata.
Mata yang biasanya memancarkan kekejaman itu tidak lagi berdaya bahkan seperti orang putus asa.
"Aku akan mempertemukan kalian, tapi pulihkan dulu kondisi Mas Bagas! Namanya Zayn dan Zeehan, dia memang tidak mengenali sosokmu sejak awal. Mungkin akan butuh waktu untuk membuatnya mengerti. Sekarang istirahatlah, sebentar lagi Dokter akan datang memeriksa diri mu," kata Vania seraya berlalu.
Ada perasaan lain yang di bawa Vania saat keluar dari ruangan Bagas. Bukan sejenis trauma atau takut seperti biasanya. Melihat kondisi Bagas yang jauh dari kata baik, baju yang di gunakan jauh dari kata branded bahkan cenderung lusuh membuat hati Vania berdenyut sakit. Apa yang sebenarnya terjadi pada Bagas.
Tidak ingin memendam rasa penasaran yang kian membuncah Ibu tiga anak itu membuka aplikasi pencarian di ponselnya mengenai Bagas Pranaja Mahawira. Betapa terkejutnya Vania saat mengetahui jika 4 tahun silam Bagas bangkrut total karena di tipu rekan bisnisnya yang tidak lain adalah kekasih gelap Shopia adik kandung dari Bagas.
Hal lain yang tidak kalah mengejutkan adalah Ibu Yuli orang tua kandung Bagas mengalami ganguan jiwa hingga harus di rawat sejak 4 tahun lalu. Tidak sampai di sana Papa David dan Nyonya Yuli ternyata memilih bercerai karean Papa David ketahuan selingkuh dengan wanita yang lebih muda dari Shopia.
Tangan mungil itu bergetar melihat beberapa gambar Bagas yang harus bekerja kasar demi memenuhi kebutuhan hidup dengan membuka toko beras tidak jauh dari kediamannya. Tidak sampai di sana, Jihan yang dulunya adalah model sekaligus Artis tentu kehidupan Bagas tidak luput dari sorotan.
Ternyata meski sudah bangkrut dan hidup dengan sangat sederhana, tapi Shopia masih merongrong Bagas dengan cara membuat onar sana-sini. Tidak sedikit postingan yang di posting akun milik Bagas itu berisi foto-foto dan video tidak senonoh dirinya dengan berbagai pria berbeda. Bahkan adik kandung Bagas itu harus bolak-balik masuk buy sebagai prestasi tambahan yang dia miliki.
"Ya Allah,..." lirih Vania seraya menangis. Dia tidak ingin tahu tentang Bagas selain karena selalu mengingat perilaku buruk pria itu juga karena Vania takut mendengar jika pria itu sudah bahagia dengan wanita pilihan orang tuanya.
Terlalu munafik jika Vania katakan jika dia mencintai Bagas, karena luka lebih banyak dari pada suka saat bersama Bagas, bahkan hampir di setiap moment yang di alami bersama Bagas adalah duka. Jadi bagaimana mungkin Vania mencintai Bagas, tapi tidak di pungkiri jika Vania ingin merasakan pernikahan romantis seperti di novel-novel bersama Bagas, karena bagaimanapun Bagas adalah Ayah dari anak-anaknya.
Tapi mungkinkah ada akhir bahagia untuk dirinya dan Bagas? Apa mungkin untuk merajut kasih yang belum selesai itu? Semuanya di awali dengan dendam bagaimana mungkin kembali seperti semula. Cermin itu sudah retak kebagian terkecil apakah masih bisa di satukan kembali?
Entahlah, Vania meragu. Satu niatnya sekarang, menolong Bagas yang sedang sakit. Setidaknya jangan sampai dia berlaku tega seperti Bagas memperlakukannya dahulu.
...ΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩ...
Jauhkan Hamba dr siksa neraka spt ini ya Tuhan