NovelToon NovelToon
Ketika Malaikat Maut Jatuh Cinta

Ketika Malaikat Maut Jatuh Cinta

Status: sedang berlangsung
Genre:Spiritual / Cinta Terlarang / Cinta Beda Dunia / Diam-Diam Cinta / Mengubah Takdir / Romansa
Popularitas:313
Nilai: 5
Nama Author: Irnu R

Alya tidak pernah menyangka hidupnya yang biasa akan berubah selamanya saat ia bertemu dengan Rheyan, sosok pria misterius dengan tatapan kelam dan aura yang terlalu menggoda. Ia datang di saat-saat antara hidup dan mati, membawa takdir yang tak bisa dihindari. Tapi yang tak ia duga, sang malaikat maut justru terpikat oleh kelembutan dan keberaniannya.

Di sisi lain, ada Davin, dokter penuh kasih yang selalu ada untuk Alya. Ia menawarkan dunia yang nyata, cinta yang hangat, dan perlindungan dari kegelapan yang perlahan menyelimuti kehidupan Alya.

Namun, cinta di antara mereka bukanlah hal yang sederhana. Rheyan terikat oleh aturan surgawi—malaikat maut tak boleh mencintai manusia. Sementara Alya harus memilih: menyerahkan hatinya pada keabadian yang penuh bahaya atau tetap berpijak pada dunia fana dengan seseorang yang bisa menjanjikan masa depan.

Ketika batas antara surga dan bumi kabur, bisakah cinta mengubah takdir? Atau justru cinta itu sendiri yang akan menghancurkan mereka?

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Irnu R, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

Malaikat Penghakiman dan Hukuman yang Tidak Bisa Dihindari

Rheyan berjalan melewati lorong gelap di antara bayangan-bayangan dunia manusia. Hawa dingin menyelimutinya, tapi bukan karena malam yang semakin larut. Ada sesuatu yang mengganggunya—sesuatu yang belum sepenuhnya bisa ia pahami.

Ia ingin menemui Alya. Hanya itu yang ada di pikirannya. Ia merasa ada yang salah, sesuatu yang lebih besar dari ancaman sebelumnya. Alya semakin dekat dengan batas yang tidak seharusnya ia lewati, dan jika itu terjadi, ia tidak tahu apa yang akan menantinya di sisi lain.

Namun, langkahnya terhenti tiba-tiba.

Sesuatu terasa bergeser di sekitarnya. Bayangan di dinding bergetar, seakan ada kekuatan tak kasatmata yang berusaha merobek batas antara dunia ini dan dunia lain. Bisikan halus memenuhi udara, berasal dari sesuatu yang bukan manusia.

Suara samar seperti desisan terdengar di udara, seperti sesuatu yang bergerak di antara bayangan. Cahaya lampu jalan yang redup terasa semakin jauh, seakan dunia manusia dan tempatnya berpijak mulai terpisah perlahan.

Udara di sekitarnya berubah, terasa lebih berat. Aroma ozon menyelusup di antara bayangan, tanda bahwa sesuatu dari dunia atas telah turun.

Sebelum ia bisa bereaksi, dua sosok muncul dari kegelapan. Mereka mengenakan jubah putih dengan simbol yang bersinar redup di dada mereka. Sayap keperakan mereka berkibar lembut, tapi ada kekuatan tak terbantahkan yang terpancar dari kehadiran mereka.

Malaikat penghakiman.

Dadanya terasa sesak, bukan karena ketakutan, tapi karena ia tahu apa yang akan datang. Aura mereka begitu kuat hingga udara di sekitarnya bergetar, seolah keberadaan dunia ini sendiri menolak kehadiran mereka.

"Rheyan," salah satu dari mereka berbicara, suaranya bergema dengan ketegasan yang tidak bisa dibantah. "Kau telah melanggar aturan surga, dan sekarang kau harus menerima akibatnya."

Rheyan langsung bersiap.

Semua yang ia lakukan, setiap pelanggaran yang ia perbuat, semua itu hanya karena satu alasan—Alya. Apakah ia benar-benar telah berdosa hanya karena ingin melindungi seseorang? Apakah surga benar-benar tidak memiliki belas kasihan?

Ia tahu ini akan terjadi cepat atau lambat, tapi bukan berarti ia akan menyerah begitu saja.

"Aku tidak melanggar apa pun," katanya, meskipun ia sendiri tahu itu dusta.

Salah satu malaikat itu melangkah maju. Mata peraknya berkilat dingin, seperti cermin yang bisa memantulkan segala dosa yang ingin disembunyikan. Tidak ada kebohongan yang bisa bertahan di bawah tatapan itu. "Kau telah membiarkan seorang manusia hidup ketika ajalnya sudah ditentukan. Kau telah mengikatkan dirimu padanya, mengacaukan keseimbangan dunia. Itu adalah dosa yang tidak bisa diampuni."

Rheyan mengepalkan tangannya. Ia ingin bertarung, ingin melawan, tapi tubuhnya sudah terlalu lemah. Hukuman dari tindakannya selama ini telah menggerogoti keberadaannya sedikit demi sedikit. Ia tidak bisa melawan mereka dalam keadaan seperti ini.

Dan mereka tahu itu.

Rheyan menggertakkan giginya. Ia mencoba menarik kembali kekuatannya, tetapi rantai cahaya itu semakin mengencang, meresap ke dalam jiwanya seperti luka yang tak terlihat. Ia ingin berteriak, ingin menolak takdir yang dipaksakan kepadanya. Tetapi tubuhnya tidak lagi merespons.

Cahaya itu bukan sekadar membelenggu, tetapi juga perlahan menyerap esensi keberadaannya, seperti racun yang menyebar dalam diam. Rheyan merasakan kekuatannya menghilang satu per satu, seperti pasir yang jatuh dari sela-sela jari. Ia mencoba melawan, tetapi tubuhnya seolah menolak untuk mendengar perintahnya sendiri.

Dengan satu gerakan, cahaya menyelimuti Rheyan, melilit tubuhnya seperti rantai tak kasatmata. Ia merasakan kekuatannya terserap, tubuhnya terasa lebih berat, dan sebelum ia bisa berteriak, dunia di sekelilingnya lenyap.

Di tempat lain, Alya terbangun dengan napas terengah-engah. Dadanya terasa sesak, seperti ada sesuatu yang mencengkeram jantungnya erat-erat.

Ia tidak tahu kenapa, tapi ada rasa kehilangan yang tiba-tiba menyerangnya begitu saja.

Tangannya mencengkeram selimutnya dengan gemetar. Ia mencoba mengatur napas, mencoba memahami apa yang baru saja terjadi, tapi tidak ada jawaban.

Tanpa sadar, pikirannya mencari Rheyan, memanggil namanya dalam keheningan.

Namun, tidak ada jawaban.

Alya menelan ludah, mencoba menyangkal perasaan itu. Mungkin ini hanya perasaan buruk, mungkin ini hanya pikirannya yang berlebihan. Tetapi semakin ia berusaha membujuk dirinya sendiri, semakin dalam rasa kehilangan itu menusuk.

Napasnya tercekat. Ia mencoba lagi, lebih keras, mencoba memusatkan pikirannya pada sosok yang selalu ada dalam kesadarannya. Tetapi semakin ia mencoba, semakin kuat kehampaan yang ia rasakan, seolah sesuatu telah merenggut keberadaan Rheyan dari dunia ini.

Selalu ada sesuatu yang menghubungkan mereka, seperti benang tak terlihat. Tapi kali ini, benang itu seakan terputus, meninggalkan kehampaan mutlak.

Jantungnya berdetak semakin cepat.

Tubuhnya mulai gemetar tanpa alasan yang jelas. Bukan karena kedinginan, bukan karena kelelahan. Itu adalah reaksi dari sesuatu yang lebih dalam—rasa kehilangan yang tak bisa dijelaskan dengan kata-kata.

Tidak, ini tidak benar. Ada sesuatu yang terjadi pada Rheyan.

Langkah Alya terhuyung tanpa arah di koridor rumah sakit. Lampu-lampu di langit-langit terasa terlalu terang, terlalu dingin. Ia bahkan tidak ingat bagaimana akhirnya sampai di atap. Yang ia tahu hanyalah dadanya terasa sesak, seakan kehilangan sesuatu yang lebih besar dari dirinya sendiri.

Davin menemukan Alya duduk sendirian di atap rumah sakit beberapa jam kemudian.

Sebelumnya, Alya telah berjalan tanpa arah melewati koridor rumah sakit. Setiap ruangan terasa sunyi, setiap langkahnya terasa hampa. Tidak ada yang bisa mengusir perasaan aneh ini. Tidak ada yang bisa menjelaskan apa yang hilang dari dirinya.

Ia bisa langsung melihat ada sesuatu yang berubah dari gadis itu—sorot matanya tidak seperti biasanya. Ada kesedihan di sana, sesuatu yang tidak pernah benar-benar bisa ia pahami.

"Alya," panggilnya pelan.

Alya menoleh, sedikit terkejut, tapi ia tidak berkata apa-apa.

Davin duduk di sebelahnya, menatap langit yang gelap. Udara malam cukup dingin, tapi Alya bahkan tidak terlihat peduli.

"Kenapa aku merasa seperti kehilangan sesuatu yang lebih dari sekadar seorang teman?" gumamnya akhirnya.

Davin menatapnya.

Alya selalu terlihat kuat, bahkan dalam keadaan terburuknya. Tapi malam ini, ada sesuatu yang berbeda. Sorot matanya kosong, seperti ada bagian dari dirinya yang menghilang entah ke mana.

Ada banyak hal yang ingin ia tanyakan, banyak hal yang ingin ia ketahui tentang gadis ini. Tapi untuk saat ini, ia memilih diam.

Ia hanya ingin berada di samping Alya.

Sementara itu, jauh di luar jangkauan manusia, Rheyan terbangun dalam kegelapan.

Ia berbaring di dalam ruang kosong tanpa cahaya, tubuhnya terasa lebih ringan, hampir seperti ia tidak benar-benar ada.

Ia mencoba bergerak, tapi sesuatu menahannya.

Sebuah suara bergema dalam kegelapan.

Di sekelilingnya, tidak ada bentuk, tidak ada batas. Hanya kehampaan pekat yang melingkupinya, seperti tinta hitam yang hendak menelannya bulat-bulat. Ia mencoba merasakan keberadaannya sendiri, tapi bahkan batas antara tubuh dan jiwanya mulai kabur.

"Kau harus menerima hukuman atas keegoisanmu."

Rheyan menutup matanya.

Jika Alya semakin jauh darinya, maka eksistensinya benar-benar akan menghilang.

Cahaya samar berkedip di sekelilingnya, berubah menjadi bentuk-bentuk yang tidak bisa ia pahami. Suara-suara asing mulai memenuhi kesadarannya, seperti ribuan bisikan yang saling bertumpuk. Rheyan merasakan sesuatu menariknya lebih dalam ke dalam kehampaan, seperti ada kekuatan yang ingin menghapusnya sepenuhnya.

Ia ingin berteriak, ingin melawan. Tapi bahkan suaranya sendIri mulai menghilang, tenggelam dalam kekosongan yang semakin mendekat.

Perlahan, ia merasakan sesuatu yang lebih buruk dari sekadar kehilangan kekuatan. Ingatannya sendiri mulai memudar. Wajah Alya, suara lembutnya, semua itu mulai menjadi bayangan kabur di pikirannya. Seakan keberadaannya sedang dihapus secara perlahan.

1
Ngực lép
Aku suka banget sama karakter di dalam cerita ini, author jangan berhenti yaa!
Legato Bluesummers
Keren! 😍
°·`.Elliot.'·°
Bikin susah move-on, semoga cepat update lagi ya thor!
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!