NovelToon NovelToon
Mundur Atau Terus Mengejarnya?

Mundur Atau Terus Mengejarnya?

Status: sedang berlangsung
Genre:Nikahmuda / Mafia / Diam-Diam Cinta / Idola sekolah
Popularitas:2k
Nilai: 5
Nama Author: Ladies_kocak

Malam itu, Gwen seorang gadis remaja tidak sengaja memergoki cowok yang dia kejar selama ini sedang melakukan pembunuhan.

Rasa takut tiba-tiba merayap dalam tubuhnya, sekaligus bimbang antara terus mengejarnya atau memilih menyerah, Karena jujur Gwen sangat takut mengetahui sosok yang dia puja selama ini ternyata seorang pria yang sangat berbahaya, yaitu Arsenio.

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Ladies_kocak, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

Bab 3

Gwen merapat ke jendela mobil Arsenio, mengusap lengan yang masih gemetar setelah bangun dari tidurnya. Sebelumnya dia sempat bertengkar ringan dengan Selly yang bersikeras dia harus pulang bersama Arsenio. Tanpa daya, Gwen pasrah dan hanya mengepalkan seragamnya dengan tangan gemetar, duduk sambil menunggu mesin mobil menyala.

"Kenapa masih belum berangkat sih?" bisik Gwen dalam hati.

Arsenio, yang duduk di sampingnya, menoleh kepadanya, memancing refleks Gwen untuk memalingkan wajah. Dia mencoba melarikan pandang, tapi Arsenio masih terus memandanginya, membuat detak jantung Gwen memburu.

"Gwen," panggil Arsenio dengan suara rendah.

Gwen menoleh, bibirnya bergetar ringan. "Iya, Kak?"

Raut wajah serius Arsenio tidak berubah, mata mereka bertaut lama, sampai Gwen tak tahan dan harus bertanya. "Kak, kenapa ga dijalankan mobilnya?" suaranya gemetar.

"Pake seatbelt dulu," jawab Arsenio, memecah ketegangan.

Seakan terbangun dari lamunan, Gwen dengan cepat meraih seatbelt dan memasangkannya ke tubuhnya. "Ah, iya," gumamnya pelan, menegur diri sendiri atas ketegangannya.

Arsenio, dengan senyum tipis, mulai menjalankan mobil, menatap sejenak ke arah Gwen yang tampak cemas. Keheningan segera menyelimuti perjalanan mereka, hanya sesekali Gwen melirik Arsenio yang tampak sangat fokus mengemudi.

Untuk mengusir kebosanan, Gwen mengeluarkan ponsel dari tasnya, berharap ada pesan masuk yang bisa mengalihkan perhatiannya. Saat layar ponsel menyala, nada pesan yang berdering bertubi-tubi seketika membuat jantungnya kembali berdegup kencang.

Dengan gerakan tangan yang gemetar, dia memalingkan tubuh ke jendela, berusaha menyembunyikan rasa canggung dari Arsenio.

Gwen membuka aplikasi pesan, matanya membelalak melihat banyaknya panggilan tak terjawab dari ayahnya dan pesan beruntun dari abangnya yang menanyakan keberadaannya.

Tetapi, satu pesan suara dari ayahnya membuatnya menggigit bibir, frustasi. "Kenapa papi kirim pesan suara segala, sih?" bisiknya dengan suara serak, hati-hati agar suaranya tidak terdengar oleh Arsenio yang duduk di sampingnya.

Gwen meraba ponselnya, menekan tombol mulai. "Adek, kamu benar-benar pingsan di sekolah, ya?" suara ayahnya yang cemas terdengar jelas meski volume sudah dikecilkan.

Gwen hanya bisa menggigit bibirnya ketika Arsenio, yang duduk di sebelahnya, memberikan senyum tipis yang terasa mengejek. Perasaan malu dan khawatir bercampur ketika ia mencoba membalas pesan chat ayahnya.

Namun, tiba-tiba ponselnya berdering, ayahnya kembali menelpon. Gwen mengangkat panggilan itu, usahanya menenangkan diri seolah sirna. "Kenapa pesan Papi tidak kamu balas, ha!? Kamu selalu bisa buat Papi panik, ya!" tegur ayahnya dengan nada tinggi, tanpa memberikan kesempatan untuk Gwen menjelaskan. Gadis itu hanya bisa meringis, menjauhkan ponsel dari telinga sementara ayahnya terus bertanya.

"Papi, adek gak papa, sekarang sudah sehat kok," jawab Gwen dengan suara yang dibuat semakin pelan, berharap Arsenio tidak mendengarnya.

"Kok bisik-bisik sih, kamu lagi di mana, Sayang? Cepet bilang ke Papi, biar Papi jemput," ujar ayahnya khawatir.

"Papi, tenang aja, bentar lagi nyampe kok. Udah ya, Pi, aku tutup dulu. Aku sayang Papi," balas Gwen, cepat-cepat mematikan panggilan sebelum ayahnya sempat menjawab.

Gwen, yang terkesan kurang ajar, memutar badannya membelakangi Arsenio, tersenyum canggung karena tingkahnya yang konyol itu.

Arsenio yang dari tadi menahan tawa, kini melirik ke luar jendela. Mereka sedang berhenti di lampu merah. Tiba-tiba, seorang anak kecil penjual bunga muncul di samping Arsenio.

"Kak, beli bunga dong buat pacarnya. Pasti lagi butuh mood booster, kan?" rayu bocah itu.

Arsenio menatap sejenak bunga mawar yang ditawarkan, lalu menoleh ke samping, di mana Gwen masih berpaling darinya. Dengan gerak cepat, Arsenio mengeluarkan selembar uang merah dan memutuskan untuk membeli bunga mawar tersebut.

"Makasih, Kak. Semoga pacarnya suka," ucap bocah itu sebelum melenggang pergi.

Arsenio meletakkan bunga mawar merah di atas dasbor, tepat menghadap Gwen. Gwen, yang semula merenung, langsung menegakkan tubuh dan menatap Arsenio dengan raut kebingungan.

Arsenio, dengan pandangan yang tetap lurus ke depan, mengucap datar, "Kalo nggak suka, buang aja."

Gwen menggumam pelan, seolah-olah menertawakan upaya romantis yang gagal, "Sama sekali nggak romantis, kasih bunga aja gitu, kaku banget Kak Nio."

Namun, di balik cibirannya, Gwen tidak tahan untuk tidak tersenyum sambil mengambil dan mencium aroma mawar itu. Perasaan gugup dan ketakutan yang sebelumnya menerpanya pelan-pelan menguap, digantikan oleh rasa ceria.

Tiba-tiba, dia menunjuk keluar jendela. "Eh, itu mobil papi," ucapnya, menyadari ada mobil yang sering dipakai ayahnya terparkir di pinggir jalan. Gwen menoleh ke Arsenio, "Kak, aku turun di sini ya. Makasih tumpangannya." Dia berkata sambil mengambil tasnya dan perlahan membuka pintu mobil.

Arsenio duduk dalam mobilnya, tangannya tidak sengaja menyentuh bunga mawar yang terletak di dasbor. Sejenak ia merenungi, mungkin Gwen tidak menyukai bunganya sehingga ia tidak membawanya.

Kesalahpahaman itu segera sirna ketika pintu mobil tiba-tiba terbuka dan Gwen muncul dengan senyum mengembang. "Makasih bunganya, kak. Aku suka banget!" ujarnya seraya mengambil bunga mawar tersebut sebelum kembali menutup pintu mobil dengan ceria.

Senyum Arsenio semakin melebar saat ia melihat Gwen berjalan menjauh, detik-detik ia nyaris keluar dari mobil saat melihat Gwen hampir tertabrak saat menyebrang, namun ia urungkan niatnya karena gadis itu tampak baik-baik saja.

"Ceroboh," gumamnya dalam hati, namun dengan nada yang lebih lega dan penuh kepedulian.

1
Gebi Tompul
lanjut
Myra Myra
kasihan Gwen
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!