Di tinggal berselingkuh beberapa hari sebelum pernikahan oleh calon pengantin prianya, gadis itu tentu saja sedih dan kecewa, tapi Ayahnya datang dengan seorang pria tampan membuatnya menjadi pengantin pengganti, ah! tapi dia sangat bodoh!
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon dewi wahyuningsih, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
BAB 34 : Siapa Sebenarnya Jenni?
Mimu terdiam begitu saja saat semua orang menatapnya dengan tatapan yang tidak biasa. Tentu saja sudah tidak perlu di jelaskan lagi saat sepasang mata manusia, bertemu dengan mata manusia lain, lalu melirik ke arah seseorang dan menggerakkan bibirnya tentu saja mereka sedang bergosip. Mungkin Mimu bisa menerima penghinaan atas dirinya, tapi semakin hari mereka semakin senang bergosip, bahkan kadang langsung bertanya seolah Mimu ini tidak memiliki perasaan.
" Mimu, nanti kalau anakmu lahir kira-kira siapa yang akan kau catat untuk nama Ayahnya di akte kelahiran? Apa kau akan menggunakan nama Ayahmu? Lalu apakah kau tidak malu memiliki anak setelah menipu seorang pria untuk kau nikahi? " Dan masih banyak sekali pertanyaan lain yang membuat hati Mimu semakin sakit.
Hari ini Mimu memutuskan untuk pergi ke pasar demi menjual hasil panen di kebunnya. Kebiasaan untuk meminta tolong Jenni tentu saja tidak harus melulu begitu, di lain sisi Mimu merasa bosan jadilah dia pergi ke pasar bersama dengan Jenni tentunya. Tidak ada yang bertanya panjang lebar tentang Jenni di desa, itu semua karena Mimu mengatakan kepada semua orang jika Jenni adalah sepupu jauh dari Ibunya.
" Mimu, kenapa kau harus datang ke pasar? Ayah kan sudah bilang selesai Ayah membereskan dagangan nanti Ayah akan pulang ke rumah dan mengambil hasil panenmu kan? " Ayah segera meraih lengan dan juga pundak Mimu karena takut jika Mimu Samoa terpleset dan jatuh. Bagaimanapun alasan sebenarnya bukanlah itu, tapi dia tidak tega kalau harus membiarkan Mimu mendengar kalimat tidak enak dari orang pasar, dan Ayah Gito berharap ucapan menyakitkan itu cukup saja dia yang mendengarnya.
" Aku suntuk di rumah terus, Ayah. " Mimi memaksakan senyumnya, tapi Jenni yang berada tak jauh darinya jelas tahu benar kala setiap malam Mimu selalu menangis diam-diam. Mungkin sekarang Mimu menjadi lebih cengeng karena banyak memikirkan Ayah bayinya, juga memikirkan semua ucapan tidak enak dari semua orang desa yang mengetahui kabar kehamilannya.
Ayah Gito menghela nafas, hari ini pasar cukup ramai dan bukan tidak mungkin mereka pasti akan menggosipkan putrinya. Ingin melindungi tapi dengan situasi seperti dia juga tidak bisa banyak membatu selain hanya menguatkan putrinya dengan nasehat dan dukungan semangat.
" Eh, Mimu? Sudah lama tidak bertemu, perutmu juga sudah membesar ya? " Sapa Nita yang entah dari arah mana dia datang. Di dekatnya juga selalu ada Osan, anak dari pejabat desa yang juga memiliki perkebunan cengkeh alias anak orang kaya di kampungnya tapi malas bekerja jadilah dia hanya mengikuti saja kemana Nita pergi.
Jenni mengeratkan kepalan tangannya. Sungguh dia lebih baik boxing dengan pria tinggi besar dari pada mengahadapi orang seperti Nita dan juga Osan yang tidak ada habisnya membuat ulah dan berbicara dengan tidak punya pikiran.
" Iya, syukurlah aku bisa hamil. Lima bulan lagi bayiku akan lahir, laku bagaimana denganmu? " Mimi sengaja bertanya seperti itu karena dia benar-benar tahu kalau Nita belum bisa hamil setelah beberapa waktu memeriksakan diri karena belum juga hamil.
Tentu saja seperti dugaan Mimu, Nita sontak terdiam tak bisa lagi bicara setelah beberapa saat lalu bertanya dengan tatapan menghina.
" Yah, kami belum ingin buru-buru. Usia kami kan masih muda, kami ingin lebih lama menghabiskan waktu bersama dulu, baru nanti kalau sudah punya keinginan baru progam hamil. "
Mimu memaksakan senyumnya, sangat pandai berbicara sekali, batin Mimu. Tapi di dalam hati Mimu dia benar-benar berharap Nita bisa hamil dan tahu benar bagaimana rasanya orang hamil sehingga tidak memiliki keinginan untuk mengejek dirinya.
" Kau itu lebih baik memikirkan bagaimana caranya kau akan memberitahu tentang Ayah dai bayimu itu, Mimu. Bagaimanapun waktu cepat berjalan, jangan sampai anakmu merasa terhina karena dilahirkan oleh orang sepertimu. " Ucap Osan seperti biasanya, wajah Osan memang akan selalu terlihat menghina ketika menatap Mimu.
" Jaga mulutmu, Osan! Kau selalu saja menghina putriku seenaknya, kau pikir kau siapa? Hanya beruntung di lahirkan dari orang tua yang kaya, tapi lagak mu sudah seperti seorang yang penting! Berkaca lah saat akan menghina orang lain, buatlah dirimu terlihat hebat tanpa orang tuamu baru kau boleh menasehati orang dengan kalimat menghina seperti itu. " Ayah Gito sebenarnya sudah akan maju dan memukul Osan, tapi karena Mimu menahan lengannya dan menggeleng seolah memintanya untuk lebih bersabar lagi, Ayah Gito hanya bisa membuang nafas untuk menahan kemarahannya.
" Cih! Cuma tukang oba herbal saja sombong sekali! Bagaimanapun aku lahir dari keluarga kaya juga termasuk bakat dan juga kemampuan! "
" Dasar otak sampah! " Ujar Jenni yang tidak tahan lagi. Nita sedari tadi hanya diam saja karena dia menyukai momen dimana Mimu di rendahkan oleh suaminya itu.
" Apa kau bilang? " Osan melotot tak terima karena ucapan Jenni barusan benar-benar menginduksi habis kesabarannya.
Jenni tersenyum miring, menatap Osan seolah Osan hanyalah remahan sampah yang berlagak seperti ceceran berlian.
" Orang tidak tahu malu sepertimu mengingatkan ku pada seseorang, dan orang itu berhenti banyak omong saat aku memukul mulutnya sampai sembilan giginya rontok. " Jenni menatap Osan semakin tajam, rahangnya juga smekin mengeras, kepalan tangannya semakin kuat seolah tidak tahan lagi untuk melayang ke wajah Osan.
" Dasar wanita tidak tahu asal usulnya! Berani sekali mengancamku dengan kalimat remeh seperti itu?! "
Jenni tersenyum miring, tatapannya yang begitu tajam, mengancam, benar-benar membuat Mimu keheranan karena baru pertama kali dia melihat Jenni yang sangat menyeramkan seperti itu.
" Jangan menatapku seperti itu! " Osan tida tahan lagi dan pada akhirnya dan melayangkan satu pukulan ke wajah Jenni, tentu saja Jenni cepat menghindar dan tidak terkena pukulan itu.
" Ini yang aku tunggu sedari tadi. " Gumam Jenni sembari tersenyum membuat Osan bingung.
Bugh!
" Ah! " Pekik Osan saat bagian tengah selangka nya mendapatkan serangan dari Jenni. Benar, menunggu pukulan untuk memukul dengan dalih membela diri, memang siapa yang akan menghukum?
Jenni sudah bersiap untuk balasan, tapi Osan malah menjatuhkan dirinya di tanah sembari memegangi miliknya dan mengaduh seperti bocah kecil saja.
Ayah Gito terkekeh geli, Jenni tersenyum puas, tapi Mimu tengah menatap Jenni dengan tatapan menyelidik. Siapa sebenarnya Jenni? Dari cara dia menghindari serangan, dari cara dia memilih titik untuk memukul, semua itu seperti sudah di latih dengan baik. Yakin sekali, Jenni pasti bukan hanya satu atau dua tahun saja berlatih bela diri.
Jenni, sebenarnya siapa kau sebenarnya? Apa tujuanmu terus berada di sisiku dan juga menghabiskan banyak uang untukku?
Bersambung.
aq kan jdi mau juga 🤣🤣🤣