Ibrahim, ketua geng motor, jatuh cinta pada pandangan pertama pada Ayleen, barista cantik yang telah menolongnya.
Tak peduli meski gadis itu menjauh, dia terus mendekatinya tanpa kenal menyerah, bahkan langsung berani mengajaknya menikah.
"Kenapa kamu ingin nikah muda?" tanya Ayleen.
"Karena aku ingin punya keluarga. Ingin ada yang menanyakan kabarku dan menungguku pulang setiap hari." Jawaban Ibra membuat hati Ayleen terenyuh. Semenyedihkan itukah hidup pemuda itu. Sampai dia merasa benar-benar sendiri didunia ini.
Hubungan mereka ditentang oleh keluarga Ayleen karena Ibra dianggap berandalan tanpa masa depan.
Akankah Ibra terus berjuang mendapatkan restu keluarga Ayleen, ataukah dia akan menyerah?
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Yutantia 10, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
BAB 24
Sesuai perintah ibu negara, Ibra tak menyentuh ponsel meski saat ini, tangannya teramat gatal. Ingin melihat notifikasi apa saja yang sejak tadi berbunyi terus itu. Beberapa kali menoleh kearah dapur, tersenyum melihat Ayleen yang sibuk memasak mie. Menghembuskan nafas berat seraya membayangkan jika Ayleen jadi istrinya. Sudah pasti pemandangan seperti ini bisa dia lihat setiap hati. Semangat untuk segera pulang, bukan menghabiskan waktu sepanjang hari dan malam di basecamp Joker.
Dret dret dret
Ponsel milik Ibra bergetar sekaligus menyala, ada nama Fikri dilayar ponsel saat dia melihatnya.
"Ay, Fikri nelpon, aku jawab boleh gak?"
"Iya, tapi jangan lama-lama ngobrolnya," sahut Ayleen sambil mengaduk mie yang hampir matang. Sebentar lagi dia harus ke kafe, jadi tugas Ibra harus segera kelar.
Ibra mengambil ponsel lalu menjawab panggilan dari Fikri.
"Lagi sama Ayleen?" tanya Fikri langsung.
"Iya." Ibra tak bertanya darimana Fikri tahu, karena pasti dari postingannya barusan.
"Anak-anak udah mulai kasak kusuk tentang lo yang jarang ngumpul. Gak ada larangan pacaran di geng kita, tapi Joker harus tetap jadi prioritas, apalagi lo ketua." Ibra menoleh kearah Ayleen. Tak mau gadis itu mendengar obrolannya dengan Fikri, dia masuk kedalam kamar.
"Nanti malem gue kesana," sahutnya sambil menutup pintu.
"Bentar aja kan? Lo pasti segera pergi lagi karena harus jemput Ayleen di kafe terus nganter dia pulang, terus bla bla bla," sindir Fikri. Ibra bisa mendengar dengusan cowok itu. Dia yakin Fikri pasti udah benar-benar kesal. Sejak jadian dengan Ayleen, dia memang jarang ngumpul lagi, lebih banyak menghabiskan waktu bersama Ayleen. "Sabtu, lo terima tantangan dari Bimo kan?"
"Gak bisa." Jawaban Ibra langsung membuat Fikri berdecak kesal. "Gue gak mungkin ngajak Ayleen. Dia takut kecepatan. Mana mungkin gue ngajak dia balapan."
"Ya kalau emang Ayleen gak bisa, lo sama Putri aja kayak biasanya. Gue yakin Putri gak bakalan nolak."
Ibra menghela nafas sambil menyunggar rambutnya dengan jari. "Gue sekarang udah punya cewek Fik. Gua kayak ngekhianatin Ayleen kalau sama Putri. Karena secara tidak langsung, gue mengakui Putri sebagai cewek gue didepan umum."
"Halah, ribet banget sih, Bro. Ayleen juga gak bakalan tahu," suara Fikri terdengar kesal. "Kalau emang lo gak mau sama Putri, ya lo coba dong ngomong sama Ayleen. Dia kan cewek lo, tahu seperti apa kehidupan lo, harusnya dia mau dukung lo dong. Tapi kalau Ayleen gak mau, jalan satu-satunya ya sama Putri."
Ibra berdecak frustasi. Kenapa ribet banget gini sih, pikirnya. Ayleen punya trauma dengan kecepatan tinggi, sangat bahaya jika memaksa Ayleen untuk ikut balapan. "Mending kalian aja deh lawan Bimo, kayaknya gue gak bisa."
"Gila lo," maki Fikri. "Skill Bimo itu diatas rata-rata, motornya juga kenceng banget. Diantara kita, cuma lo yang kemungkinan besar bisa ngalahin dia. Itupun gue yakin, lo juga gak mudah ngalahin dia. Jangan bikin malu anak Joker, Bra. Minggu lalu aja, kita udah kalah. Dalam 5 pertandingan, kita cuma menang 2, mereka 3. Kalau sampai lo gak terima tantangan dari Bimo, kita pasti diremehin sama anak-anak Lion. Kita gak bakal punya muka." Ibra memijit pangkal hidungnya. Kenapa juga tantangan dari Bimo harus bawa cewek. Kalau enggak, pasti dia gak akan sepusing ini. Dan lagi, dia tak mau membahayakan Ayleen. Meski selama ini, belum pernah ada kejadian dia kecelakaan saat balapan.
Tok tok tok
Ibra menoleh kearah pintu saat mendengar ketukan.
"Kak, udah mateng nih mie nya," panggil Ayleen dari balik pintu.
"Iya, Ay," sahut Ibra. "Udah dulu, nanti gue ke markas, kita bahas soal ini." Ibra mematikan sambungan telepon setelah itu. Saat dia keluar, aroma mie instan rasa soto langsung tercium. Sayangnya rasa laparnya udah hilang karena obrolan dengan Fikri barusan.
"Ngobrolin apa sih, pakai masuk kamar segala?" tanya Ayleen yang sedang mengambil 2 botol air mineral dari dalam kulkas. Meletakkan keatas meja bar, dimana 2 mangkuk mie instan plus telur sudah terhidang.
"Biasalah, ngobrolin tentang motor."
"Kenapa masuk kamar, kayaknya aku gak boleh denger," Ayleen menarik sebelah alisnya keatas.
"Wah...sedap sekali aromanya. Udah gak sabar pengen nyobain masakan calon istri." Ibra mengangkat garpu dan sendok, mengaduk mie terlebih dulu lalu meniupnya sebelum dia makan. "Emm....sumpah, ini mie terlezat yang pernah aku makan." Pujinya setelah satu suapan masuk kedalam mulutnya.
Ayleen tersenyum simpul, bukannya tak senang atas pujian itu, tapi merasa jika Ibra sedang mengalihkan topik pembicaraan. Dia jadi penasaran, apa yang dibicarakan Ibra dengan Fikri.
"Lain kali kalau kamu mau kesini, kita belanja dulu, biar gak makan mie instan. Bisa dimarahin Bu Nara aku nanti kalau dia tahu anaknya aku kasih makan mie instan," kelakar Ibra. Terus memakan mie buatan Ayleen dengan sangat lahap seolah-olah itu adalah makanan ternikmat didunia.
"Kita belanja ke pasar yuk kapan-kapan," ajak Ayleen. "Disana pilihannya lebih banyak dan harganya lebih murah." Mendengar itu, Ibra langsung geleng geleng sambil menatap kagum Ayleen.
"Beneran gak salah aku pilih calon istri. Gak hanya cantik, tapi juga smart. Yakin deh, bakalan kaya aku kalau punya istri kayak kamu, yang."
Ayleen hanya tersenyum sambil geleng-geleng dengar pujia Ibra. Keduanya lanjut makan sambil sesekali becanda hingga tak terasa, mie dihadapan Ibra sudah tandas bahkan kuahnyapun, habis tak tersisa.
"Masih kurang kayaknya." Ibra menatap mie milik Ayleen sambil menyeka bibirnya dengan lidah. "Boleh minta dikit gak?"
"Gak papa nih sisaku?"
"Ya gak papa dong, Ay." Ibra menyondongkan tubuhnya kearah Ayleen sambil membuka mulut. "Ak."
Ayleen tersenyum lalu menyuapi Ibra. Dan cowok itu langsung mengunyah dengan mata berbinar.
"Curang kamu, Ay. Pasti mie punya kamu ditambahin sesuatu ya, rasanya lebih enak daripada punyaku." Ayleen menyebikkan bibir, tahu jika Ibra hanya sedang menggombal saja.
Ting tong ting tong
"Siapa Kak yang dateng?" tanya Ayleen.
"Gak tahu, aku lihat dulu." Ujar Ibra sambil beranjak menuju pintu.