Ho Chen ditakdirkan memiliki kekuatan di atas alam Dewa, dia berguru kepada Feng Ying yang menjadi legenda di masa lalu.
Namun untuk mencapai kekuatan tersebut tidaklah mudah.
Dengan berlatih di bawah bimbingan Feng Ying, Ho Chen telah berhasil menjadi pendekar hebat di usia yang masih muda.
Pada saat itulah gurunya memberi ujian untuk pergi berpetualang, petualangan yang akan memulai semuanya...
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon adicipto, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Taman Energi Bunga
“Kamu sungguh keterlaluan saudara Chunying, jangan kamu fikir aku akan membiarkan mu bertindak sesuka hatimu,"
Wang Chunying tidak mau mendengarkan kata kata Kang Jian, dia segera melesat dan mengarahkan tapak ke arah Ho Chen
“Teknik Neraka - Tapak Raja Api,"
Telapak tangan Wang Chunying berubah merah menyala. Dengan kecepatan tinggi tapak Wang Chunying sudah mendekati Ho Chen.
Jian Heeng tidak sempat bergerak menyelamatkan Ho Chen. Sedang pukulan Kang Jian pun juga sudah hampir mendekati Wang Chunying.
“Teknik Petir - Sambaran Dewa Petir,"
“Teknik Ilusi - Bayangan Cermin,"
“krakk...!"
"Jdeerrr....!"
Saat bersamaan tapak Wang Chunying mengenai dada Ho Chen. Namun Ho Chen pecah seperti kaca, dan pukulan Kang Jian tepat mengenai punggung Wang Chunying sehingga ledakan seperti suara petir.
Seluruh tempat di dalam sakte bergetar seolah-olah ada gempa, suara yang menyerupai Halilintar terdengar hampir oleh seluruh penghuni sakte.
Liu Yin dan Liu Wei yang hampir tiba berhenti seketika. Raut wajah Liu Yin semakin memburuk. Dia tau getaran dan ledakan yang ia rasakan adalah suara pertempuran. Liu Yin segera secepat mungkin bergerak.
Saat hampir tiba, dia melihat beberapa petinggi dan pendekar tingkat tinggi lainnya juga menuju ke rumah Kang Jian.
“Apa aku sudah terlambat?" Liu Yin dan yang lainnya tiba namun tempat itu sekarang penuh dengan debu yang beterbangan.
Setelah agak terang, terlihat Kang Jian yang masih berdiri, Wang Chunying juga, namun terluka, di depannya sebuah cermin retak dan terbakar, Jian Heeng hanya mematung.
“Uhuk.. uhuk.. uhuk...! perubahan energi? Kau sudah bisa menguasai perubahan energi?" Wang Chunying kaget dan batuk darah.
Dia tidak menyangka serangan tapaknya ternyata menghantam sebuah kaca tebal. Kang Jian juga sama kagetnya. Sedangkan Jian Heeng segera berlari ke belakang kaca yang retak.
Saat tiba di belakang cermin, dia lebih kaget dari yang lainnya. Biar pun Ho Chen berhasil membuat cermin sebagai penghalang, namun energinya tidak cukup untuk menahan kekuatan energi yang Wang Chunying lepaskan.
Ho Chen terbaring lemas darah keluar dari bibirnya, sedang dadanya sedikit menghitam akibat terbakar. Ho Chen berusaha bangun dengan bantuan Jian Heeng, Ho Chen terjatuh dan tidak sadarkan diri.
Baik Kang Jian, Liu Yin, Jian Heeng, semua petinggi dan sesepuh menjadi begitu murka, dan melepaskan aura energi kematian secara bersamaan.
“Lebih baik kamu mati Wang Chunying, kamu sudah membuat kehancuran di sakte ini, dengan melukai guru besar kita," Kang Jian melepaskan seluruh energinya begitu juga yang lain.
Goncangan semakin dahsyat akibat seluruh jagoan melepaskan kekuatan energinya secara bersamaan. Langit tertutup awan gelap, petir menyambar kemana-mana.
Wang Chunying begitu mendengar Kang Jian menyebut Ho Chen sebagai guru besar mereka, langsung kaget dia bingung dan juga penuh tanda tanya.
Ketika Kang Jian dan yang lainnya hampir maju bersamaan. Wang Chunying segera menarik energinya dia berdiri dan berbicara.
“Apa maksud kalian guru besar kita? Sebelum kalian membunuhku ceritakanlah dulu kepadaku, Agar aku bisa mati dengan tenang!"
Mereka semua berhenti, mereka merasakan aura energi kematian Wang Chunying juga sudah tidak ada, setelah beberapa saat baru mereka sadar kalau Wang Chunying memang belum mengetahui siapa Ho Chen sebenarnya.
***
“Dimana aku..? Apa aku sudah mati..?" Ho Chen membuka mata, dia tidak merasakan sakit dan sesak lagi di dadanya.
Ho Chen duduk dan melihat ke sekelilingnya. Dia melihat taman bunga yang sangat luas. namun di bawahnya bukan tanah biasa, tanahnya berwarna putih terang. setiap kali dia menginjak tanahnya, maka akan ada debu yang berterbangan, debunya sangat halus harum.
“Ini bukan duniaku! jadi aku benar-benar sudah mati," Ho Chen tersenyum kecut. Dia tidak menduga mati begitu cepat. Dia belum bisa membalas kematian orang tuanya dan seluruh orang-orang yang mati di Desa Air Bukit.
Ho Chen berjalan mengikuti jalan kecil di tengah-tengah bunga. Setelah jalan cukup lama Ho Chen tidak menemukan siapa-siapa bahkan kupu kupu pun tidak ada.
“Apa ini yang disebut surga? Kenapa sepi sekali,"
Ho Chen berniat untuk kembali saat membalikkan badan, dia melihat dinding hitam tepat di belakangnya.
"Ha…! Kenapa begini?" Ho Chen merasa kesal, dia merasa hidup susah matipun lebih susah.
Karena tidak ada jalan lain, Ho Chen melanjutkan kembali perjalanannya mengikuti jalan kecil tersebut.
Setelah jauh berjalan, dia melihat ada seseorang dengan memakai jubah serba putih duduk memandang langit. Ho Chen mendekat, dan sesekali juga ikut memandang langit.
“Per-permisi sa- saya…!"
"Ssssstttt,"
Ho Chen berbicara dengan gugup, namun orang itu hanya mengangkat jarinya ke bibirnya menandakan untuk diam.
Ho Chen langsung diam, dia juga kadang melihat ke langit, dia bingung apa yang di pandang di langit.
Setelah cukup lama Ho Chen merasa tidak tahan, dia segera membungkuk dan berniat untuk pergi. Saat akan melangkah orang tersebut mulai berbicara.
“Orang yang tidak bersabar, tidak akan pernah mencapai tujuannya. Orang yang terlalu percaya diri, tidak akan pernah melihat hasilnya,"
Orang itu menoleh ke Ho Chen lalu tersenyum, Ho Chen menjadi merasa bingung dengan maksud orang tersebut.
“Maafkan saya senior, nama saya Ho Chen. Saya baru mati dan baru tiba di sini, jadi saya tidak tau nama tempat ini!"
“Tempat ini adalah Taman Energi Bunga. Disini adalah Alam dunia yang berbeda dari Alam duniamu," Lalu orang itu menatap Ho Chen. “kamu tidak perlu memanggilku senior, panggil saja aku Yu. Dan satu hal lagi kamu belum mati,"
“Kalau saya belum mati, kenapa bisa berada disini, bukankah seharusnya saya ada di Bukit Halilintar?" Ho Chen semakin menjadi bingung.
Kemudian Yu menjelaskan kalau saat ini tubuhnya masih disana namun roh energinya lah yang ada di sini, lebih tepatnya ini di bawah alam Kesadaran Ho Chen. Cukup lama Ho Chen berbicara dengan Yu, tanpa terasa sudah 3 hari dia di sana.
“Jadi kalau ingin keluar dari tempat ini saya harus menyerap semua energi didunia ini?"
“Benar energi dunia ini mencapai 4000, untuk bisa menyerapnya kamu harus membuka 4 dari 6 pintu Alam dalam dirimu dan 2 dari 4 pondasi,"
“Sekarang aku akan mengajarkanmu membuka pintu pertama yaitu pintu pemurnian," Yu terus memberitahu cara cara membuka pintu alam, dan pondasinya. Setelah satu Minggu berlatih Ho Chen berhasil membuka 4 pintu, dan 2 pondasi nya.
“Bagus, ternyata memang benar kamulah yang dipilih. Aku sudah mengajarkanmu, sisa 2 pintu dan 2 pondasimu saat kita bertemu lagi akan menyempurnakannya. Sekarang hisaplah energi ini, aku akan pergi,'
Selesai berkata demikian, Yu berubah menjadi butiran cahaya. Ho Chen membungkuk ke arah Yu menghilang.
“Terima kasih senior Yu," Ho Chen kemudian mulai meditasi.