Ibrahim anak ketiga dari pasang Rendi dan Erisa memilih kabur dari rumah ketika keluarga besar memaksanya mengambil kuliah jurusan DOKTER yang bukan di bidangnya, karena sang kakek sudah sakit-sakitan Ibrahim di paksa untuk menjadi direktur serta dokter kompeten di rumah sakit milik sang kakek.
Karena hanya membawa uang tak begitu banyak, Ibrahim berusaha mencari cara agar uang yang ada di tangannya tak langsung habis melainkan bisa bertambah banyak. Hingga akhirnya Ibrahim memutuskan memilih satu kavling tanah yang subur untuk di tanami sayur dan buah-buahan, karena kebetulan di daerah tempat Ibrahim melarikan diri mayoritas berkebun.
Sampai akhirnya Ibrahim bertemu tambatan hatinya di sana dan menikah tanpa di dampingi keluarga besarnya, karena Ibrahim ingin sukses dengan kaki sendiri tanpa nama keluarga besarnya. Namun ternyata hidup Ibrahim terus dapat bual-bualan dari keluarga istrinya, syukurnya istrinya selalu pasang badan jika Ibrahim di hina.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Hafizoh, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Bab 31
Kabar Bu Ani kecelakaan akhirnya sampai juga pada Arham, tapi bukan Arka yang memberitahu melainkan Arumi. Arham pun berniat akan pulang ingin melihat kondisi ibunya, Arumi tentu tak punya hak untuk melarang Arham pulang. Bagaimana pun Bu Ani adalah ibu kandung Arham, jadi Ibrahim mengizinkan Arham untuk pulang.
"Kamu gak pengen jenguk ibu lagi?" tanya Ibrahim pada istrinya
Arumi yang sedang membaca novel di aplikasi online langsung menoleh ke arah suaminya, lalu menggeleng sebab saat ini Arumi masih tidak mau terlibat pada ibu tirinya. Karena jika Arumi kembali melihat ibu tirinya, yang ada pasti dirinya dapat penolakan tentu Arumi tak mau membuat hatinya sakit lagi.
Ibrahim paham bagaimana rasa sakit yang di rasakan oleh istrinya itu, maka dari situ Ibrahim tidak memaksa istrinya untuk menjenguk ibu tirinya. Ibrahim duduk samping istrinya lalu mencium pucuk kepala istrinya dengan lembut, mendapat perlakuan lembut seperti itu membuat Arumi semakin mencintai suaminya.
Di sisi lain Arka yang sejak tadi menunggu kedatangan Arham di depan ruang rawat Bu Ani, kini bernapas lega ketika melihat kedatangan Arham. Arka karena bisa kembali bekerja setelah satu minggu Arka cuti kerja untuk mengurus Bu Ani, beruntung bosnya memaklumi posisi Arka yang keluarganya dapat musibah.
"Kamu apa kabar?" tanya Arka
"Alhamdulilah, aku baik-baik saja" jawab Arham lalu mencium punggung tangan Arka dengan takzim
"Ibu sendirian di dalam, Laras gak bisa menemani ibu karena masih pemulihan juga. Makanya Laras Mas suruh di rumah saja bersama ART, ayo masuk" ujar Arka sembari menepuk pundak Arham
Arham mengangguk lalu melangkah masuk ke dalam ruang rawat ibunya, di dalam ruangan terlihat Bu Ani sedang berbaring dengan mata terpejam. Tiba-tiba mata Arham memanas, Arham sedih melihat kondisi ibunya yang sangat memperihatinkan. Dengan langkah pelan Arham menghampiri ranjang ibunya, ketika berada di dekat ibunya terlihat jelas bahwa wajah ibunya sangat pucat dan tirus.
"Ibu" panggil Arham dengan suara gemetar, Bu Ani membuka matanya saat mendengar namanya di panggil.
"Arham, ini beneran kamu nak? Ibu gak lagi bermimpi kan?"
Bu Ani memegang kedua pipi Arham dengan air mata mengalir saat melihat anak bungsunya ada di hadapannya, Arham mengangguk lalu mencium punggung tangan ibunya dengan takzim. Setelah itu, Arham memeluk ibunya sembari menangis dan meminta maaf sudah meninggalkan ibunya.
Bahu Arham bergetar, Arham sangat menyesal telah meninggalkan ibunya. Jika saja Arhan tahu musibah yang akan menimpa ibunya, tentu saja Arham memilih tinggal dengan ibunya dan tak jadi pergi ke luar kota hanya untuk kepentingan dirinya sendiri dengan alasan ingin menyembuhkan luka di hatinya.
"Gak Arham, ini bukan salah kamu nak. Ini semua sudah takdir"
Bu Ani tidak ingin Arham merasa bersalah, Arham masih menangis di pelukan ibunya. Arka yang melihat pemandangan itu pun ikut menangis, karena tidak sanggup melihat itu semu Arka memutuskan keluar dari ruangan tersebut. Setelah puas memeluk tubuh anak bungsunya, Bu Ani menghapus air mata Arham.
"Bagaimana kabarmu, nak? Kamu terlihat kurusan? Apa makanan di luar negeri tidak sesuai dengan lidahmu?" Bu Ani memegang pipi Arham, Arham terdiam dan merasa bersalah sudah membohongi ibunya.
"Tidak Bu, aku hanya lelah bekerja" jawab Arhan menunduk
"Maafin ibu ya, gara-gara ibu kamu sampai bekerja di negara orang. Jika saja ibu tidak mengadaikan sertifikat rumah, pasti kamu tidak perlu pergi jauh-jauh"
"Tidak bu, ini bukan salah ibu. Ini salah aku, ibu tidak perlu memikirkan itu lagi. Sekarang ibu fokus dengan kesehatan ibu saja" ujar Arham, Bu Ani menatap ke arah kakinya yang masih di perban.
"Ibu tidak ada semangat untuk hidup, ibu sudah kehilangan satu kaki. Ibu tidak bisa membayangkan, bagaimana para tetangga menertawakan ibu" Bu Ani mengatakan kegelisahannya selama ini
"Bu, tidak ada yang berani menertawakan ibu. Kalau memang ibu takut ada yang mencemooh ibu, kita pindah rumah saja" ucap Arham menggenggam tangan ibunya yang sudah keriput
"Ibu punya dosa apa ya? Hingga dapat musibah seperti ini?" tanya Bu Ani lirih, Arham menghapus air mata ibunya.
"Ibu harus ikhlas, aku yakin ibu bisa melewati ini semua. Ibu tenang saja, aku akan tinggal dengan ibu lagi. Aku bahkan sudah mengundurkan diri, aku akan selalu bersama ibu jadi kita berjuang sama-sama ya bu"
"Ibu akan coba"
Arham tersenyum, Arham memang sudah mengatakan pada Ibrahim kalau tidak akan pergi lagi. Arham akan fokus mengurus ibunya sampai sembuh, sementara Arka tak mungkin bisa fokus mengurus ibunya karena memiliki urusan rumah tangga sendiri apalagi Laras juga belum sembuh total.
Ibrahim juga sudah mengizinkan Arham yang berhenti mengurus kebun miliknya, tapi Ibrahim mengatakan jika suatu saat Arham ingin pergi lagi dengan senang hati Ibrahim memperbolehkan. Arumi pun sudah tahu kalau Arham tidak bisa mengurus kebun milik suaminya lagi, karena ingin fokus mengurus Bu Ani.
[Mbak mau gak kasih sertifikat rumah pada ibu?] Arham mengirimi Arumi masalah sertifikat rumah
[Mbak gak akan kasih sertifikat rumah pada ibu, jadi maaf ya Arham. Mbak tidak bisa mengabulkan kemauan kamu] Arumi tentu menolak setelah tahu soal ibu tirinya
[Kenapa Mbak? Kasihan ibu, Mbak tenang saja sertifikat itu aku yang akan simpan] bujuk Arham
[Maaf Arham, Mbak tidak bisa. Jika sudah waktunya Mbak akan kasih ke kamu tapi tidak sekarang, jadi Mbak harap kamu bisa mengerti]
Arham hanya membaca pesan dari Arumi itu, Arham menarik napas lalu memandang ke arah ibunya yang sedang tidur. Arham pikir kalau sertifikat itu ada padanya tentu akan membuat ibunya senang dan memiliki semangat hidup lagi, tapi Arham tidak tahu kalau Arumi menolak permintaannya.
Arham belum tahu sama sekali bahwa Arumi bukan anak kandung Bu Ani, Arumi memang belum bercerita apapun tentang dirinya sebenarnya u pada Arham. Karena menurut Arumi waktunya belum pas bercerita pada Arham, masalah sertifikat Arumi berjanji tetap akan memberikan sertifikat itu pada Arham.
.
.
.
"Bagaimana kabar ibu?"
"Ibu sudah lebih baik karena kehadiran Arham, jadi kita bisa bernapas lega. Akhirnya ibu mulai mau bicara setelah kehadiran Arham, ibu memang sangat menyayangi Arham"
"Syukurlah, kapan kita bisa liburan Mas. Laras bosan di rumah terus, Laras kan sudah lebih baik?"
"Sabar ya, sayang. Kamu tahu sendiri aku baru cuti satu minggu karena mengurus ibu dengan kamu, nanti kalau kamu sembuh kita bisa jalan-jalan ke tempat yang kamu mau. Mas janji, jadi jangan sedih ya" ujar Arka pada istrinya sembari mencium kening istrinya
happy ending juga....
cerita yg bagus