" Dia tidak mencintaimu, dia mencintaiku. Dia tidak ingin menikahi mu, akulah satu-satunya wanita yang ingin dia cintai. Kami saling mencintai, tapi karena beberapa hal kami belum bisa mewujudkan mimpi kami, berhentilah untuk menolak percaya, kami sungguh saling mencintai hingga nafas kami berdua amat sesak saat kami tidak bisa bersama meski kami berada di ruang yang sama. " Begitulah barusan kalimat yang keluar dari bibir indah wanita cantik berusia tiga puluh tahun itu. Tatapan matanya nampak begitu sendu dan ya tega mengatakan apa yang baru saja dia katakan. Rasanya ingin marah Ana mendengarnya, tapi bisa apa dia karena nyatanya memang begitu.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon dewi wahyuningsih, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
BAB 34
Kendra dan Moana tanpa sadar terus mengobrol menceritakan banyak hal di luar tema awalnya yang hanya tentang orang tua Moana dan Soraya. Mereka terus mengobrol hingga sampailah pembahasan tentang Soraya. Moana mengakui bahwa Soraya sering datang untuk melihat bagaimana keadaan Ibunya, tapi tidak pernah lebih dari tiga puluh menit. Dengan alasan Kendra mengajaknya makan siang, atau pergi ke tempat wisata, atau sering juga Soraya mengatakan kepada Orang tuanya bahwa Soraya pergi belanja untuk membeli perlengkapan Kendra. Aneh, tapi Kendra sama sekali tak menunjukkan betapa dia sangat mencurigai istrinya itu. Benar-benar semakin kecewa sudah Kendra di buatnya, dengannya Soraya menggunakan orang tua untuk bisa keluar dari rumah bahkan sampai sering sekali pulang malam, dengan orang tuanya dia menggunakan Kendra untuk bisa meninggalkan rumah agar orang tuanya tidak curiga. Kalau sudah begini, bagaimana dia bisa berpikir positif terus?
" Kak, makanan ku sudah selesai nih! Aku pamit duluan tidak apa-apa kan? Aku takut Ibu menunggu. "
" Iya. "
" Ya sudah, aku pamit dulu ya kak? " Moana menyodorkan tangannya meminta Kendra untuk menyambut, setelah itu Moana mencium punggung tangan Kendra. Itu adalah hal yang biasa karena Moana memang sangat sopan dan hormat kepada orang tua, Soraya, juga dia sebagi Kakak ipar.
" Moana, kau sudah dapat pekerjaan? " Tanya Kendra sebelum Moana melangkahkan kakinya.
Moana tersenyum, lalu menggeleng dengan tatapan pilu. Kenapa? Itu karena dia merasa malu dengan Kakak iparnya yang tak lain adalah Kendra. Sedari dulu Kendra banyak sekali mengeluarkan uang untuk orang tuanya, bahkan biaya kuliahnya juga Kendra yang membayarkannya. Tentu sebagai anak dia ingin menopang kebutuhan orang tuanya sendiri dan tidak bergantung kepada kakak iparnya.
" Kau mau bekerja di tempat kakak tidak? "
Moana terdiam sebentar, dia bukannya tidak ingin, tapi dia takut jika perasaannya akan semakin menjadi kalau mereka lebih sering bertemu. Tapi kalaupun menolak, dia juga merasa tidak enak dengan itu.
" Kau mau kan? Sikapnya di pusat sedang kekurangan orang. Gampang saja kok bekerjanya, kau hanya perlu mencatat apa saja yang habis, lalu membuat laporan untukku seminggu sekali. Kalau ada waktu senggang kau bisa membantu melayani pembeli juga yang datang kesana. "
Moana tersenyum.
" Iya kak. Kapan aku bisa bekerja? "
" Sebisa mu, dan jangan terpaksa karena aku yang mengajakmu bekerja ya? "
" Tidak kok kak, bekerja juga sudah seharusnya dari pada hanya menganggur saja. "
" Oke, aku tunggu ya? "
" Iya. "
Setelah berbincang dengan Moana selesai, Kendra kembali ke supermarket tekstil miliknya, atau biasa dia akan menyebutkan toko pusat. Sesampainya dia disana, dia kembali memikirkan tentang Soraya, dan karena pada ujungnya kepalanya terasa sakit, Kendra memilih untuk meraih daftar penjualan hari ini, serta melihat apa saja yang sudah habis stoknya.
***
Soraya begitu gelisah tak bisa tenang memikirkan bagaimana kedekatan Jordan dan Ana yang semakin lengket. Jordan, pria itu dulu begitu patuh setiap dia meminta atau memerintah. Jordan hanya akan mengangguk patuh, tersenyum dan meminta maaf tidak perduli Soraya atau dia yang salah. Dulu Jordan begitu angkuh dan acuh saat ada gadis cantik yang menggodanya, tapi kenapa Jordan menjadi Patih kepada Ana? Kalaupun hanya untuk pura-pura, apakah itu penting karena tidak ada siapapun di sana kecuali dia selain Ana dan Jordan sendiri?
" Kenapa semuanya jadi kacau begini? Padahal Ibuku sudah mulai sembuh, kenapa Jordan malah berubah? Tidak, aku tidak bisa diam saja, Jordan pasti hanya kesal karena aku sudah terang-terangan menunjukkan betapa mesranya hubungan ku dengan Kendra. Aku harus mengakhiri semua ini, baru aku bisa tenang, dan aku yakin Jordan tidak akan mungkin menolak kalau aku sudah lepas dari tali pernikahan ini. "
Soraya meraih ponselnya, dia berniat menghubungi pengacara yang sudah di siapkan Jordan untuk mengurus semua hak yang dibutuhkan untuk Soraya mengajukan perceraian. Tapi niatnya terpaksa gagal saat Moana menghubungi dan memintanya datang karena Ibu dan Ayah mereka merasa rindu dengan Soraya. Sempat merasa sebal, tapi sekarang dia harus pergi ke rumah orang tuanya dan mengurungkan niatnya itu.
Sesampainya di sana, Moana tersenyum menyambut kedatangan kakaknya, lalu mempersilahkan Soraya untuk masuk.
" Eh, Ibu memasak? Atau kau yang masak? " Tanya Soraya begitu melihat makanan sudah ada di meja. Dia menatap Ibunya dan Moana. bergantian untuk bertanya siapa yang memasak makanan itu.
" Bukan kak, ini pesan dari restauran yang biasa Ibu dan Ayah makan. Tadinya aku cuma lesan sedikit, tali karena bertemu kak Kendra, jadi aku jadi bawa banyak sesuai yang dipesan kak Kendra. " Jawab Moana seraya mengambil posisi duduk.
" Kendra itu benar-benar sangat pengertian ya? Ibu merasa bahagia sekali memiliki menantu serasa anak kandung seperti Kendra. " Ucap Ibu tersenyum senang.
" Iya, kita beruntung karena Soraya dinikahi pria sebaik Kendra, dia juga mencintai keluarga dari anak kita. " Timpal sang Ayah.
" Ya sudah, sekarang makan saja dulu ya? Ini kan makanan kesukaan kakak juga, makanya Ibu bilang rindu karena makanan ini. " Ucap Moana kepada Soraya yang sedari tadi hanya bisa melamun begitu seluruh keluarga memuja Kendra.
Moana dengan telaten menyendok kan nasi ke pring Ayah, Ibu, dan kakaknya. Setelah itu dia duduk tanpa makanan di hadapannya dan membuat Soraya serta yang lainnya merasa bingung.
" Moana, kau tidak makan? " Tanya Soraya.
" Tidak kak, tadi aku sudah makan bersama dengan Kak Kendra. "
Soraya mengeryit mendengar kalimat yang keluar dari mulut Moana.
" Kau? Makan dengan Kendra, hanya berdua saja? "
Moana mengangguk dengan perasaan tak enak, padahal dia jujur karena tidak ingin ada salah paham, tapi sepertinya niat itu malah menjadi terbalik.
" Em, aku kan tidak sengaja bertemu kak Kendra kak. Dia bilang tidak seru kalau makan sendirian, jadi meminta ku untuk menemani sembari menunggu makanan yang aku pesan ini. "
Soraya terdiam memikirkan bagaimana Kendra berubah sikap akhir-akhir ini. Bukanya kalau dia merasa bosan ketika makan sendirian dia akan menghubungi Soraya untuk menemani? Kenapa juga dia merasa tak suka? Bukankah dia tidak mencintai Kendra? Sebenarnya kenapa dia merasa tidak suka?
" Kak, jangan salah paham ya? Aku tidak ada maksud buruk kok. "
Soraya memaksakan senyumnya tak ingin menunjukkan apa yang hatinya rasakan.
" Oh iya, kak Kendra juga memintaku untuk bekerja di tempatnya. "
Soraya semakin kaget dibuatnya. Dulu Kendra sangat menghormatinya, apalagi kalau hubungannya dengan keluarganya, Kendra pasti akan membicarakan terlebih dahulu dengannya. Aneh, Kendra benar-benar berubah menjadi aneh dan tidak seperti biasanya.
" Pergilah, nak. Kendra itu sudah banyak membatu kita, anggap saja kau sedang balas Budi. "
Moana tersenyum dan mengangguk.
" Tidak boleh! Jangan mengandalkan dia terus! " Bantah Soraya.
Bersambung.
..maaf Thor AQ tinggal dulu ya sebenarnya suka tp masih kurang greget