Eldric Hugo
Seorang pria penderita myshopobia. Dalam ketakutan akan hidup sebatang kara sebagai jomblo karatan.
Tanpa sengaja ia meniduri seorang pria yang berkerja di club, dan tubuhnya tidak menunjukkan reaksi alergi.
Karina seorang gadis yang memilih untuk menyamar menjadi laki-laki, setelah dia kabur dari orang yang hendak membelinya. Karina di jual oleh ibu yang mengasuhnya selama ini.
Akankan El mengetahui siapa sebenarnya sosok yang bersamanya. Keppoin yuk
Ada dua kisah di sini semua punya porsinya masing-masing.
Happy reading 🥰🥰
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Realrf, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Pertanyaan sulit
Malam telah datang, malam ini begitu indah dengan sinar penuh rembulan. Beberapa pasangan tampak menghabiskan waktunya dengan sekedar berjalan-jalan di pinggir jalan, tertawa dan saling bergandengan tangan. Eldric tersenyum kecut melihat pemandangan itu dari dalam mobilnya.
Hal yang sangat lumrah bagi tiap manusia. Berpasangan, saling mencintai berbagi kasih, suka dan duka bersama pasangannya. Namun, bagi Eldric semua itu seperti mimpi yang sulit untuk di wujudkan. Eldric mengembuskan napas kasar, ia memalingkan pandangannya dari luar beralih ke ponselnya. Sudut bibirnya terangkat memandang sebuah foto pria yang tampak dekil dan kecil.
Apa aku harus pindah haluan. Hah ... pikiran macam apa ini.
Eldric segera mematikan ponselnya. Ia menggelengkan kepalanya cepat, untuk menghilangkan pikiran yang mulai tidak beres.
"Tuan kita sudah sampai," ucap Joe saat mobil mereka sudah berhenti di pelataran mansion Eldric.
"Hem," sahutnya.
Eldric langsung turun dari mobilnya, lalu bergegas masuk ke dalam mansion. Mansion ini terletak cukup jauh di pinggiran kota, tempat yang tidak sibuk dengan seru mesin dan asap pabrik. El melangkahkan kakinya lebar, ia masuk setelah kedua daun pintu di buka otomatis oleh dua penjaga yang berdiri di depan pintu.
Setelah El masuk seorang kepala pelayan menyambutnya. Pria paruh baya itu membungkuk hormat pada Eldric dan Joe yang berdiri di belakangnya.
"Apa Tuan ingin makan malam sekarang?" tanya pria itu.
"Aku ingin mandi dulu. Siapkan sup jagung, aku ingin makan sesuatu yang manis," ucap Eldric.
"Baik, Tuan."
El melanjutkan langkahnya, menaiki tangga melewati dua penjaga yang ada di kanan kiri tangga itu. El menghela nafas panjang, kemudian mengedarkan pandangannya ke sekeliling. Beberapa penjaga dan asisten rumah tangga yang ad di sana lalu pandangannya pada Joe yang berdiri di belakangnya.
"Kenapa kalian semua laki-laki?" keluh Eldric kemudian melanjutkan langkahnya.
Joe yang mendengar ucapan Tuannya mengerutkan keningnya. Bukankah sejak dulu mereka memang laki-laki, apakah Joe dan para pekerja di rumah ini harus bermetamorfosis?
Joe pun segera mengikuti langkah Tuannya. Ia pun segera masuk ke dalam kamar Eldric, ia terkejut saat mendapati Eldric duduk melamun di sofa yang ada di sana. Menatap jauh pada bintang dari balik jendela kaca.
"Tuan, apa anda ingin mandi sekarang?" tanya Joe gugup, ia takut menganggu lamunan Tuannya.
"Pergilah, biarkan Berto yang menyiapkannya," jawab Eldric tanpa mengalihkan pandangan dari langit malam itu.
"Baik Tuan, saya akan segera memanggilnya." Joe membalikkan badannya hendak melangkah keluar. Namun, langkahnya terhenti saat El memangilnya.
"Joe."
"Iya Tuan." Joe membalikkan badannya kembali.
"Apa pendapatmu jika aku seorang Gay?"
Glek.
Pertanyaan macam apa ini Tuan, bukankah selama Tuan sudah berusaha untuk bisa berdekatan dengan wanita, kenapa sekarang anda mau putar haluan. keluh Joe dalam hatinya.
"Joe kau mendengar ku?" tanya El lagi, karena Joe tak kunjung menjawab pertanyaannya.
"I - iya Tuan," jawab Joe tergagap.
"Jawab pertanyaanku!" titah El tak terbantahkan. Kali ini ia menatap asisten sekaligus temannya itu dengan tajam.
"Maafkan saya Tuan, tapi saya kurang setuju dengan hal seperti itu," jawab Joe apa adanya.
"Aku juga, tapi aku tidak tahu apa yang akan terjadi esok hari. Bagaimana kalau seandainya Tuhan mentakdirkan seorang laki-laki sebagai pasanganku," ucap El diakhiri dengan sebuah senyum miring di bibirnya.
"Setiap mahluk pasti berpasangan Tuan, tinggal bagaimana Tuhan akan mempertemukan mereka. Anda harus yakin tentang itu."
Hua aku sangat bijaksana hari ini, gumam Joe bangga pada dirinya sendiri.
"Kau pasti sedang memuji dirimu sendiri dalam hati, iyakan."
Joe menyengir sambil menggaruk tengkuknya yang tidak gatal.
"Saya permisi Tuan." Joe membungkukkan tubuhnya lalu segera keluar dari kamar El.
El tersenyum tipis memikirkan hal terkonyol yang pernah singgah dalam otaknya. Tapi, mungkinkan itu terjadi. Bagaimana kalau memang El berjodoh dengan pria kerempeng itu.
"Hah ... Mak bener bener tidak adil, setidaknya berikan jodoh pria yang sedikit rupawan sebagai pasanganku."
"Pada siapa aku bicara sebenarnya?" El mengerutkan keningnya, tubuhnya tiba-tiba terasa dingin. Bulu ketiaknya seketika berdiri.
☀️☀️☀️☀️☀️☀️☀️☀️☀️
Jakarta pagi ini, seperti biasa panas dan padat. Kadar oksigen sepertinya memang sangat kurang di ibukota ini. Eldric sudah berada dalam mobilnya, jomblo karatan ini sudah terbiasa dengan macet dan segala ritual pagi yang ada di jalan raya ini.
Ia duduk santai di belakang dengan kacamata hitam yang nangkring di hidung mancung miliknya. Joe terdengar beberapa kali menghembuskan nafas kasar, sambil mengetuk ngetukan jari di kemudi.
Mata El melebar, pandangannya tertuju pada seseorang pria yang sedang berjalan di tepi jalan raya. Memakai kemeja warna maroon lengan panjang dan celana jeans, yang dipadu dengan sepatu olahraga warna hitam. Rapi, tapi tidak menambah nilai positif di wajahnya yang dekil.
Entah kenapa Eldric tidak bisa mengalihkan pandangannya dari pria itu. Pria kerempeng itu, orang yang sama yang telah ia tiduri. Masih terjebak macet membuat El bisa melihat pria itu lebih lama.
Pria itu tampak menyapa seorang gadis yang memakai seragam sekolah menengah atas. Tubuhnya agak lebih besar dari laki-laki itu, mereka berdua tersenyum lalu bergandengan tangan. Tanpa sadar tangan Eldric mengepal, melihat pria itu berjalan bergandengan dengan gadis belia. Mereka pun berjalan sambil mengayunkan tangan mereka yang saling bertautan.
"Apa yang dia lakukan? dasar brengsek!" umpat El lirih
"Apa Tuan mengatakan sesuatu?" tanya Joe.
Tidak ada jawaban. Joe pun melihat bayangan Tuannya dari spion mobil. Eldric tampak mengeraskan rahangnya. Meskipun El memakai kacamata hitam, tapi Joe yakin mata El pasti memerah karena marah. Hanya saja Joe tidak tahu penyebabnya.
Setelah cukup lama perjalanan. Akhirnya Mereka sampai di kantor.
Seharian mood Eldric sangat buruk. Ia tidak bisa fokus berkerja, semua laporan pekerjaan yang di kerjakan oleh karyawannya semua salah di mata El, dan yang kena imbasnya tentu saja Joe.
"Apa ini Joe? kenapa semua bisa seperti ini!" El melempar laporan keuangan untuk ke sekian kalinya ke badan Joe
"Maaf, Tuan," hanya itu yang bisa Joe ucapkan. Ia tidak ingin membuat hati Tuannya lebih buruk.
"Sudahlah, kau urus semuanya. Aku mau pulang!" tegas El, Tuan besar itu berlalu begitu saja melewati asistennya.
"Saya antar pulang Tuan." Joe segera mengikuti langkah Eldric.
"Aku akan menyetir sendiri, jangan coba coba mengikutiku!" tegas Eldric.
"Ba- baik Tuan," Joe tidak bisa lagi membantah perintah Tuannya, tapi Joe akan tetap menyuruh seorang pengawal untuk membuntuti sang Tuan.
____
Yang sebenarnya Eldric lihat.
Hari ini Karina harus bolos sekolah, demi mencari perkejaan untuk menyambung hidupnya. Ia berjalan kaki menyusuri tepi jalan raya menuju sebuah cafe untuk melamar pekerjaan. Tak berapa lama berjalan seseorang menyapanya.
"Ka - eh, Rizky!" panggil Tiwi.
"Tiwi," sahut Karina, dengan senyum manisnya.
Mau cipika cipiki Karina menahan dirinya. Ia sadar dia sedang dalam mode Rizky. Tiwi meraih tangan sahabatnya itu.
"Kamu nggak sekolah?" tanya Tiwi.
"Bolos dulu deh, aku mau cari kerja. Lagian surat izin sakit baru kemarin kamu serahkan, jadi bisalah bolos dua hari lagi. Hehehe..."
"Emangnya kenapa cari kerja lagi, bukannya di club sudah enak?"
"Aku di pecat kemarin," jawab Karina sendu.
"Hem ... semoga cepat dapat kerja ya say."
"Amin, kita sarapan dulu yuk," aja Karina.
"Ok, masih pagi juga. Bubur ayam bang kumis enak kali ya."
"Ayo, kali ini aku yang traktir."
Mereka berdua pun berjalan memasuki sebuah gang dengan tetap bergandengan tangan.
________
Eldric melajukan mobilnya dengan kecepatan tinggi. Ia harus segera sampai di mansion untuk mencuci mata dan otaknya. Bayangan pria kerempeng itu tersenyum sambil bergandengan tangan dengan gadis belia itu masih terus berputar meracuni pikirannya.
"Argh .... dasar sial!"