"Punya mata nggak?" mengabaikan permintaan maafnya, orang itu malah membentak. Ia menatap Rahma benci. "Kalo punya tuh dipake baik-baik, jangan asal nabrak aja." Pemuda berwajah rupawan itu mendengkus keras, kesal tentunya. "Dasar aneh," ucapnya lagi.
Ridho Ahmad Wibowo dari awal sekolah sangat tidak suka dengan gadis bernama Rahma. Bahkan tak segan-segan membully walaupun gadis itu tidak salah apa-apa.
Namun, takdir berkata lain dimasa depan ia malah menikahi gadis itu dengan perjuangan yang tak mudah.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon WidiaWati, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Makan di kantin dengan sahabat
Di sekolah
Seorang pemuda dengan seragam sekolah turun dari mobil bersama dengan seorang gadis yang memakai kerudung berwarna putih berada di sampingnya. Mereka berjalan di koridor menuju kelas.
Di dalam kelas terlihat beberapa murid sudah ada di dalam.
"Sepertinya ada yang lagi bahagia nih," seru Indra melihat Ridho yang baru masuk ke dalam kelas.
Ridho hanya diam tak berkata apa-apa. Ia duduk di samping Indra meletakan tas nya di laci meja.
"Yah gue dikacangin," gumam Indra melirik ke arah Ridho.
"Bro."
"Hmm."
"Muka lo kenapa. Lo habis berantem sama siapa?" tanya Indra yang baru memperhatikan kalo ada banyak memar di muka sahabatnya itu.
"Nggak berantem sama siapa-siapa," sahut Ridho tanpa menoleh.
"Lah terus muka lo kenapa?"
"Habis di pukulin Doni," jawab Ridho kemudian.
"Kok bisa? Pasti dia main keroyok ya. Kurang ajar tuh si Doni. Nggak ada habis-habisnya cari masalah." Indra tampak emosi mendengar jawaban Ridho.
"Kita harus kasih tau anak-anak Rasta soal ini," sambung Indra.
"Nggak usah. Gue udah kasih pelajaran balik sama dia. Mukanya juga udah habis babak belur gue tonjok kemaren," sahut Ridho yang tampak santai. Ia mengambil buku di dalam tas lalu membacanya.
"Tapi tetap aja gue sama anak-anak yang lain nggak terima soal ini. Gue akan tetap kasih tau anak-anak Rasta yang lain." Indra masih kekeh dengan kata-katanya.
"Serah lo deh. Yang jelas gue lagi bahagia banget hari ini," ucap Ridho tersenyum menatap Rahma yang ada di depan sekilas lalu beralih ke bukunya.
Indra langsung berdiri dan keluar dari kelas 12 IPA B itu. Ia pergi menemui Tito dan temannya yang lain di kelasnya.
"Assalamu'alaikum." Indra mengucap salam sebelum masuk ke dalam kelas Tito.
"Wa'alaikum salam," sahut Tito dan yang lain.
"Tumben lo ke sini mau cari siapa?" tanya Tito yang tampak heran. Kenapa Indra datang ke kelasnya. Biasanya tidak pernah temannya itu ke kelasnya, melainkan dirinya yang ke kelas Indra bersama anak-anak yang lain, pikirnya.
Indra duduk di atas meja Tito lalu berkata, "Ketua kita di pukulin Doni kemaren."
"Apa?" Dino tampak terkejut sampai mengeraskan suaranya. Murid-murid di kelas itu menatap Doni dengan heran.
"Eh maap maap," ucap Dino cengengesan sambil mengatupkan kedua tangannya.
"Kok bisa ketua kita di pukulin Doni. Gimana ceritanya?" Fiko melontarkan sebuah pertanyaan pada Indra. Pemuda yang satu ini juga tampak terkejut tapi tak selebay Dino si wajah kocak itu.
"Gue juga nggak tau. Ridho hanya bilang dia di pukulin Doni. Dan dia juga bilang sekarang dia lagi bahagia banget katanya," jawab Indra memang tidak tau cerita yang sebenarnya.
"Habis di pukulin Doni kok dia bahagia. Aneh juga," ucap Dino menggeleng-gelengkan kepala. Apa yang membuat dia bahagia? Apa mungkin dia sudah gila begitu pikirnya.
"Dia bahagia itu bukan karna di pukulin Doni, tapi karna Rahma," sahut Indra yang memang merasa seperti itu kira-kira.
"Oh Rahma toh." Dino mengangguk mengerti.
"Yaudah nanti kita susun rencana buat balas Doni. Kalian semua harus datang ke basecame nanti malam," ujar Tito dia sudah tersulut emosi. Pemuda ini meninju meja hingga teman-temannya terperanjat kaget.
"Gila lo To. Jatung gue hampir saja copot." Dino memegang dadanya, ia terlihat sangat syok.
"Apa lo bilang gue gila? Berani lo sama gue?" tantang Tito memplototkan matanya ke arah Dino.
"Udah udah. Lo kenapa sih To? Musuh kita itu Doni bukan Dino. Kenapa lo jadi marah sama dia," ujar Indra yang merasa aneh dengan sikap Tito.
"Oh iya. Kenapa gue jadi marah sama Dino ya?" Tito sedikit berfikir.
"Udah ah gue ke kelas gue dulu." Indra meninggalkan kelas Tito lalu beranjak ke kelasnya.
"Assalamu'alaikum," ucap Indra saat masuk ke dalam kelasnya.
"Wa'alaikum salam," sahut beberapa murid di dalam kelas itu.
"Habis dari mana lo?" tanya Ridho saat Indra duduk di sampingnya.
"Habis dari kelas Tito."
"Ngapain?" tanya Ridho lagi.
"Bilangin lo di pukulin Doni kemaren."
"Kalian nggak lagi rencanain sesuatu kan?"
Belum sempat Indra menjawab guru yang mengajar pagi itu masuk ke dalam kelas.
"Pagi," sapa guru itu.
"Pagi Bu." murid di dalam kelas itu menyaut.
"Hari ini kita ulangan. Keluarkan kertas satu lembar dan kumpulkan catatan kalian ke depan," ujar guru itu.
"Baik Bu," sahut semua murid.
Jam istirahat Ridho mengajak Rahma makan di kantin. Hari ini mereka tidak membawa bekal seperti biasanya. Indra juga ikut dan mengajak Tito dan yang lainnya.
"Hai bidadari." Dino menyapa Rahma dengan senyuman manisnya.
"Apaan sih lo." Ridho menatap Dino dengan tatapan tak suka.
"Yaelah Bro. Gue cuma nyapa doang. Baperan banget jadi orang," ucap Dino.
"Udah udah jangan berantem. Mending kita pesen makanan. Gue udah laper banget nih," tukas Indra yang telah menahan laparnya sedari tadi.
"Yaudah kalian pesen makanan sepuas kalian. Biar gue yang bayar," ucap Ridho.
"Asik gratis. Kalo kayak gini gue jadi doyan makan nih," komentar Fiko.
Teman-temannya Ridho terlihat senang dan memesan makanan sebanyak-banyaknya.
"Kamu mau pesen apa?" tanya Ridho pada Rahma yang duduk di sampingnya.
"Mie ayam aja deh," jawab Rahma sedikit merasa canggung dengan kehadiran teman-temannya Ridho.
"Mpok mie ayam dua sama teh es dua," ucap Ridho memesan makanan.
Tak beberapa lama makanan yang dipesan Ridho dan teman-temannya pun datang. Mereka menyantap makanan dengan senang hati.
"Kalian udah pada baca doa belum?" tanya Ridho yang melihat temannya sudah menyantap makanan di atas meja kantin.
"Belum," sahut Tito menghentikan makannya.
"Yaudah baca doa dulu baru makan," ujar Ridho menatap teman-temannya satu persatu.
Mereka membaca doa dan melanjutkan lagi makan yang telah tertunda.
Ridho tersenyum melihat teman-temannya itu yang terlihat antusias. Mereka sudah lama sekali bersahabat.
"Sering-sering aja lo kaya gini, Bro. Biar uang jajan gue irit," ucap Indra cengengesan yang telah menghabiskan makanannya.
"Terima kasih banyak, Bro. Lo udah berbaik hati sama perut gue hari ini," kata Tito memegangi perutnya yang sudah terisi penuh.
"Sama-sama," sahut Ridho tersenyum.
"Itu soal Doni lo jangan ikut campur. Gue nggak mau kalian kenapa-kenapa gara-gara gue," pinta Ridho.
"Tapi Bro-
"Udah biar itu jadi urusan gue aja," sambung Ridho.
"Hmm baiklah," sahut Tito.
Malam ini cahaya bulan sangat terang. Ridho berdiri di balkon menatap langit, ia tersenyum melihat bulan purnama itu.
* * *
Jangan lupa like, komen, vote dan kasih rate 5 bintang juga ya ...
Terimakasih telah membaca😇