Di saat seorang pria tampan yang sedang tulus mencintai seseorang,tapi tiba-tiba saja pria tersebut di campakkan dan juga di hina oleh sang kekasih karena dirinya yang hidup serba kekurangan.
Dari situlah,dirinya memutuskan untuk tidak akan mau mencintai wanita lagi dan menutup hatinya untuk wanita manapun.Tapi belum sempat luka di hatinya sepenuhnya pulih,di saat itu juga,seorang wanita yang derajatnya sangat berbeda jauh dari dirinya yang jauh dari kata mewah,malah selalu terlibat di dalam kehidupannya dan perlahan-lahan berhasil membuka hatinya kembali.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon M.eliane, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Bab. 34
Dan perkataannya Pak tua tersebutpun mampu menghentikan gerakan tangannya Sebastian.Dan Sebastianpun langsung menatap tenang kearah Pak tua tersebut.
"Apa kamu sudah berubah pikiran,nak? " tanya Pak tua lagi,saat ia melihat Sebastian yang tidak jadi keluar dan terus menatap tenang kearahnya.
"Paman,aku tanya sekali lagi.Apakah paman benar-benar sadar,apa saja yang telah dikatakan oleh paman sedari tadi?" tanya Sebastian dengan nada santainya,sambil berusaha menahan rasa kesal dibalik wajah tenangnya.
Pak tua tersebutpun langsung mendengkus kesal,saat ia mendengar pertanyaannya Sebastian barusan.
"Tentu saja sudah.Bahkan,aku sangat sadar dengan apa yang telah aku katakan sedari tadi.Apa kamu sudah tidak memiliki pertanyaan yang lainnya lagi?" jawab Pak tua dan sekalian bertanya dengan wajah kesalnya.
"Pikirkan baik-baik lagi,aku akan memberimu waktu 1 minggu.Datanglah ke Mansionku,kalau kamu sudah berubah pikiran.Aku akan selalu menantimu di Mansionku..." lanjut Pak tua lagi,dengan cepat dan nada yang agak sedikit tinggi,saat ia melihat Sebastian yang langsung keluar dari dalam mobilnya tanpa berniat ingin menjawabnya lagi.
'Dasar Pak tua tidak waras' ucap Sebastian dengan menggerutu kesal didalam hatinya sambil menutup pintu mobil,saat ia mendengar kalimat panjang lebarnya Pak tua tersebut.Lalu iapun langsung berjalan masuk kedalam Restoran,sambil terus menggerutu kesal didalam hatinya.
'Apakah Pak tua itu tidak berpikir kalau aku tidak akan pernah sampai ke Mansionnya,kalau diriku saja tidak tahu alamatnya Mansion Pak tua itu.Lagi pula,buat apa aku memikirkan hal itu' batin Sebastian lagi,dengan perasaan kesal yang tidak juga mengurang,karena tidak habis pikir sama cara pikirnya Pak tua tersebut.
"Sebastian Sachdev Rendra,Jennifer pernah mengatakan padaku,kalau kamu adalah pria yang sangat lemah.Ternyata memang benar adanya,kamu memang benar-benar pria lemah" lanjut Pak tua lagi,dengan sedikit membuka jendela dan kepala yang sedikit keluar dari batas jendela mobilnya.Bahkan,ia juga menambah kata lemah didalam kalimat yang disampaikan oleh Jennifer padanya.
Ia sengaja memanas-manasin Sebastian,untuk mengeluarkan rasa kesalnya.Dan ia juga berharap kalau perkataannya barusan akan mampu merubah keputusannya Sebastian nanti.
'Dasar,sangat menyebalkan' batin Sebastian,masih dengan wajah yang terus menahan rasa kesalnya,saat ia memikirkan sikap menyebalkan Pak tua dan Jennifer yang hampir-hampir mirip.Langkahnya terhenti untuk beberapa detik,lalu ia kembali melanjutkan langkahnya kembali,tanpa menoleh kebelakang lagi.
"Dasar pria tidak tahu diuntung,dan keras kepala" ucap Pak tua tersebut,dengan nada lambatnya dan juga nada kesal yang tidak juga berkurang,saat ia melihat Sebastian yang hanya berhenti sejenak saja,dan mengabaikan perkataannya tadi.
"Ayo,kita pulang saja" lanjut Pak tua lagi,sambil menetralkan rasa kesalnya.
Sedangkan Asisten tersebut,ia langsung melajukan mobil dengan kecepatan sedang,sambil menahan tawanya saat ia melihat Tuannya yang masih saja menampilkan ekspresi kesal diwajahnya.
Apa lagi,saat ia melihat tingkah lucu Tuannya tadi.Tapi sejujurnya,ia merasa sangat senang dan juga sangat bahagia,karena Tuannya saat ini sudah terlihat lebih hidup dari pada sebelumnya,gara-gara kejadian naas yang telah menimpa istri dan putranya hari itu.
Didalam Restoran...
"Bas,apa kamu baik-baik saja?" tanya Erik dengan nada khawatirnya,sambil berjalan cepat untuk mendekati Sebastian yang baru saja sampai dan masuk kedalam Restoran.
"Iya,apa kamu baik-baik saja?" timpal Elisa,sambil mengikuti langkahnya Erik yang duluan telah menyadari kedatangannya Sebastian.
Sedangkan Elvan,ia hanya mengikuti langkahnya Erik sambil terus menelisik wajah tenangnya Sebastian yang terlihat sedang menahan kesal.
"Kalian berhenti disana,jangan mendekat.Atau akan aku patahkan semua kaki kalian" ucap Sebastian dengan nada tegasnya,dan ucapan tegasnyapun mampu menghentikan langkah kakinya Erik,Elisa dan juga Elvan.Padahal hanya tinggal 3 langkah saja, jarak mereka dengan dirinya.
"Saat ini,jangan mengangguku.Urus saja perkerjaan kalian sekarang" lanjut Sebastian lagi,dengan wajah tegasnya,sambil menatap ke 3 sahabatnya,dan terakhir berhenti diwajah bingungnya Erik.
Ia masih merasa kesal sama Erik yang telah menjebaknya tadi malam,dan juga sama Elisa dan Elvan yang malah ikut-ikutan seperti Erik.Ditambah lagi,dengan Pak tua yang sedari tadi terus saja mengatakan hal-hal yang aneh pada dirinya.
"Ingat,kalian ber 3 masih ada hutang sama aku.Jangan mengira,kalau aku sudah melupakannya" lanjut Sebastian lagi,dengan rasa kesal dibalik nada tegasnya.
Lalu ia langsung melanjutkan langkahnya kearah ruangannya yang sudah selesai diperbaiki itu,dan meninggalkan ke 3 sahabatnya yang masih berdiam diri ditempatnya tadi,dengan berbagai ekspresi diwajahnya mereka
"Apa kalian lihat? Ia pulang dengan selamat,tapi kenapa suasana hatinya malah menjadi semakin parah?" tanya Erik dengan nada herannya,saat ia melihat Sebastian yang terlihat begitu kesal tadi.
"Semua ini juga gara-gara kamu" jawab Elisa dengan nada kesalnya, sambil berlalu dari sana dan melanjutkan perkerjaannya yang masih tertunda tadi.Ia merasa sangat kesal,karena ulahnya Erik tadi malam,mereka menjadi harus ikut-ikutan merasakan rasa kesal dari Sebastian..
"Sekarang kita harus bagaimana?" lanjut Elisa lagi,dengan wajah yang memberengut kesal,sambil terus menatap bingung kearah punggung lebarnya Sebastian yang sedang menghilang dibalik pintu ruangannya Sebastian.
"Tentu saja,kita harus segera kembali berkerja.Apakah kalian berdua berniat ingin menambah perkerjaaan kalian lagi?" jawab Elvan dan juga bertanya dengan wajah kesal yang bercampur pasrah,saat ia memikirkan hukuman apa yang akan diberikan oleh Sebastian pada mereka nanti.
Lalu Elvanpun langsung berjalan kearah meja barnya,dan langsung diikuti oleh Elisa dengan Ekspresi wajah kesal yang sama seperti Elvan.
"Sayang,aku kan hanya melakukan apa yang aku anggap benar saja.Kenapa kalian semua,malah jadi menyalahkan aku,ini sangat tidak adil bagiku..." gumam Erik dengan nada pelan dan wajah kesalnya,lalu iapun segera mengikuti langkahnya Elisa dan melanjutkan perkerjaanya tadi.
Akhirnya mereka ber 3 pun melakukan perkerjaan mereka dengan ekspresi yang terus saja berubah-ubah,rasa penasaran,bingung,heran dan juga kesal selalu bersili ganti menghinggapi hati dan wajah mereka ber 3.
Didalam ruangannya Sebastian...
Terlihat Sebastian yang sedang duduk dikursi kerjanya,dengan posisi duduk yang terus berubah disetiap dalam 1 menit.
"Apa yang harus aku lakukan sekarang?" tanya Sebastian pada dirinya sendiri,dengan wajah kesalnya yang sudah bercampur Ekspresi bingung.
Ia berusaha untuk melupakan apa saja yang ia dengar dari Pak tua tadi,tapi nyatanya semua perkataannya Pak tua tadi,terus saja berputar-putar dipendengarannya saat ini.Belum lagi,kalimat-kalimat mutiara dari Jennifer tadi malam yang masih bisa ia ingat dengan baik.
Ntah kenapa, sekarang ia malah menjadi semakin bingung,antara mau menerima tawarannya Pak tua tadi atau tidak.Padahal sedari tadi ia sudah berusaha untuk tidak memikirkannya,karena ia tidak mau dirinya sampai harus berdekatan sama wanita yang sudah ia anggap sangat menyebalkan itu.
Padahal ia hanya perlu memilih saja,iya atau tidak.Tapi nyatanya,ia masih saja merasa sangat sulit untuk memutuskannya saat ini.
Setelah ia terus saja menampilkan wajah kesal dan juga bingung,selama 20 menit lamanya.Tiba-tiba saja ia tersenyum kecil,saat ia membayangkan kembali senyuman Jennifer yang terus terpancar saat sibuk balas membalas chat sama Pak tua tadi.
"Sepertinya, aku benar-benar sudah gila" gumam Sebastian dengan nada pelannya,sambil memijit pelan pangkal hidungnya dan menggeleng-gelengkan pelan kepalanya.Ia merasa tidak percaya,kalau ia bisa tersenyum karena memikirkan wanita menyebalkan itu.
"Dan,sepertinya bukan mereka berdua saja yang harus kerumah sakit.Tapi aku juga harus kerumah sakit.Baiklah,aku akan berkonsultasi pada Ayah saja" gumam Sebastian lagi,dengan nada pelannya tapi wajahnya sudah terlihat hampir frustasi.
Bahkan,ia harus mengusir apa saja yang sedang memasuki kepalanya dengan berdiri,berjalan bolak-balik untuk beberapa langkah,dan duduk kembali.Dan ia terus melakukan hal itu selama beberapa kali,hingga ia tidak menyadari kalau waktunya sudah menunjuķkan hampir jam 7 malam.
"Tok tok tok..." terdengar ketukan pintu dari luar ruangan,dan itu mampu membuat lamunannya Sebastian langsung berterbangan begitu saja.
"Masuk..." jawab Sebastian dengan nada tegasnya dan posisi duduk,dan kedua tangan yang sedang menyangga kepalanya dan juga kedua mata yang masih terpejam sedari 10 menit yang lalu.
"Ceklek..." terdengar pintu yang langsung terbuka dengan pelan oleh salah satu karyawan yang ada di Restoran tersebut.
"Pak,sudah saatnya pergantian shift.Apa Bapak akan memeriksanya?" tanya karyawan tersebut dengan wajah yang sedikit takut sambil menelisik wajah bad mood Pak Managernya,karena ia bisa melihat dengan jelas kalau mood Manager mereka hari ini terlihat sangat tidak baik sedari tadi.
"What? Memangnya jam berapa sekarang?" tanya Sebastian dengan wajah bingungnya,sambil membuka pelan kedua matanya yang masih terpejam tadi dan menurunkan kedua tangannya dengan cepat
"Maaf,Pak.Tapi sekarang sudah jam 7 malam" jawab karyawan tersebut dengan nada pelannya,bahkan hari ini Pak Managernya itu belum pulang kerumah untuk mandi seperti biasanya,karena hanya sekali-kali baru akan mandi di Restoran tersebut.
"****... Kenapa kamu baru mengatakannya sekarang?" tanya Sebastian dengan nada kesalnya sambil berdiri dari duduknya dengan kasar,saat ia baru menyadari kalau dirinya lagi-lagi sudah lama berada didalam ruangan tersebut,tanpa keluar sedari tadi.
Bahkan ia sudah terlambat 30 menit,untuk memeriksa pergantian shift para karyawan tersebut.
Sebastian yang melihat wajah takutnya karyawan tersebutpun,langsung mencoba untuk menetralkan rasa kesalnya.Dirinya tidak pernah seperti itu sama karyawan manapun,kecuali kalau pada saat mereka memiliki kesalahan saja.Tapi saat ini,ia malah marah tanpa dirinya tahu apa penyebab yang sebenarnya.
Lalu,tanpa banyak bicara lagi,Sebastian langsung berjalan keluar dari ruangannya dan melewati karyawan tersebut yang langsung menyingkir dari jalan yang ingin dilalui oleh Sebastian.
Karyawan yang masih merasa takut tadi,hanya mampu mengikuti langkah lebarnya Sebastian dengan wajah pasrahnya.
20 menit kemudian...
Setelah Sebastian sudah menyelesaikan perkerjaannya tadi,ia segera pergi membersihkan diri.Untung saja,saat ia datang tadi,ia membawa pakaian ganti untuk bisa ia gunakan.
Sedangkan ke 3 sahabatnya itu, sedari Sebastian keluar dari ruangannya tadi,mereka ber 3 terus saja memerhatiin Sebastian dari jarak jauh.
Bahkan mereka ber 3 tidak berani bersuara,mereka takut kalau Sebastian benar-benar akan memberi mereka ber 3 hukuman.
Terlihat Sebastian yang sedang turun dari atas tangga lantai 2 yang ada didalam Restoran Hotel tersebut.Rambut yang sudah tertata rapi,pakaian yang juga sudah rapi,dan langkah tegas yang selalu membuat dirinya Sebastian berhasil memancarkan aura kharisma dan ketampanannya.Dan juga selalu mampu membuat para wanita yang melihatnya,selalu terpikat dan juga lupa diri.
"Sayang,jangan terus menatapnya.Aku takut, kalau kamu terus menatapnya,sebentar lagi kamu akan segera melupakanku" tegur Erik dengan nada kesalnya,saat ia melihat Elisa yang sedang menatap Sebastian tanpa berkedip.
"Ih,kamu ini.Tidak boleh melihat aku merasa senang sedikit saja" jawab Elisa dengan nada yang pura-pura kesal,sambil mengalihkan tatapannya kearah sang kekasih.
Ia memang selalu memerhatikan wajah tampannya Sebastian,tapi ia sangat tahu kalau itu hanya sebatas rasa kagumnya pada Sebastian saja.
"Habisnya,kamu ini berlebihan sekali.Apa kekasihmu ini kurang tampan? Sampai harus sebegitunya kamu melihat Sebastian ..." tanya Erik,masih dengan nada kesalnya,sambil memalingkan wajahnya kesamping.
"Bukan hanya kurang,tapi kamu itu memang tidak tampan" timpal Elvan yang ikut-ikutan seperti Elisa yang sengaja membuat Erik merasa semakin kesal.Lagi pula,ia tahu kalau rasa kesalnya Erik hanya sementara,karena itu memang sudah sering terjadi.
"Apa kalian sedang mengejekku sekarang?" tanya Erik dengan nada yang semakin kesal,saat ia melihat sang kekasih dan Elvan yang begitu kompak dalam mengatainya.
"Tidak juga" jawab Elisa dan Elvan dengan serentak,sambil menahan tawa,saat mereka melihat Erik yang ntah sudah mendengkus kesal yang keberapa kalinya.
"Sayang,aku hanya bercanda saja.Kan sedari awal,aku sudah mengatakannya padamu,kalau dihatiku hanya kamu, pria yang paling tampan" rayu Elisa dengan nada manjanya,sambil tersenyum lucu dan memeluk Erik dari samping.
Elvan yang melihat adegan kecilnya Elisa pun,langsung tertawa kecil karena ia sudah tidak bisa menahan tawanya lagi.
Mereka ber 3 pun mengobrol sampai melupakan keberadaannya Sebastian,hingga......
"Apakah kalian digaji,hanya untuk bersenang-senang saja disini?" tanya Sebastian dengan wajah santainya,sambil bersedekap dada dihadapan ke 3 sahabatnya itu.
"Apa obrolan kalian begitu menyenangkan,sampai tidak melihatku?" tanya Sebastian lagi,saat ia melihat wajah kaget ke 3 sahabatnya yang hanya terdiam saja.
"Hah!!! Tidak,barusan itu hanya obrolan receh kami saja.Bukankah begitu,teman-teman?" jawab Elisa dengan cepat dan juga bertanya sama Erik dan Elvan yang masih sibuk mengatur rasa kagetnya mereka,karena ia sudah bingung mau menjawab apa,pertanyaan yang tidak terduga itu.
"Iya.Dan perkerjaan kami sudah selesai sedari tadi" jawab Erik dengan cepat setelah rasa kagetnya sudah menghilang sepenuhnya,sambil terus menelisik wajah tampannya Sebastian.
"Iya.Dan aku juga,,dan aku akan mengerjakan perkerjaanku sekarang juga.Permisi,Pak" jawab Elvan dengan wajah bingungnya,lalu ia langsung sedikit menundukkan kepalanya kearah Sebastian,dan berjalan pergi dari sana untuk mengerjakan perkerjaannya yang sempat ia berikan pada salah satu karyawan yang ada disana.
kalau tertarik follow me. Thank you