Pagi itu memiliki embun yang menetes tanpa harus diminta. Kebahagiaan itu memiliki arti ketulusan tanpa di rencanakan. Sama halnya hati yang memiliki cinta tanpa harus diminta meskipun terkadang menyakitkan.
Menerima perjodohan dari keluarganya untuk menikah dengan gus Hilal, yang memang laki-laki pertama dalam hidupnya, membuat Khalifa merasa bahagia.
Walaupun gus Hilal seorang duda, akan tetapi bagi Khalifa yang memang mencintai karena Allah, ia bersedia dan yakin akan sanggup menerima semua konsekuensi nya.
Namun pada malam pernikahan mereka, suaminya mengatakan dia hanya menganggapnya sebagai adik perempuan...
Khalifa mengerti bahwa Hilal masih belum melupakan mantan istrinya yang telah meninggal, mencoba untuk paham, akan tetapi masalah selalu datang silih berganti.
Bagaimana Khalifa melewati pernikahannya dengan ditemani seorang suami yang masih belum bisa melepaskan masa lalunya?
Sanggupkah Khalifa dengan tekat awalnya untuk tetap bertahan?
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Mommy_Ar, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Bab 9
...~Happy Reading~...
Usai mandi dan berganti pakaian, Khalifa segera mengajak Aca untuk turun ke lantai bawah guna mencari makanan. Akan tetapi, ketika ia tiba di meja makan, dirinya tidak menemukan apapun.
Hari minggu, kedua orang tuanya memang sedang tidak ada di rumah. Pekerja yang biasa membersihkan rumah pun juga tidak akan hadir, jadilah Khalifa tidak akan bisa meminta tolong untuk di masakkan.
Selama ini, untuk makanan memang umma Chila yang memasak, tidak pernah menyuruh pekerja kecuali mendesak. Dan sekarang, wanita paruh baya itu tidak ada di rumah dan pekerja tidak ada. Lantas, bagaimana cara nya Khalifa makan? pikir nya.
Bahkan hanya untuk sekedar roti saja, yang biasanya selalu terpajang di atas meja. Kini tidak ada, hanya ada beberapa botol selai dan sambal di atas meja sana.
"Ca, gak ada makanan!" Khalifa bergumam lirih sambil mendudukkan dirinya di atas kursi.
"Ante lapel ya?" tanya anak kecil itu dengan wajah polos nya.
"Lumayan, emang Aca udah sarapan?"
"Bulum, Aca kan diet! Jadi Aca gak makan!"
"Dihh, apaan sih diet diet, siapa yang ngajarin hemm?" Khalifa terkekeh mendengar jawaban dari Aca yang mengatakan ingin diet.
"Yang ajalin ante ifa hahahha!" Seketika itu juga Aca langsung tergelak saat Khalifa dengan gemas langsung mencium pipi chubby nya sambil tangan nya begitu usil untuk menggelitik manja di area perut nya.
"Hahaha ante lucu, guli ante guli hahaha Aca guli!" gadis kecil itu terus tergelak sambil terus berusaha melepaskan diri, namun Khalifa seolah tidak memberikan kesempatan.
ia benar benar sangat gemas pada anak kecil itu hingga tiba tiba. Suara seseorang mengalihkan perhatian Khalifa. Ia menghentikan aksi nya untuk menjaili Aca dan mengerutkan dahi.
"Assalamu'alaikum... "
"Itu suara siapa?" tanya Khalifa menatap intens pada gadis kecil di depan nya.
Kini, posisi keduanya masih berada di meja makan. Aca yang duduk di kursi, sedangkan Khalifa berjongkok di lantai tepat nya di depan kursi Aca.
"Ayah! sssttt!" pekik gadis itu pelan lalu segera meletakkan ujung jari nya ke mulut seolah memberitahu Khalifa agar diam.
Tentu saja hal itu lagi lagi membuat Khalifa terkekeh, "Aca umpet mana ya? Ante bilang ayah yah Aca sudah pulang gitu." imbuh Aca memberikan perintah untuk berbohong yang mana hal itu membuat Khalifa semakin tak kuasa menahan rasa gemas nya.
Melihat ke antusiasan Aca untuk bersembunyi, akhirnya Khalifa menganggukkan kepala nya pelan sambil beranjak dan bangkit dari posisi nya.
"Aca sembunyi di bawah meja disini aja ya? Gak kelihatan sama Ayah, oke!" kata Khalifa yang langsung di balas anggukkan kepala oleh Aca.
Gadis kecil itu segera turun dari tempat duduk dan berpindah ke bawah meja makan. Lagi lagi, Khalifa tersenyum, lalu ia berjalan melangkah untuk membukakan pintu.
Cklek!
"Walaikumsalam... " jawab Khalifa seperti biasa, suara lembut dan penuh ketenangan hingga membuat laki laki yang berdiri di depan pintu itu langsung terdiam.
"Gus Hilal ... " sapa Khalifa melambaikan telapak tangan nya tepat di depan wajah laki laki.
'Astaghfirullah... ' seolah tersadar dari lamunan nya, Hilal segera mengusap wajah nya pelan.
"Maaf! Apakah Arumi disini?" tanya nya.
Untuk sesaat Khalifa tersenyum, ia menoleh ke belakang lalu menatap laki laki di depan nya lagi. mengingat bahwa dirinya disuruh berbohong oleh Aca. Tapi ia tidak mungkin berbohong kala di depan Hilal. Tanpa ia sadari, sikap nya tersebut lagi lagi membuat Hilal terdiam dan hanyut dalam lamunan.
"Aca ada di dalam, dia—"
Brukkk!
"Huaaaaaaaaaa!"
Ucapan Khalifa seketika langsung terhenti saat mendengar suara sesuatu dari dalam rumah nya yang mana suara itu di akhiri oleh jeritan yang sangat ia kenal.
"Aca! Arumi!" pekik Khalifa dan Hilal bersamaan lalu keduanya segera berlari masuk ke dalam rumah bersama.
...~To be continue... ...