Dijual oleh Ayah kandungnya sendiri sebagai pengganti taruhan berjudi, Zena gadis berusia 21 tahun yang pergi dari rumah, dia meminta pertolongan dari ibu kandungnya, tidak disangka, ditempat ibu kandungnya dia hampir dilecehkan oleh Ayah tirinya,
Depresi, trauma sempat mengguncang jiwa Zena, lalu tidak disengaja dewa penyelamat datang, Steven Fernando, pria berusia 35tahun yang sudah 3 tahun bertahan dengan statusnya yang Duda,
Setelah diselamatkan oleh Steven, siapa sangka hidup Zena semakin hancur, Steven meminta Zena menjadi partner ranjangnya,
Ancaman akan dikembalikan pada rentenir paruh baya itu dan keselamatan keluarga ibunya mengakibatkan Zena menurut patuh menyetujui semua syarat dan peraturan yang diberikan Steven
Hari demi hari Zena menjadi partner ranjang dari seorang Steven yang mempunyai libido akut,
Akankah Zena bisa bertahan dan mencintai Steven
Jika berjalan maju membuat Zena menelan kepahitan, dan jika berjalan mundur Zena akan membuat keluarga ibunya hancur.
Seperti apa kisahnya, ayok kita simak cerita Zena dan Steven
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon gustikhafida, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Episode 34_P3K
"Oh, ya sudah aku pergi, see you next time baby" Kecupan jauh diberikan Sheila lalu berjalan keluar, saat melewati sekertaris Nanda, Sheila menghentikan langkahnya "Jaga dengan baik kekasihmu, dia tidak boleh masuk kedalam ruangan Steven seperti itu, sangat memalukan!! " Bisik Sheila tepat disamping sekertaris Nanda, membuat bulu kuduk sekertaris Nanda merinding
Zena langsung mengambil tas dan ponselnya di dalam kamar pribadi Steven, lalu tak sengaja Zena mendengar bunyi pintu terkunci,
"Mau apa! "
"Maaf jika aku sudah mengganggu waktumu, aku hanya mau mengambil ponsel dan tasku" Ucap Zena berjalan menerobos Steven, dia memutar gagang pintu tapi pintu tak bisa terbuka
"Buka pintunya" Geram Zena, dia melihat suaminya duduk diatas ranjang
"Buka! Aku mau pulang" Sambungnya lagi
Steven tersenyum sinis, dia memainkan kunci pintu yang berada ditangannya dengan jarinya
"Ambilah," Titah Steven sambil tersenyum
Merasa dipermainkan oleh Steven, Zena maju menghampiri Steven, "Kemarikan kuncinya" Zena berusaha mengambil kunci yang berada ditangan Steven
"Ambil jika kau bisa" Steven melempar kunci itu ketangan satunya, membuat Zena semakin kesal, hatinya sangat sakit saat melihat kemesraan Steven dan Sheila lalu sekarang dia dipermainkan oleh Steven
Tak sengaja Steven terdorong oleh Zena, tubuhnya jatuh keatas ranjang diikuti tubuh Zena, mata mereka saling bertemu,
"Shhhiiitt" Umpat Steven saat Zena mendapatkan kuncinya, dia berusaha bangkit tapi pergerakannya di cegah, tangan Steven semakin mempererat tubuh Zena membuat tubuh Zena semakin dekat tak ada jarak
"Lepas! " Zena memberontak, dia masih kesal dengan suaminya
"Apa kau cemburu? " Ucap Steven
"Jawab" Sambungnya lagi saat Zena diam tak menjawab,
"Aww sakit" Tanganya yang sedikit terluka akibat kejadian tadi pun tak sengaja kesenggol oleh Steven, membuat Steven menatap tangan Zena
Matanya membulat saat melihat tangan Zena yang memerah dan sedikit tergores
"Apa yang terjadi? " Tanya Steven, dia menyuruh Zena bangkit agar dia bisa bangkit
"Ada apa! " Kini suara Steven terdengar menyeramkan di telinga Zena
"Kenapa tanganmu sampai seperti ini hah! Apa yang kau lakukan! "
"-_-" Zena menunduk, dia tak berani bercerita yang sesungguhnya kepada Steven, membuat Steven geram, dia berjalan meninggalkan Zena dikamar, sebelumnya dia sudah merebut kunci yang di tangan Zena, dia mengunci kamar dan memerintahkan sekertaris Nanda yang sedang berada diruangan untuk menjelaskan semuanya yang terjadi pada istrinya
"Apa yang terjadi pada dia! Kenapa tanganya sampai memerah dan sedikit terluka!" Pekik Steven membuat sekertaris Nanda bingung dibuatnya
"Emm anu Tuan, emm-"
"Anu! Anu! Cepat katakan! Apa yang terjadi pada dia hah! " Bentak Steven lagi
"Nyonya hampir terjatuh dari gedung paling atas Tuan" Sekertaris Nanda menunduk, ini pertama kali dia melihat Tuan mudanya marah karena wanita
"Apa! Bagaimana bisa! Bukankah aku sudah tugaskan kau untuk menjaga dia!!"
"Maaf Tuan, saya sudah berusaha semampu saya, dan saya juga ditolong oleh pria yang pernah melamar Nyonya di dekat perumahan kita" Akhirnya kejadian yang dia ingin tutupi terbongkar juga
"Sial! Sial! Kenapa bisa dia sampai ada disini! Dan kenapa tidak ada yang memberitahuku! Siapa saja yang melihat kejadian itu! Siapa!!! "
"Banyak Tuan, bahkan beberapa karyawan melihat aksi pria itu menyelamatkan Nyonya, dia sampai rela mempertaruhkan nyawanya untuk Nyonya, dan maafkan saya karna saya sudah menggunakan helikopter pribadi milik Tuan, karna Nyonya membutuhkan bantuan helikopter Tuan"
"Lalu! Kenapa kau tak memberitahuku!!" Bentak Steven
"Emm sebelum Nyonya terpeleset, Nyonya sempat bilang, kalau Tuan sedang berciuman dengan kekasihnya"
"Apa! Apa dia melihat semuanya? "
"Mungkin saja Tuan"
"Kembali bekerja, bawakan kotak p3k sekarang juga! Aku harus mengobati lukanya"
"Baik Tuan"
Sekertaris Nanda mengambil kotak p3k lalu memberikan pada Steven
"Ini Tuan" Ucap sekertaris Nanda sambil memberikan kotak p3k tersebut, lalu dia pamit keluar menuju ruangannya
Krek, pintu terbuka, Zena yang sedang duduk langsung berdiri,
"Mau kemana hah! " Ucap Steven saat melihat istrinya mengambil tas dan ponselnya
"Pulang! Aku lelah" Ketus Zena
"Sudah berani ya sekarang!! "
"Huh! Siapa yang berani sayang, aku lelah, aku mau pulang, dan aku tidak mau menganggu kesenanganmu" Zena berbicara dengan malas
"Duduk! " Titah Steven, dan Zena patuh, dia meletakan tasnya lalu duduk diatas ranjang
Steven berjalan lalu duduk disamping Zena, dia membuka kotak p3k
"Untuk apa membawa itu? Tanganku baik-baik saja" Ucap Zena yang dihiraukan Steven, diraihnya pergelangan tangan Zena lalu perlahan Steven mengoleskan salep untuk memudarkan luka di pergelangan tangannya yang memerah
"Apa kau cemburu dan berniat bunuh diri?" Tanya Steven sambil mengoleskan salep itu
Zena tertawa renyah "Untuk apa aku cemburu, oh iya pernikahan kita tinggal berapa bulan? " Ucap Zena menatap haru Steven, belum pernah Zena diperlakukan selembut ini dengan siapapun, bahkan kedua orang tuanya, hanya Steven yang memperlakukan Zena seperti ratu
Mendengar pernyataan Zena, membuat hati Steven terasa sakit, tak sengaja Steven mengoleskan salep itu dalam jumlah banyak mengakibatkan tangan Zena seperti minyak
"Aduh, jika perkataanku menyinggungmu, ya bilang! Jangan seperti ini, bagaimana ini tanganku penuh dengan salep" Gerutu Zena menarik tangannya lalu mencari tissue
"Jika kau belum memberiku anak, maka pernikahan kita tidak akan berakhir! Kau paham itu, apa kau tidak membaca surat perjanjian kita hah! " Geram Steven
Mata Zena membulat,"Bagaimana mungkin, aku sudah beberapa kali membacanya tapi tidak ada " Elak Zena
"Yakin? "
"Iya aku yakin"
"Ini apa? " Tanya Steven saat memperlihatkan foto surat perjanjiannya di ponselnya, terdapat sebuah note di paling bawah dan ujung, tulisannya berbeda dengan tulisan lain, ini lebih kecil bahkan orang yang tidak teliti akan terkecoh seperti Zena
"A-aku membaca tapi tidak membaca yang itu, dan bagaimana bisa aku memberimu anak, kau kan punya kekasih, lebih baik kau minta pada kekasihmu saja"
"Karna aku tidak mau dicampakkan saat aku melahirkan anakmu, sudah cukup hatiku terasa sakit saat melihat kemesraan mu dengan Sheila" Gumam Nesa dalam hati
"Kau istriku! Yang berhak memberikanku anak adalah kau bukan wanita lain! Paham!! " Jawab Steven berjalan keluar,
Baru saja berjalan tiga langkah, dia berhenti dan berbalik menatap Zena "Jangan coba-coba melakukan adegan bunuh diri itu lagi untuk mengundang pria simpananmu itu, kau senang kan dipeluk oleh simpananmu!
" Sudah kuputuskan hari ini dan seterusnya kau tidak boleh bekerja!! , aku akan memerintahkan sekertaris Nanda untuk mengurus semuanya"
"Apa!! Kenapa bisa!! Hei kau tidak boleh seperti ini!! Bagaimana bisa aku bertahan di rumah itu bersamamu! Aku tidak mau! " Lirih Zena
"Patuhi perintahku atau perusahaan Ayah tirimu akan hancur! Selama perjanjian kita berjalan, kau harus patuh!"
"Tapi aku pasti bosan dirumah,"
Bersambung😘