Novel ini merupakan lanjutan dari "susuk nyironggeng"
"Ampun Sari jangan,"Juragan Karta berlari keluar dari kamar,sedangkan perempuan yang bersama nya mengigil ketakutan,terlihat sosok penari ronggeng melayang mengejar Juragan Karta.
Sudah 10 tahun sejak peristiwa pembakaran yang menyebabkan kematian seorang penari ronggeng,kini desa itu sudah maju dan berganti nama menjadi desa sukamulya.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon JK Amelia, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Arwah Sari kembali meneror
"Tong tong tong tong....."
Terdengar suara kentongan dari para warga yang sedang meronda,sedang menyusuri rumah warga dan jalanan.
"Eh,kalian denger tidak?Kalau kemarin ada Abah Harun,Uwanya pak Ustadz salim datang,"kata salah seorang warga.
Tahulah,kita yang ngantar,iya enggak,"salah seorang warga tertawa sambil melirik temannya yang ketinggalan berita.
"Oh,jadi cuma saya yah yang baru tahu?"ujar warga tersebut sambil garuk-garuk kepala karena malu.
"Hahahaha...."mereka semua tertawa.
"Sudahlah ayo cepat kita selesaikan biar cepat balik ke pos,aku pingin ngopi,"ujar salah seorang warga.
Mereka pun melanjutkan ronda sambil sesekali bergurau.
Sementara itu diarea pemakaman terlihat Emaknya Sari sedang mengintari kuburan sambil mengucurkan air dan darah ayam cemani disekeliling area makam sambil membaca mantra setelah selesai,ia cepat-cepat bersembunyi di balik semak-semak.
Tak lama berselang terdengar suara seperti dentuman sampai 3 kali,setelah itu terlihat ada asap yang keluar dari dalam kuburan.
Dua orang bertopeng yang baru datang terkejut mendengar ada suara dentuman dan asap keluar dari kuburan,asap itu membumbung tinggi dan melesat menuju desa.
"Kita terlambat Kang,bagaimana ini?"ujar salah seorang bertopeng itu.
"Kita kejar,aku khawatir akan ada teror lagi,Abah Harun udah kembali kedesanya,ayo cepat."
Mereka pun berlari menuju desa,sementara Emaknya Sari yang bersembunyi dibalik rerimbunan pohon bambu terkejut melihat dua orang bertopeng tersebut.
"Siapa mereka,jadi ini yang menolong warga,kurang ajar,aku harus mencari tahu siapa mereka.
Sementara orang-orang yang sedang meronda baru selesai keliling kampung,mereka bermaksud kembali kepos tapi mereka terkejut mendengar ada suara dentuman 3 kali dari kejauhan.
"Apa itu yah?"ujar salah seorang warga.
"Iya,apa yah?"sahut yang lainnya.
Terdengar suara lolongan anjing bersahutan setelah adanya suara dentuman itu.
"Wah ini enggak benar,kok hawanya jadi dingin begini yah?"kata warga lainnya.
"Iyah,tadi dingin tapi tidak seperti ini,aku kok jadi merinding yah."
"Betul,mudah-mudahan malam ini tidak terjadi apa-apa."
Mereka pun saling bersahutan mengomentari keadaan yang tiba-tiba mencekam,tiba-tiba terlihat bayangan putih berkelebat terbang menuju kearah rumah penduduk.
"Lihat,apa itu,"salah seorang warga menunjuk pada bayangan yang melesat cepat kearah desa.
"Iyah,apa yah,ayo kita kejar,"sahut salah seorang dari mereka.
"Iyah kejar,kata Abah kita tidak boleh takut,ketika kita takut mereka akan bertambah senang,"sahut yang lain.
Mereka pun berlari menuju arah melesatnya bayangan.
Ditempat Kang Jejen,Ica yang terbangun karena tidak bisa menahan ingin buang air kecil bergegas kebelakang.
Ketika ia akan pergi kebelakang,didepan terdengar suara gamelan berbunyi.
"Loh,siapa yah tengah malam begini memainkan gamelan yah,Ica yang penasaran pun kedepan mengintip dari balik gorden jendela,disana terlihat seorang penari sedang melenggak-lenggok menari mengikuti alunan suara gamelan,terlihat alat musik bergerak tanpa ada orang yang memainkannya.
"Masya Allah,apa itu?"Ica bergegas menutup kembali gordennya,nafasnya tersengal,tubuhnya gemetar karena ketakutan.
Ica segera berlari kekamar,"Kang bangun,Kang Jejen bangun,"keringat dingin bercucuran,wajah Ica pucat.
"Ehh..,apa sih Neng,Akang masih ngantuk nih,"Kang Jejen malah membalikan badannya.
"Kangggg....,"Ica memukul-mukul tubuh kang Jejen dengan bantal.
"Iya,iya ada apa Neng?"Kang Jejen terkejut,ia bergegas bangun.
"Kang,itu diluar."
"Kamu kenapa?"Kang Jejen memegang tubuh Ica yang terlihat gemetar dan wajahnya pucat pasi.
"Itu diluar Kang,ada orang yang sedang menari,semua alat musik bergerak sendiri,"dengan suara bergetar Ica menceritakan apa yang terjadi.
"Yang benar Neng,ayo kita lihat,"Kang Jejen mengajak Ica melihat kembali.
Ica mengikuti Kang Jejen dari belakang,dengan berpegang pada baju Kang Jejen Ica mengikuti langkahnya.
Kang Jejen mengintip dari balik gorden,tapi suara itu sudah tidak ada,dan semua tampak sepi dan alat musik juga masih rapi.
"Enggak ada apa-apa,kamu ngantuk mungkin Neng?"
"Enggak Kang,tadi ada,"dengan ketakutan tapi penasaran,Ica mengintip kembali,terlihat dihalaman rumah sosok Sari menatap Ica sambil tersenyum menyeringai,wajahnya berubah,sedikit demi sedikit kulitnya mengelupas,darah mengucur dari kulit yang mengelupas,melihat itu Ica langsung pingsan.
"Ica,Ica,"Kang Jejen terkejut menangkap tubuh Ica dan langsung mengangkatnya ketempat tidur.
Sementara para peronda yang mengejar sosok bayangan itu berhenti,mereka kebingungan setelah kehilangan arah perginya bayangan tadi.
"Bagaimana ini?"kata salah seorang dari mereka.
"Iya,kemana perginya yah?"ujar yang lain.
"Bagaimana kalau kita keliling lagi,"usul salah seorang warga.
"Iya,ayo jangan sampai kejadian yang tidak kita inginkan terjadi,"sahut yang lain.
"Ayo...,"para warga serempak menjawab,mereka sudah geram dengan kejadian yang terjadi didesanya.
"Tapi apa kalian berani kalau bertemu hantu itu,"ujar salah seorang dari mereka.
"Kita kan banyakan,tinggal kita tabuh kentongan biar warga keluar ikut membantu,iya enggak,"sahut yang lain.
"Iya juga,hayulah kalau begitu,"ujar warga tadi.
Mereka pun kembali menyusuri rumah-rumah warga untuk mencari sosok yang mereka kejar.
Dan ketika mereka melewati rumah Kang Jejen mereka terkejut melihat ada sosok yang melayang mengitari rumah tersebut.
"Itu liha-lihat dirumah Kang Jejen,"salah seorang warga menunjuk pada rumah kang Jejen.
"Iya,itu hantunya,"sahut yang lain.
"Tong tong tong tong tong...."
Para peronda bergegas mendatangi rumah Kang Jejen sambil membunyikan kentongan masing-masing,suara kentongan yang riuh membuat para warga berdatangan,walaupun rumahnya berjauhan tapi karena riuhnya suara kentongan para warga terbangun dan mereka mendatangi asal suara itu.
"Ada apa,ada apa?"para warga satu persatu datang menghampiri mereka.
"Itu lihat,"salah seorang peronda menunjuk ke arah sosok Sari.
Sementara Sosok Sari sendiri terlihat terkejut dan marah begitu melihat banyak orang dan membunyikan kentongan,sosok itu kemudian menghilang.
Sementara Kang Jejen yang terkejut dengan bunyi kentongan dan suara riuh keluar rumah meninggalkan Ica yang sedang pingsan.
"Ada apa ini,ada apa?"Kang Jejen menghampiri mereka.
"Kang,apa Akang enggak tahu kalau ada jurignya Sari disekitar rumah Akang,"kata salah sorang peronda.
Kang Jejen terkejut,"berarti apa yang dikatakan Ica benar,dimana dia sekarang?"
"Enggak tahu Kang,sudah hilang,kita cari disekitar rumah Kang Jejen saja,buat memastikan,aku khawatir dia masih disekitar sini,"ujar salah seorang warga.
Mereka pun mencari sosok itu disekeliling rumah Kang Jejen,sementara Ica yang siuman dari pingsannya terkejut melihat ada sosok Sari dipinggir tempat tidur sambil menyeringai.
"Icaaaa....,sudah aku bilang,aku akan datang lagi menjemputmu."
"Hihihihi...."
Ica terkejut,matanya melotot,tubuhnya kaku tidak bisa bicara.
"Eh eh eh....,"mulut Ica seperti terkunci,hanya air matanya yang mengalir,Ica berusaha berdoa dalam hati walaupun itu sangat sulit.
Wajah sosok Sari mendekati wajah Ica,ada cairan busuk yang menetes dari wajahnya.
"Kamu yang telah menyebabkan aku begini,ikutlah denganku Ica."
Ica semakin ketakutan,matanya melotot horor,airmatanya semakin deras mengalir,dia sudah pasrah dan terus berdoa dalam hati membaca ayat-ayat al'quran yang dia ingat.
Sementara tangan sosok hantu Sari merayap kepipi,ia terlihat senang meliha Ica menangis,tangan itu kemudian menancap keleher,kukunya masuk menusuk kedalam kulit.
Ica yang ketakutan dan merasakan sakit,tiba-tiba bisa berteriak.
"to to tolonggggg...,"sambil terus berdoa dia meminta tolong sekuat tenaga.
Sosok Sari terlihat marah,ia semakin dalam menancapkan kukunya kedalam leher Ica.
"Brukkkk...."pintu kamar ada yang mendobrak,beberapa warga masuk membentak sosok Sari,sementara yang lain membaca ayat kursi dengan kencang.
"Lepaskan dia!!"banyak warga yang berkumpul dikamar.
Kang Jejen bergegas mengambil air dibotol dan menyiramkan ketubuh sosok Sari, sambil berteriak"lepaskan dia."
"Akhhhhh...."sosok Sari menjerit kesakitan dan melepaskan tangannya kemudian terbang menempel didinding.
"Kalian sudah ikut urusanku,kalian akan lihat pembalasanku,"sosok Sari mengeliat kesakitan terdengar suara ayat-ayat suci dari seluruh penjuru rumah.
"Akhhhhh...,panas,panas,lihat saja kalian akan menerima akibanya,"setelah itu sosok Sari menjadi asap dan menghilang masuk plafon rumah.
awal aku ngebayangin daerah karawang, kan daerah penari.
lalu kalau jalur tempuh tengah malam bisa nyampe Banten, berarti deket, antara Bogor atau Sukabumi.
ah jadi lieur kumaha othor wae lah hehehe
up
up
up