Menikah adalah hal yang membahagiakan. Tapi tidak saat aku menikah. Menikah membawaku kedalam jurang kesakitan. Dilukai berkali-kali. Menyaksikan suamiku berganti pasangan setiap hari adalah hal yang lumrah untuk ku.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon dewi wahyuningsih, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
BAB 33
Arsen kembali berkutat dengan pekerjaan. Matanya benar-benar fokus dengan lembaran-lembaran kertas yang ada di mejanya.
" Hei, pak suami, sampai kapan aku harus bertahan dengan posisi ini? " Protes Naina yang sudah pegal dengan posisinya.
" Diam dan jangan banyak bergerak. Atau kau mau membangunkan sesuatu disana? " Ancam Arsen yang sama sekali tak terganggu dengan posisi mereka.
Ini sudah dua jam Naina berada dipangkuan Arsen. Sungguh, laki-laki ini bahkan tidak sedikitpun menggerutu seperti biasanya. Oh, kalau sopa Naina duduk di pangkuannya, dia bahkan tidak pernah keberatan.
" Tapi, pinggangku pegal. " Kali ini, Naina sedikit merengek. Pinggangnya benar-benar sudah tidak kuat lagi. "
Arsen menatap wajah Naina lalu memberikan kecupan singkat dibibirnya.
" Baiklah, baringkan tubuhmu. Pekerjaan ini harus selesai hari ini juga. Jadi, kita bisa pergi besok.
Naina bangkit sembari menatap Arsen bingung. " Pergi? kemana? "
" Honeymoon. " Jawabnya singkat. Matanya juga masih sibuk memeriksa tiap lembar kertas itu.
Naina menghela nafasnya. Tahan saja dulu rasa penasarannya. Arsen tampak tak bisa diganggu kali ini.
Naina memutuskan untuk masuk ke ruang istirahat yang tersedia di ruangan Arsen.
" Huh...! bahkan ranjang disini pun, sangat empuk. "
Naina membaringkan tubuhnya dan perlahan, dia mulai masuk ke alam mimpi.
Satu,dua, jam tak terasa. Entah berapa jam ia tidur. Mungkin, karena semalam tidak bisa tidur nyenyak karena Arsen yang begitu berisik mengubah posisinya terus menerus.
" Hei, istri! bangunlah. Kau tidur seperti babi. Kau sudah melewatkan makan siang mu. Makanlah dulu, nanti kau bisa lanjut tidur lagi. " Bisik Arsen ditelinga Naina.
Naina menggeliat karena hembusan nafas dan bisikan-bisikan yang membuat bulu kuduknya menegang. Perlahan Naina membuka matanya.
" Sudah selesai? " Tanya Naina seraya bangkit dari posisinya.
" Masih sedikit lagi. " Ujar Arsen sembari membenahi rambut Naina yang berantakan.
" Kenapa membangunkan ku? kau butuh kopi? " Tanya Naina sembari menatap Arsen.
Arsen menghela nafasnya. " Bukan aku. Kau yang butuh makan siang. Ini hampir sore. Ayo makan dulu. Kau bisa melanjutkan tidur mu setelah itu. " Ajak Arsen sembari menggandeng tangan Naina untuk mengikuti langkahnya menuju ruang kerjanya.
" Jadi aku tidur selama itu ya? " Tanya Naina yang malah kebingungan. Dia benar-benar tidak menyangka kalau akan tidur selama itu. Untung saja tidak jadi putri tidur. Batinnya.
" Iya, aku bahkan mengira kau sudah mati tadi. " Ujar Arsen sembari menyuapkan nasi untuk Naina.
Naina menatap sendok yang berisi nasi itu dengan bingung.
Ada apa si dengan orang ini? hari ini dia benar-benar memanjakan ku. Setan apa yang memasuki tubuh mu? wahai pak suami?
" Ada apa dengan mu hari ini? " Tanya Naina dengan tatapan curiga.
Arsen tersenyum. " Buka mulut mu! " Titahnya.
Naina membuka mulutnya dan membiarkan Arsen melakukan apa yang ia inginkan.
Ergh....
Arsen mengacak rambut istrinya saat mendengar istrinya bersendawa. Dia meraih tisu lalu menyeka noda makanan yang tertinggal di bibir Naina.
Naina tak henti menatap heran suaminya itu. Entah apa yang yang terjadi hari ini. Kenapa sikap Arsen bisa selembut ini? meski curiga, Naina tidak mungkin mendapatkan jawabannya. Itu sangat jelas terlihat dari cara Arsen mengelak pertanyaannya.
Apa yang sebenarnya terjadi? kenapa juga aku begitu nyaman dengan sikapnya? semakin hari, aku semakin lupa dengan rasa sakit yang pernah dia berikan padaku. Kenapa dihatiku seolah tidak ada lagi rasa sakit itu? kenapa? ada apa denganku?
" Sekarang, kau harus menyuapiku. " Titah Arsen sembari menyodorkan makanan dihadapan Naina.
Naina menatap Arsen yang menatapnya sembari menyodorkan sepiring makanan.
Bolehkah aku mempercayakan hidupku padanya? meski aku enggan, tapi hatiku seolah hanya tertuju padanya. Maka, biarkan aku mengikuti apa maunya hatiku.
Naina mengikuti titah Arsen tanpa mau membantah seperti biasanya lagi. Suap demi suap Naina dengan telaten melakukanya. Hingga beberapa saat, makanan yang tadinya penuh, kini sudah habis tak tersisa.
" Kau mau kopi? " Tanya Naina sembari bangkit dari duduknya.
Arsen menatap manik mata istrinya dan mengangguk. Tanpa bicara lagi, Naina langsung menuju pantry untuk menyeduh kopi.
" Kau asisten Presdir yang sedang marak itu? " Tanya salah satu pegawai dari balik punggung Naina.
Naina mengalihkan padangan kepada seorang wanita yang kini berdiri tepat disampingnya. Wanita cantik dengan tubuh tunggi berisi. Kulitnya juga putih. Wajah cantik dan rambut yang terurai indah. Gadis itu melirik ke arah ke samping tepat dimana Naina berdiri.
" Apa yang anda bicarakan? " Tanya Naina dengan nada datarnya. Sudah bisa ditebak sih, gadis ini memandang rasa tak suka kepadanya. Tapi entahalah, Yang Naina tahu, dia tak pernah mengusik wanita disampingnya itu.
Wanita itu menatap Naina dan tersenyum mengejek.
" Memang kau tidak tahu? " Tanyanya lagi.
Naina kembali menghela nafasnya. " Mana mungkin aku tahu, kalau kau tidak memberi tahu. " Ujar Naina yang terlihat tak perduli.
Gadis itu berdecih sembari menatap Naina dengan posisi tubuh yang berdampingan.
" Baiklah, akan ku beri tahu. Saat ini, seluruh pegawai sedang heboh menggosipkan mu. Karena kau, telah merebut Presdir dari tunangannya. Semua orang bilang, kau adalah simoanan Presdir.
Celotehan gadis itu, bagai sambaran petir yang aktif menyambar. Simpanan? bahkan Naina adalah istri sahnya. Naina menatap wanita cantik itu dengan tatapan tegas. Dia memperhatikan gadis itu dengan seksama. Dari ujung kaki, hingga ke ujung kepala. Dia tersenyum setelahnya.
Naina merapihkan rambut wanita cantik itu yang sedikit berantakan. " Nona cantik, aku ingin bertanya. Itu kata orang, atau pendapatmu tentang ku?
Nampak wanita itu mengeryit menatap Naina tak suka. Meski iya, mana mungkin dia mau mengakuinya? lagi pula, memang seperti itulah rumor yang beredar. Dia kan hanya menyampaikan rumornya batinnya.
Naina tak menjelaskan apapun. Dia berlalu setelah melihat gadis itu diam dan hanya mengeryit bingung. Tak lupa, kopi juga sudah ia bawa. Sungguh, percuma jika menjelaskan dan memberi tahu jika mereka adalah suami istri. Pernikahan mereka digelar secara tertutup. Tak ada satupun orang luar yang mengetahui perihal pernikahan mereka. Jadi, cukup Tenangkan diri dan biarlah apa orang mau bicara.
Naina meletakkan segelas kopi setelah memasuki ruangan Arsen. Dia tak lagi mengatakan apapun karena suaminya terlihat begitu serius. Sebenarnya, dia begitu penasaran dengan pentingnya bulan madu. Dia hanya bisa memperhatikan Arsen dari kejauhan. Benar-benar tidak ada yang bisa di kerjakan. Semua tugas selalu dirampungkan oleh Tomi dan Arsen. Benar, gunanya Naina kan sudah ia ketahui.
Lelah menatap suaminya yang begitu serius. Lama kelamaan rasa ngantuk datang menghampirinya. Lagi, Naina kembali tertidur hingga malam mulai tiba.
Cup....
Kecupan berkali-kali, Naina rasakan di wajahnya. Merasa terganggu, dia membuka matanya perlahan. Arsen yang tersenyum sembari mengelus kepalanya. Itulah yang Naina saksikan saat matanya terbuka.
" Ayo pulang. Kau lelah? " Tanyanya dengan wajah yang terlihat begitu perduli.
Lelah? kau yang banyak bekerja, mana mungkin aku yang lelah.
" Ayo pulang, kita harus istirahat lebih cepat. Besok kita sudah harus berangkat ke Paris. " Ucap Arsen yang mampu membuat Naina tercengang.
............….....