Aku yang membiayai acara mudik suami ku, karena aku mendapat kan cuti lebaran pada H-1. Sehingga aku tidak bisa ikut suami ku mudik pada lebaran kali ini, tapi hadiah yang dia berikan pada ku setelah kembali dari mudik nya sangat mengejutkan, yaitu seorang madu. Dengan tega nya suami ku membawa istri muda nya tinggal di rumah warisan dari orang tua mu, aku tidak bisa menerima nya.
Aku menghentikan biaya bulanan sekaligus biaya pengobatan untuk mertua ku yang sedang sakit di kampung karena ternyata pernikahan kedua suami ku di dukung penuh oleh keluarga nya. Begitu pun dengan biaya kuliah adik ipar ku, tidak akan ku biar kan orang- orang yang sudah menghianati ku menikmati harta ku.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Leni Anita, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
10
"Dek, mas antar kamu ke kantor ya. biar mobil mas aja yang bawa!" Mas Randi berbicara pada ku ketika aku menuruni tangga pagi ini.
"Aku bisa sendiri mas, aku tidak perlu di antar jemput!" Aku menolak tawaran mas Randi.
"Ayo lah dek, biar mas saja yang bawa mobil. Kalau mas harus pulang pergi dengan taksi online, boros banget dek. Uang mas udah menipis buat ngasih sama Mia!" Mas Randi membujuk ku untuk kembali menggunakan mobil ku.
"Kamu keterlaluan mas, selama 3 tahun aku menjadi istri mu, kau tidak pernah memberikan aku uang nafkah. Tapi Mia yang belum sebulan menjadi istri mu kau berikan nafkah. Mana janji mu kau mau adil pada kami berdua?" Aku menanyakan janji mas Randi bahwa dia bakal adil pada ku dan Mia.
"Bukan begitu dek, Mia kan tidak bekerja, jadi wajar kalau berikan uang pada nya. Sedang kan kau bekerja dan memiliki banyak uang, jadi tanpa aku berikan uang pun kau bisa memenuhi semua kebutuhan mu sendiri!" Mas Randi menganggap nafkah untuk ku bukan lah hal yang penting.
"Jangan pernah bermimpi untuk menggunakan barang- barang milik ku, jika kau tidak mau memberikan nafkah pada ku. Kau bisa minta mobil pada istri kesayangan mu, Mia!" Aku berlalu dari hadapan mas Randi.
"Tolong lah dek, aku mohon!" Mas Randi berlari mengejar ku dan menahan tangan ku.
"Mulai sekarang biar aku yang atur gaji nya mas Randi, aku juga istri nya!" Mia yang baru saja keluar dari dalam kamar menghampiri aku dan mas Randi.
"Silah kan ambil semua gaji suami mu, selama 3 tahun aku bahkan tidak pernah menyentuh gaji mas Randi!" Aku setuju dengan apa yang di katakan oleh Mia.
"Bagus lah kalau kau tahu diri, kau hanya lah wanita mandul sementara aku sebentar lagi aku pasti bisa memberikan mas Randi keturunan!" Mia berkata dengan rasa percaya diri yang tinggi.
Sebelum menikahi Mia saja gaji mas Randi tidak pernah cukup untuk diri nya sendiri, apalagi setelah dia menikahi Mia. Aku yakin uang gaji mas Randi tidak akan bertahan lebih dari 2 minggu di tangan Mia.
"Kita berangkat bareng ya dek!" Mas Randi tetap memaksa untuk menggunakan mobil ku.
Aku tidak perduli, aku segera keluar dam masuk ke dalam mobil ku. Sementara mas Randi sedang berbicara pada Mia, entah apa yang sedang mereka bicarakan.
Aku segera menghidupkan mesin mobil ku dan melaju meninggal kan halaman rumah.
"Dek, tunggu dek. Tunggu!" dari kaca spion aku bisa melihat mas Randi berlari mengejar mobil ku.
Aku sengaja tidak menghentikan mobil ku, aku tidak mau mas Randi menggunakan mobil ku lagi. Terlihat kejam memang, tapi itu adalah konsekuensi atas semua perbuatan nya.
- - - - - -
Setelah pulang dari kantor, aku langsung pulang kerumah. Tapi ketika tiba di halaman rumah, aku menemukan sebuah mobil yang sangat aku kenal terparkir di halaman rumah.
"Tante Nadin? Kok Tante Nadin gak ngabarin aku kalau mau ke sini!" Aku tahu bahwa sekarang di dalam rumah sedang ada tante Nadin.
"Dia sepupu aku tante, suami nya meninggal jadi ibu meminta ku membawa nya ke sini karena dia akan semakin sedih kalau terus tinggal di kampung. Dia akan teringat terus dengan almarhum suami nya!" Dari balik pintu yang setengah terbuka aku bisa mendengar kan bahwa mas Randi mengatakan pada Tante Nadin bahwa Mia adalah sepupu nya dari Kampung.
"Sekali pun dia sepupu mu, tapi apakah kalian pantas berpelukan seperti pasangan suami istri saja!" seperti nya Tante Nadin memergoki mas Randi dan Mia sedang bermesraan di dalam rumah.
Aku sengaja berdiri di balik pintu, aku ingin mendengar semua kebohongan yang akan mas Randi katakan pada tante Nadin. Sejak dulu Tante Nadin tidak suka dengan mas Randi, karena sifat mas Randi yang terlalu gengsi padahal dia cuma numpang hidup pada ku.
"Aku cuma menenangkan Mia saja tante, dia sedang bersedih, tidak lebih kok!" Mas Randi membela diri nya dan juga Mia dengan sebuah kebohongan.
"Berduaan saja di rumah tanpa ada orang lain dan yang ketiga nya setan. Apalagi Mia ini seorang janda dan kau pria beristri. Kau harus bisa menjaga perasan istri mu Ran!" Tante Nadin berkata dengan nada tidak suka.
"Assalam mu'alaikum!" Aku pun mengucap kan salam dan masuk ke dalam rumah.
"Wa'alaikum salam. eh sayang, kau sudah pulang!" Mas Randi langung berdiri dan ingin memeluk tubuh ku di hadapan tante Nadin.
Aku menghindar, aku jijik di peluk oleh mas Randi. Sementara Mia seperti nya dia begitu kesal melihat apa yang mas Randi lakukan pada ku.
"Sayang, Mia itu sepupu mas dari desa, benar kan!" Mas Randi memberi kan kode pada ku melalui tatapan mata nya.
Aku tidak menggubris ucapan mas Randi, Aku langsung menghampiri tante Nadin dan langsung mencium tangan nya.
"Tante kapan datang? kok gak ngabarin Arin terlebih dahulu!" Aku bertanya pada tante Nadin.
"Tante baru aja tiba kok, entah kenapa tante teringat pada mu sayang, perasaan tante tidak enak!" Tante Nadin seperti nya mendapat kan firasat buruk tentang apa yang saat ini menimpa ku.
"Aku baik - baik saja Tan!" Aku tersenyum pada tante Nadin.
"Tuh kan tante denger sendiri bahwa Arin baik - baik saja kok!" dengan cepat mas Randi mengiyakan perkataan ku.
Aku melirik mas Randi dia tampak gelisah, takut jika aku mengatakan kebenaran tentang diri nya dan juga Mia. Tante Nadin adalah satu - satu nya keluarga ku yang sangat di takuti oleh mas Randi.
"Tante, kita bicara di kamar aja ya!" Aku menggandeng tangan tante Nadin agar mengikuti ku ke atas.
"Mas juga ikut dek!" Mas Randi langusng berdiri dan mengikuti ku dan juga tante Nadin.
"Tidak perlu mas, ini pembicaraan antara perempuan!" Aku tidak mau mas Randi masuk ke dalam kamar ku.
"Tapi dek,,,,!" Mas Randi berkata lagi.
"Cukup mas, jika kau berani mengikuti ku, malam ini juga keluar kalian dari rumah ku!" Aku berkata dengan tegas.
"Arin, ada apa ini nak?" Tante Nadin bertanya pada ku.
"Tidak papa tante, Arin hanya tidak suka sama Mia!" dengan cepat mas Randi menjawab pertanyaan tante Nadin, dia takut aku mengatakan siapa Mia sebenar nya.
"Ayo tante, ikut aku ke kamar. Aku jelas kan nanti!" Aku menggandeng tangan tante Nadin naik ke atas.
Mas Randi tidak menyerah begitu saja, dia mengikuti ku dan tante Nadin hingga ke atas. Sementara Mia, tampak begitu kesal dengan semua yang terjadi di hadapan nya.
"Pergi lah dari sini mas, Aku hanya ingin bicara dengan tante Nadin!" Aku pun segera menutup pintu kamar ku dengan kasar tepat di hadapan mas Randi.
Setelah aku dan tante Nadin masuk ke dalam kamar, aku pun menumpahkan tangisan ku di pelukan tante Nadin. Aku tidak ingin menangis di hadapan Mas Randi dan juga Mia, aku tidak ingin terlihat lemah di hadapan mereka.
"Ceritakan semua nya sama tante nak!" Tante Nadin membelai kepala ku yang masih tertutup hijab ketika aku sedikit lebih tenang.
Aku pun menceritakan semua nya pada Tante Nadin, tanpa ada yang di tutup - tutupi lagi. Tidak lupa aku juga mengatakan pada Tante Nadin apa rencana ku selanjutnya.
"Bagus lah nak, pria seperti itu memang harus di beri pelajaran agar tidak semena - mena!" Tante Nadin berbicara dengan geram.
"Iya tante, tapi sebelum nya aku mau mas Randi dan keluarga nya mengalami penderitaan yang pedih karena telah menghianati ku!" Aku pun menghapus sisa air mata ku.
"Iya nak, tante akan selalu mendukung mu!" Tante Nadin memberi ku semangat.
"Aku sudah mulai melakukan pembalasan ku tante!" Aku berkata lagi.
"Malam ini tante akan menginap di sini. Tante juga akan memberi mereka pelajaran yang akan mereka ingat sepanjang hidup mereka!" Tante Nadin tersenyum pada ku, itu arti nya tante Nadin punya rencana terhadap mereka malam ini.
Aku setuju tante Nadin menginap malam ini di rumah ku, aku sendiri sudah tidak sabar lagi ingin melihat apa yang akan tante Nadin laku kan pada dua sejoli itu